GridHot.ID - Virus corona hingga kini masih menjadi momok bagi masyarakat di berbagai belahan dunia.
Dilansir dari Tribunnews.com, para ilmuwan mengatakan mereka telah mengidentifikasi versi 'siluman' dari Covid-19 varian Omicorn.
Dikutip dari The Guardian, temuan itu disebut memiliki banyak mutasi yang sama dengan Omicron standar.
Varian siluman masih dapat terdeteksi sebagai virus corona dengan semua tes biasa, dan dapat diidentifikasi sebagai varian Omicron melalui pengujian genomik.
Namun kemungkinan kasus varian siluman tidak dapat diidentifikasi oleh tes PCR rutin yang memberikan hasil lebih cepat.
Hal itu karena varian siluman tidak memiliki perubahan genetik tertentu yang memungkinkan tes PCR berbasis laboratorium dapat digunakan sebagai cara untuk mengidentifikasinya.
Dilansir dari serambinews.com, para ilmuwan dan pejabat kesehatan di seluruh dunia sedang mengawasi turunan varian omicron yang telah ditemukan di setidaknya 40 negara, termasuk Amerika Serikat.
Lantaran sulit dideteksi, varian yang dinamakan BA.2 ini juga disebut ‘omicron siluman'.
Melansir AP, versi terbaru virus corona ini, yang oleh para ilmuwan disebut BA.2, secara luas dianggap lebih tersembunyi daripada versi asli omicron karena sifat genetik tertentu membuatnya agak sulit untuk dideteksi.
Tak heran para ilmuwan menyebut varian ini sebagai siluman.
Beberapa ilmuwan juga khawatir varian tersebut juga bisa lebih menular.
Tetapi mereka mengatakan masih banyak yang belum mereka ketahui tentang hal itu, termasuk apakah varian ini mampu menghindari vaksin dengan lebih baik atau menyebabkan penyakit yang lebih parah.
Sejak pertengahan November, lebih dari tiga lusin negara telah mengunggah hampir 15.000 sekuens genetik BA.2 ke GISAID, platform global untuk berbagi data virus corona.
Hingga Selasa pagi, 96 dari kasus yang diurutkan itu berasal dari AS.
"Sejauh ini, kami belum melihatnya mulai berkembang di AS," kata Dr.Wesley Long ahli patologi di Houston, Texas, yang telah mengidentifikasi tiga kasus omicon siluman ini.
Menurut Statens Serum Institut, yang berada di bawah Kementerian Kesehatan Denmark, mutan muncul jauh lebih umum di Asia dan Eropa.
Di Denmark, omicron menguasai 45% dari semua kasus Covid-19 pada pertengahan Januari, naik dari 20% dua minggu sebelumnya.
BA.2 memiliki banyak mutasi.
Sekitar 20 di antaranya dalam protein lonjakan yang menempel di bagian luar virus dibagikan dengan omicron asli.
Tetapi juga memiliki perubahan genetik tambahan yang tidak terlihat pada versi awal.
“Tidak jelas seberapa signifikan mutasi tersebut, terutama pada populasi yang telah menemukan omicron asli, “ kata Dr Jeremy Luban, ahli virologi di University of Massachusetts Medical School.
Untuk saat ini, versi asli yang dikenal sebagai BA.1, dan BA.2 dianggap sebagai himpunan bagian dari omicron.
Tetapi para pemimpin kesehatan global dapat memberikannya nama huruf Yunani sendiri jika itu dianggap sebagai "variant of concern" yang signifikan secara global.
Penyebaran cepat BA.2 di beberapa tempat menimbulkan kekhawatiran bahwa itu bisa lepas kendali.
"Kami memiliki beberapa indikasi bahwa itu mungkin sama menularnya atau mungkin sedikit lebih menular daripada omicron (asli) karena mampu bersaing dengannya di beberapa area," kata Long.
"Tapi kita belum tentu tahu mengapa begitu," katanya.
Analisis awal oleh para ilmuwan di Denmark menunjukkan tidak ada perbedaan rawat inap untuk BA.2 dibandingkan dengan omicron asli.
Para ilmuwan di sana masih menyelidiki tingkat penularan versi ini dan seberapa baik vaksin saat ini bekerja melawannya.
Juga tidak jelas seberapa baik perawatan akan bekerja melawannya.
Dokter juga belum tahu pasti apakah seseorang yang sudah terjangkit Covid-19 yang disebabkan oleh omicron bisa sakit lagi oleh BA.2.
Tetapi mereka berharap, terutama bahwa infeksi omicron sebelumnya dapat mengurangi keparahan penyakit jika seseorang kemudian tertular BA.
Kepala Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wien Kusharyoto menjelaskan, pemberian vaksin booster dapat menurunkan risiko rawat inap akibat infeksi varian Omicron hingga 89 persen di berbagai negara, seperti Inggris, Israel, dan Amerika Serikat.
"Booster sangat diperlukan untuk mencegah membebani pelayanan kesehatan di Indonesia terutama yang terkait dengan perawatan di rumah sakit," papar Wien dalam webinar, Rabu (26/1/2022).
Lebih lanjut, dia berkata bahwa dua dosis vaksin Pfizer-BioNtech setelah enam bulan juga dilaporkan mengalami penurunan dari segi perlindungan hingga tersisa dua persen saja.
Namun, setelah seseorang diberikan vaksin dosis ketiga, efektivitas vaksin naik kembali mencapai 63 persen.
"Ketika di-booster, peningkatannya cukup signifikan.
Baca Juga: Sudah Standar WHO, Berikut Cara Download Sertifikat Vaksin Covid-19 Agar Tak Ditolak di Luar Negeri
Artinya, efektivitas booster kemudian mampu memberikan perlindungan sekitar 63 persen.
Efektivitasnya sekarang kira-kira sebesar 63 persen," papar Wien sambil menjelaskan efektivitas vaksin booster.
"Efektivitas vaksin Pfizer dan Moderna dosis kedua menurun terhadap Omicron, tetapi setelah diberikan booster efikasinya naik 60 sampai 70 persen," sambungnya.
Vaksin booster, katanya, akan kehilangan kemampuan untuk melindungi terhadap virus corona setelah dua bulan, tetapi penurunnya lebih lambat dibandingkan setelah pemberian vaksin dosis kedua .(*)