Presidennya Ikut Adu Tembak Lawan Rusia, Ukraina Ternyata Sudah Bersiap Jika Zelensky Terbunuh di Medan Perang, Bagaimana Nasib Pemerintahan?

Senin, 07 Maret 2022 | 20:42
24h.com.vn

Presiden Ukraina kritik NATO.

Gridhot.ID - Peperangan antara Rusia dengan Ukraina memang masih memanas.

Dikutip Grihdot dari Tribunnews, Rusia diduga sudah memiliki rencana untuk mengebom kota pelabuhan utama Odesa di pantai Laut Hitam, Ukraina.

Kedua negara hingga detik ini terus melancar serangan dan membagikan rencananya ke publik.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menegaskan bahwa Ukraina memiliki rencana jika Presiden Volodymyr Zelensky mati dalam konflik dengan Rusia.

Zelensky telah berada di garis depan pertahanan Ukraina melawan Rusia, meskipun ada laporan tentang setidaknya satu upaya pembunuhan dan serangan di dekat kediaman presidennya.

"Ukraina memiliki rencana yang tidak akan saya bicarakan atau perinci untuk memastikan bahwa kelangsungan pemerintahan tetap ada dengan satu atau lain cara. Dan biarkan saya berhenti di situ," Blinken kata Margaret Brennan di "Face the Nation" di CBS News.

Seorang kepala keamanan dan pertahanan Ukraina mengatakan pekan lalu bahwa pasukan Ukraina telah menggagalkan rencana pembunuhan Presiden Zelensky, dengan bantuan dari anggota dinas keamanan Rusia.

Kemudian pada minggu itu, Zelensky menyindir Rusia setelah seorang ajudan utama mengklaim apa yang tampak seperti pecahan rudal jatuh di dekat kediaman presiden di Kyiv.

Sekretaris Pers Ukraina Sergii Nykyforov mengunggah di Facebook menampilkan bagian yang tampak dari sebuah rudal ditemukan di dekat kediaman presiden, Zelensky menjawab: "Meleset."

Baca Juga: Lambai Tangan Minta Tolong Usai Rekan-rekannya Ditembaki KKB Papua, NS Pekerja Tower PTT Sebut Ada 10 Orang Bawa Parang dan Senjata Api, Polisi: Terlihat di CCTV

Blinken tidak merinci rencana Ukraina dalam hal kematian Zelensky, tetapi dia mengatakan bahwa dunia perlu bersiap untuk konflik ini berlangsung "untuk beberapa waktu", meskipun ada sanksi terhadap Rusia dari negara-negara Barat.

Rusia pertama kali menginvasi Ukraina pada 24 Februari.

Sejak serangan awal, Rusia telah mengklaim kota besar Kherson serta pembangkit listrik tenaga nuklir di Zaporizhzhia.

Pejabat Ukraina dan kelompok hak asasi manusia menuduh Rusia melakukan kejahatan perang, menuduh pasukan Putin membombardir penduduk sipil.

"Kami terus melihat Presiden Putin menggandakan dan menggali agresi terhadap Ukraina ini. Itu terus berlanjut. Sayangnya, Saya pikir kami harus bersiap secara tragis, untuk ini (perang) berlangsung selama beberapa waktu," kata Blinken pada Minggu (6/3/2022) sebagaimana dilansir Business Insider.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Kompas.com, tribunnews