Gridhot.ID - Dea OnlyFans atau bernama lengkap Gusti Ayu Dewanti diketahui baru saja ditangkap oleh pihak kepolisian.
Dikutip Gridhot dari Tribunnews, Dea OnlyFans bahkan kini sudah ditetapkan sebagai tersangka kasus pornografi.
Hal ini dikarenakan dirinya memperjualbelikan foto-foto vulgarnya melalui situs OnlyFans.
Lalu, apa itu aplikasi OnlyFans?
Apa itu OnlyFans?
Dilansir dari Evening Standard, (6/5/2020), OnlyFans adalah platform media sosial yang memungkinkan pembuat konten untuk memposting konten dan menerima pembayaran langsung dari pengikut mereka, atau "penggemar/fans" melalui langganan atau tip satu kali.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Platform ini berbasis di Inggris dan didirikan oleh CEO Timothy Stokely pada tahun 2016.
Pada 2020, OnlyFans cukup populer yang memiliki sekitar 30 juta pengguna terdaftar dan sekitar 450.000 pembuat konten.
Dalam platform ini, penggemar dapat membayar langganan ke kreator tertentu.
Cara kerja OnlyFans dan besar uang yang dihasilkan Menurut pihak OnlyFans, salah satu contoh pembuatan konten di platform ini bisa dengan mengunggah video latihan kebugaran.
Umumnya, YouTuber menggunakannya sebagai aliran pendapatan. Perusahaan mengungkapkan, kreator dengan 10.000 pengikut dapat memperoleh antara 499 dollar AS atau sekitar Rp 7,16 juta sampai 2.495 dollar AS atau sekitar Rp 35,8 juta per bulan.
Platform ini memang mengambil potongan 20 persen dari pendapatan apa pun, tetapi dikatakan telah membayar lebih dari 700 juta dollar AS kepada pembuat konten.
Sejak pandemi melanda, platform tersebut dikabarkan telah mengalami peningkatan lebih dari 75 persen.
Artinya, banyak orang melakukan pendaftaran akun.
Pada April 2020, ada sebanyak 150.000 pengguna baru setiap 24 jam.
Pihak OnlyFans menduga, tingginya pendaftaran baru ini karena orang-orang bosan dan sebagian ini menghasilkan uang tambahan.
Kegunaan OnlyFans
OnlyFans memperoleh banyak pengikut karena kebijakan kontennya yang agak longgar, yang memungkinkan pembuat konten untuk berbagi foto diri mereka sendiri, mirip seperti Instagram.
Kebanyakan penggunanya menggunakan OnlyFans untuk mengunggah konten-konten dewasa atau vulgar.
Seorang model bernama Kaylen Ward mengumpulkan lebih dari 1 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,43 miliar dalam bentuk donasi untuk badan amal Australia.
Saat itu, Ward menarifkan 10 dollar AS atau sekitar Rp 143.700 kepada penggemar untuk melihat foto-foto eksplisitnya.
Selain konten dewasa, OnlyFans juga menjadi wadah mempererat kedekatan antara idola musik, seperti Beyonce kepada penggemarnya.
Apakah OnlyFans aman?
OnlyFans hanya mengizinkan orang berusia 18 tahun untuk mendaftar akun.
Nantinya, situs akan meminta bukti melalui ID resmi atau KTP pengaksesnya agar mereka diizinkan masuk.
Selain itu, perusahaan menggunakan penyedia pembayaran pihak ketiga yang aman, sehingga pembuat platform tidak melihat detail kartu kredit Anda dan informasi pembayaran tidak disimpan oleh perusahaan.
Mengingat banyaknya konten di situs web, Anda bisa mengira-ngira apakah situs tersebut aman atau tidak. Pada awal 2020, lebih dari 1,6 TB video dan gambar dari OnlyFans bocor secara online.
Namun, perusahaan mengatakan, hal ini bukan peretasan, tetapi file yang bocor tampaknya telah dikuratori dari berbagai sumber, termasuk aplikasi media sosial lainnya.
Tidak hanya konten dewasa
Dilansir dari Kompas.com, (8/12/2020), Stokely mengeklaim bahwa OnlyFans terus mendulang popularitas dari waktu ke waktu.
Bahkan, sejumlah artis, musisi, dan gamers turut mendaftar di aplikasi ini.
Sebab, mereka bisa mempromosikan karya dan konten mereka. Adapun sederet musisi yang mendaftar yakni The-Dream, Swae Lee, hingga Cardi B, aktris semacam Bella Thorne, Shea Coulee, hingga Michael B. Jordan, dan masih banyak lagi.
Berkat kepopuleran tersebut, Stokely sesumbar pendapatan OnlyFans bakal menyentuh angka 2 miliar dolar AS (sekitar Rp 28,4 triliun) di tahun 2020.
Dari situ, platform tersebut hanya mengambil keuntungan 20 persen, yakni sekitar 400 juta dolar AS (sekitar Rp 5,6 triliun).
Sisanya, yakni sekitar 1,6 miliar dolar AS (sekitar Rp 22,7 triliun), konon bakal jatuh ke tangan para kreator konten.
(*)