GridHot.ID - Teror menyasar Habib Bahar bin Smith baru-baru ini.
Pondok Pesantern Tajul Alawiyyin milik Habib Bahar bin Smith tiba-tiba dikirimi kardus berisi tiga kepala anjing pada Jumat (31/12/2021).
Kuasa hukum Habib Bahar bin Smith, Aziz Yanuar, mengatakan kardus berisis 3 kepala anjing itu dikirim ke pesantren milik kliennya pada dini hari.
"Benar, teror itu," ujar Aziz ketika dihubungi Jumat (31/12/2021) dikutip dari Tribunnews.com.
Ketika ditanya apakah insiden ini sudah dilaporkan ke polisi, Aziz menjawab itu tidak perlu.
"Sudah dilaporkan ke Allah SWT," ujarnya.
Dalam channel YouTube Refly Harun, disebutkan tiga potongan kepala anjing yang dikirim ke Pondok Pesantren Tajul Alawiyyin milik Habib Bahar bin Smith, dilemparkan oleh orang tidak dikenal yang mengendarai sepeda motor.
Sebelumnya pengacara Habib Bahar yang lain yakni Razman Arif Nasution juga mengaku diteror dikirimi paket berisi kepala kambing busuk ke tempat tinggalnya di Apartemen Mediterania Palace di Kemayoran, Jakarta Pusat.
Terkait hal ini, Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel menilai ada pesan maut di balik pengiriman kepala anjing dan kepala kambing busuk itu ke Habib Bahar dan Razman Nasution.
"Apa lagi tafsiran yang bisa dibangun, kecuali bahwa tindakan sedemikian rupa adalah pesan maut."
"Penerima paket-paket itu dihadapkan pada risiko menjadi sasaran kekerasan yang bahkan bisa berujung pada kematian, jika bertindak-tanduk di luar keinginan si pengirimnya."
"Pihak pengirim boleh jadi dapat dikenai sanksi pidana berdasarkan pasal 335 KUHP," kata Reza kepada Wartakotalive.com, Sabtu (1/1/2022), dikutip GridHot.id.
Reza lalu mengajak melihat dari sisi lain.
Menurutnya pengirim bungkusan berisi kepala binatang barangkali memendam amarah, sakit hati, kebencian, atau perasaan-perasaan negatif lainnya.
"Pertanyaannya, mengapa suasana batin semacam itu diekspresikan dengan terlebih dahulu membunuh binatang lalu mengirimnya ke pihak penerima?" tanya Reza.
"Kaget, pasti. Sangat, bahkan. Tapi apakah kemudian si penerima merasa takut, belum tentu. Saya pribadi justru merasa pilu membayangkan binatang-binatang yang tak berdosa itu dimutilasi dengan begitu keji dan dijadikan sebagai simbol tentang kematian dalam keadaan hina-dina," ujarnya.
(*)