Mutasinya Bikin Panik Sedunia, Negara Ini Justru Klaim Berhasil Lenyapkan Virus Corona Varian Delta, Ilmuan Ungkap Penyebabnya

Rabu, 24 November 2021 | 08:25
dok. Kompas.com

Mutasi Covid-19 varian delta di Indonesia.

Gridhot.ID-Virus Corona Varian Delta sempat menggemparkan dunia.

Pasalnya varian ini telah menyebar secara cepat di belahan dunia dan diklaim lebih mematikan.

Termasuk Indonesia yang sempat alami lonjakan sebelum akhirnya melakukan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) hingga saat ini.

Namun, sebuah fenomena ajaib justru terjadi di sebuah negara di mana Covid-19 varian Delta dilaporkan hilang bak ditelan bumi.

Baca Juga: Ingat Dewi Sanca? Dulu Sempat Heboh Gara-gara Pamer Operasi Plastik Sampai Dijuluki Artis Kontroversial, Sang Pedangdut Kini Tampil dengan Jilbab dan Minta Didoakan Karena Satu Hal

Menurut laporan 24h.com.vn, pada Senin (22/11/21),Gelombang ke-5 infeksi Covid-19 di Jepang tiba-tiba berakhir.

Para ahli mengatakan ada kemungkinan bahwa mutasi menyebabkan virus menghilang dengan sendirinya.

Menurut RT, pada pertengahan Agustus, Jepang mencapai puncak epidemi Covid-19, dengan 23.000 infeksi baru per hari.

Baca Juga: Aeretia Dahlan Laporan ke Panglima TNI Usai Ibunya Dimaki Perempuan yang Ngaku Anak Jenderal: Saya Mohon Ini Ditindak Tegas

Hingga saat ini, jumlah tersebut telah turun menjadi 170. Jumlah kematian turun menjadi satu digit bulan ini.

Wabah tersebut berangsur-angsur menghilang karena berbagai alasan, seperti tingkat vaksinasi yang tinggi, mayoritas orang Jepang memakai masker dan faktor lainnya.

Tetapi para peneliti Jepang mengatakan bahwa wabah itu menghilang secara tiba-tiba, sangat berbeda dari negara lain.

Ituro Inoue, ahli genetika dari Institut Genetika Nasional, berpikir bahwa varian Delta menghilangkan yang lain dan akhirnya membunuh dirinya sendiri.

Baca Juga: Pegang Bukti Kuat, Kuasa Hukum Riri Khasmita Sebut Ibu Nirina Zubir yang Minta Asetnya Dijual dan Diangunkan ke Bank: Anaknya Nggak Ada yang Peduli

Profesor Inoue dan rekan mempelajari mutasi virus SARS-CoV-2 , menemukan bahwa varian Delta di Jepang mungkin telah mengumpulkan terlalu banyak mutasi.

Ini menyebabkan protein non-struktural memiliki fungsi koreksi kesalahan genetik bernama nsp14 dinonaktifkan.

Hal ini menyebabkan virus secara bertahap kehilangan kemampuannya untuk memperbaiki gennya sendiri dan akhirnya menghancurkan dirinya sendiri.

Baca Juga: Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun, Sempat Koma 12 Hari dan Akhirnya Meninggal Dunia, Komedian Tanah Air Ini Jalani Sisa Hidupnya Sebagai Pengemis hingga Buruh Pabrik

Penelitian Profesor Inoue dan rekan didasarkan pada varian Delta yang dikumpulkan antara Juni dan Oktober tahun ini.

Tim menemukan bahwa varian Delta kurang beragam secara genetik dibandingkan varian Alpha.

Protein nsp14 dari banyak sampel virus SARS-CoV-2 telah mengalami banyak mutasi pada posisi A394V, terkait dengan masalah koreksi kesalahan gen.

"Kami terkejut dengan temuan baru ini," kata Profesor Inoue kepada Japan Times.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 23 November 2021, Aldebaran Berhasil Korek Informasi soal Masa Lalu Denis

"Varian Delta di Jepang mengalahkan yang lain, tetapi karena semakin banyak mutasi terjadi, virus menjadi versi yang salah dan tidak bisa lagi mereplikasi dirinya sendiri," katanya.

Profesor Inoue dan rekan-rekannya diharapkan untuk mempublikasikan rincian penelitian pada akhir November.

Meskipun virus mungkin telah menghilang dengan sendirinya di Jepang, risiko negara menghadapi gelombang infeksi baru sangat tinggi.

Karena varian lain mungkin menemukan cara untuk masuk ke Jepang, melewati tindakan karantina dan kontrol masuk.(*)

Baca Juga: Bakal Ketiban Sial Bertubi-Tubi? Inilah Arti Kejatuhan Cicak di Atas Pundak Menurut Primbon Jawa, Orang Terdekat Konon Alami Hal Ini

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber intisari-online, 24h.com.vn