GridHot.ID - Invasi Rusia ke Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari 2022 lalu belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.
Melansir Aljazeera, Rusia diketahui telah menyerang seluruh front Donetsk di timur dengan roket, artileri, bom mortir, dan pesawat untuk mencegah Ukraina berkumpul kembali.
Rusia juga telah telah melakukan serangan udara di Kyiv saat Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres berkunjung. Moskow mengatakan sebuah pabrik roket hancur dalam serangan itu.
Rusia mengatakan telah menggunakan kapal selam diesel di Laut Hitam untuk menyerang sasaran militer Ukraina dengan rudal jelajah Kalibr.
Ini pertama kalinya Moskow mengumumkan penggunaan armada kapal selamnya untuk menyerang tetangganya.
Meski telah melakukan berbagai macam serangan yang menewaskan banyak korban jiwa, pemerintah Rusia justru menuding Amerika Serikat (AS) lah yang merupakan dalang terjadinya konflik di Ukraina.
Dikutip dari rt.com via Tribunwow.com, tuduhan ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov.
Lavrov menyebut, AS berupaya menciptakan sistem unipolar di mana hanya ada satu negara yang berkuasa di dunia.
Satu dari beberapa cara untuk merealisasikan hal tersebut adalah menggunakan NATO untuk melakukan ekspansi ke timur.
Baca Juga: Jokowi Tegaskan Ogah Kirimkan Persenjataan ke Ukraina, Ini Gantinya
"AS dan NATO selalu melihat Ukraina sebagai instrumen untuk membelenggu Rusia," ujar Lavrov.
Lavrov menuding bahwa negara-negara barat secara sengaja memprovokasi masyarakat Ukraina agar anti terhadap Rusia dan memaksa mereka untuk memilih Rusia atau barat.