Informasi tersebut diketahui dari prasasti yang ada di dinding luar ruang utama Masjid Agung Surakarta.
Lalu, dalam perjalanan waktu, selalu diperbaiki oleh generasi-generasi raja berikutnya, dengan dukungan pihak Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta.
Oleh pihak keraton, masjid itu sering digunakan untuk acara-acara tradisi Islami.
Antara lain, acara sekaten, malam selikuran, dan garebek Syawal.
Struktur BangunanMelansir Tribunnewswiki, bangunan Masjid agung surakarta ini terdiri dari bangunan utama, bangunan sayap dan bangunan pendukung.
Bangunan utama ini terdiri dari ruang utama dan juga Maksura.
Ruang utamanya berukuran 32 m x 34 m dengan bentuk persegi panjang.
Selain itu di bangunan ini juga dilengkapi 11 pintu yang mana 5 pintu berada di sebelah timur, 3 pintu di sebelah utara dan 3 pintu lagi di selatan.
Fungsi dari ruang utama ini digunakan untuk salat para jemaah.
Selanjutnya ada Maksura yang merupakan ruangan dengan dinding berupa kaca yang berada di sudut barat daya bangunan utama masjid.
Maksura ini fungsinya ialah sebagai tempat salat bagi raja, permaisuri dan juga pangeran dan sekar kedatonnya.