Gridhot.ID - Tertangkapnya Indra Kenz dan Doni Salmanan membuat publik lebih membuka mata terkait permasalahan investasi palsu.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Indra Kenz dan Doni Salmanan diketahui ditangkap usai menjadi tersangka dalam kasus investasi bodong.
Keduanya melakukan aksinya melalui aplikasi Binomo dan Quotex.
Nyatanya di Indonesia sendiri masih ada beberapa aplikasi trading yang diketahui menimbulkan masalah bagi nasabahnya.
Salah satunya adalah Fahrenheit.
Kini aplikasi trading Fahrenheit juga tengah menjadi buruan polisi.
Dikutip Gridhot dari GridFame, aplikasi ini malah dinilai lebih sadis karena Hendry Susanto, sang afiliator telah meraup keuntungan dari para korban hingga 5 triliun.
Salah satu korban pun membongkar keanehan dari aplikasi trading ilegal tersebut.
Melansir dari Tribunnews.com, salah satu korban telah melaporkan aplikasi Fahrenheit yang mana telah menelan 300 korban.
Baca Juga: Lega Anak Mantunya Sudah Kembalikan Tas Mewah dari Doni Salmanan, Krisdayanti: Hadiahnya Juga Kecil
Dua korban dari tujuh orang yang melaporkan kasus penipuan tersebut yakni Beni Kurniawan dan Murni Wiati didampingi beberapa korban lainnya.
Menurut keterangan Beni dan Murni, perusahaan milik Hendry Susanto itu telah melakukan penipuan berkedok trading menggunakan robot.
"Kami sudah laporkan, mewakili 300 orang nasabah yang menjadi korban. Ada yang puluhan juta hingga ratusan juta," ujar Murni, Senin.
Awalnya, korban mengatakan perusahaan PT FSP yang didirikan pada Juli 2021 tak ada masalah.
Sebelumnya, korban robot trading Fahrenheit ini mengatakan perusahaan PT FSP yang didirikan pada Juli 2021 ini tidak menuai masalah.
Namun secara tiba-tiba, nasabah mengalami margin call pada 18 Januari 2022 dengan alasan mengurus perizinan yang belum lengkap dan pada 25 Februari 2022 nasabah bisa whitdraw atau menarik modal.
"Tadinya ya aman-aman saja. Trading setiap hari ada profit. Baru tanggal 18 Januari 2022 diberhentikan. Alasannya mereka mengurus perizinan. Tanggal 25 Februari 2022 mereka kemudian menjanjikan akan trading dan bisa WD (whitdraw), menarik modal, ternyata tidak terjadi. Mereka tetap trading tapi kita tidak bisa whitdraw," kata Murni didampingi Beni.
Pada 7 Maret 2022. nasabah mulai kehilangan modal yang diinvestasikan.
"Malamnya, trading lagi, tapi minus yang luar biasa dan itu terus menerus tidak setop sampai equity kita terkuras," kata Murni.
foto
Ia mengatakan jika sebetulnya lebih dari 300 orang menjadi korban aplikasi Fahrenheit, kerugian total Rp 5 triliun.
"Di Bali ini ada 300 orang yang menjadi korban, sedangkan untuk di seluruh Indonesia masih lebih dari itu. Total kerugian kalau dijumlahkan ada mencapai Rp 5 triliun," tambahnya.
Lalu kemana sosok Hendry Susanto sang pemilik dari robot trading Fahrenheit?
Aktivitas mereka seketika hilang sejak 3 Februari 2022 yang berhenti publikasi di sosial media mereka.
Tercatat pada Senin malam pada tanggal 7 Maret 2022, Fahrenheit dikabarkan mendadak Margin Call atau melakukan perubahan sistem.
Broker yang margin call biasanya akan menutup paksa akun member dan tidak bisa digunakan kembali, termasuk saldo yang ada didalamnya.
Hal ini merugikan para nasabah karena margin call dilakukan oleh robot trading yaitu sistem Fahrenheit itu sendiri.
Fahrenheit sendiri merupakan perusahaan robot trading di Indonesia yang mengklaim bahwa mereka adalah perusahan robot trading pertama di Indonesia.
Namun, polisi kini telah melakukan investigasi terkait kasus trading satu ini.
(*)