Gridhot.ID - Wabah covid-19 memang sudah membuat seluruh dunia termasuk Indonesia dalam awan hitam kelam.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, pertengahan tahun 2021 saja saat covid-19 varian Delta menyebar Indonesia dibuat kerepotan karena banyaknya korban meninggal.
Meski sudah mereda berkat program vaksin yang sangat cepat, kini dunia harus waspada terkait covid-19 varian yang satu ini.
Dikutip Gridhot dari Kontan, para ilmuwan telah memperingatkan, varian Covid-19 baru dengan "jumlah mutasi yang sangat tinggi" diyakini sebagai jenis virus yang paling berevolusi dan dapat lolos dari vaksin yang ada.
Mengutip mirror.co.uk, varian B.1.1.529, cabang dari varian lama yang disebut B.1.1, memiliki 32 mutasi spike pada protein spike dan telah ditemukan di Botswana (tempat yang diyakini pertama kali muncul), serta Afrika Selatan dan Hong Kong.
Hanya 10 kasus varian baru sejauh ini yang terlihat melalui sekuensing genomik. Akan tetapi para ahli percaya bahwa identifikasinya di tiga negara menunjukkan penyebarannya bisa lebih luas.
Satu kasus yang diidentifikasi di Hong Kong berasal dari seseorang yang baru saja melakukan perjalanan dari Afrika Selatan, memicu kekhawatiran bahwa lebih banyak infeksi dapat menyebar melalui perjalanan internasional.
Tingginya jumlah mutasi pada varian baru telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan komunitas ilmiah, karena sejumlah mutasi dapat membantu virus menghindari kekebalan.
Dr Tom Peacock, seorang ahli virologi di Imperial College yang menuliskan tweet tentang penemuan itu, menggambarkan kombinasi mutasi varian itu sebagai "mengerikan".
Menggambarkan profil mutasi galur baru sebagai "benar-benar mengerikan". Ia menambahkan bahwa varian itu berpotensi menjadi "lebih buruk daripada hampir semua hal lainnya", termasuk galur Delta yang sekarang dominan, yang memiliki 16 mutasi.
Sejauh ini, tiga kasus telah terdeteksi di Botswana dan enam di Afrika Selatan. Kasus pertama dikumpulkan di Botswana pada 11 November.
Kasus Hong Kong adalah seorang pria berusia 36 tahun yang melakukan perjalanan ke Afrika Selatan pada 23 Oktober dan kembali pada 11 November.
Dia dites negatif saat kembali ke Hong Kong tetapi kemudian dites positif pada 13 November saat menjalani karantina di sebuah hotel.
Di Afrika Selatan, kasus meningkat dari 312 pada Senin menjadi lebih dari 860 pada Selasa, tetapi para ilmuwan percaya terlalu dini untuk mengatakan apakah ada hubungan dengan "varian super" baru.
Varian virus corona baru diidentifikasi setiap saat dan seringkali tidak akan menyebar melampaui segelintir kasus.
(*)