GridHot.ID - Selalu waspada menjadi bekal setiap anggota TNI dan Polri yang bertugas di Papua.
Pasalnya, melansir tribunmanado.co.id, ancaman bisa datang kapan saja dan dari mana saja.
Lengah sedikit bisa jadi nyawa taruhannya, seperti yang terjadi belum alam ini di satu pos keamanan.
Bukan prajurit TNI Polri namanya kalau tak punya feeling tentang sesuatu hal, apalagi di medan pergolakan seperti Papua.
Demikian pula dengan sebuah fakta yang dialami para prajurti TNI Polri di Pos Keamanan di daerah itu, baru-baru ini.
Dilansir dari tribunnews.com, di medan pergolakan seperti Papua, kewaspadaan sudah menjadi hal yang penting untuk mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan.
Apalagi, prajurit tiba-tiba mereka kedatangan orang asing.
Kala itu, sebuah pos keamanan yang ditempati anggota TNI Polri, tiba-tiba didatangi oleh dua sosok perempuan sambil membawa buah-buahan yang disebutnya sebagai hasil panen dari kebun.
Sambil tersenyum malu, keduanya menyampaikan maksud kedatangan mereka di pagi hari itu.
Mereka ingin meminta bantuan bahan pangan seperti beras dan mie instan.
Ibarat barter, itulah situasi yang terjadi pada pagi itu di salah satu Pos Keamanan yang ditempati TNI Polri.
Sebagaimana video yang beredar luas di media sosial belakangan ini, aparat TNI Polri pun menyambut kedua wanita itu dengan senang hati, bahkan kepada kedua tamu itu pun diberikan bantuan pangan seperti yang diminta.
Namun ada hal yang mengganjal di benak aparat TNI Polri pada pagi hari itu.
Salah seorang di antara kedua tamu tersebut, memperlihatkan gestur tubuh yang tak biasanya.
Wanita itu gusar, sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan.
Ia juga kelihatan tak sabar untuk segera pulang dari Pos Keamanan itu.
Ketika bantuan itu baru diberikan, wanita tersebut buru-buru meninggalkan Pos Keamanan dengan seribu satu alasan.
Saat yang sama, prajurit yang menempati pos tersebut sengaja mengulur waktu agar temannya lebih lama di tempat itu.
Ketika wanita itu beranjak pergi dari pos, prajurit TNI pun mengambil teropong kemudian mencoba mengamatinya dari kejauhan.
Betapa terkejutnya, ternyata wanita tersebut bukan kembali ke rumahnya tapi berjalan ke sebuah honai yang letaknya di dekat hutan.
Melihat kejanggalan tersebut, TNI Polri pun mulai menginterogasi wanita yang masih berada di Pos Keamanan itu.
Saat yang bersangkutan sedang diinterogasi, beberapa prajurit lain diperintahkan untuk mengambil jalur lain untuk mengintai wanita tersebut.
Saat prajurit itu telah berada di posisi yang tepat dan melakukan pengintaian, ia melihat wanita tersebut sedang bersama sekelompok pria bersenjata.
Aparat pun menduga bahwa wanita tersebut hanya berpura-pura menukar bahan pangan dengan buah-buahan di pos keamanan yang ditempati TNI Polri.
Karena tujuan utamanya, adalah melihat suasana di Pos Keamanan tersebut, memata-matai aktivitas prajurit TNI Polri kemudian melaporkannya kepada KKB untuk merencanakan penyerangan.
Dari balik teropong juga diketahui bahwa di honai dekat hutan itu, ternyata pemuda yang berkumpul semakin banyak jumlahnya.
Umumnya membawa senjata api dan hanya beberapa orang saja yang hanya berbekal busur dan anak panah.
Wanita yang tadinya berada di honai tersebut, tiba-tiba keluar dari meninggalkan honai lewat pintu samping.
Melihat keadaan yang tak terlalu menguntungkan, prajurit TNI Polri pun mulai bersikap siaga.
Apalagi dari balik teropong, disaksikan para pemuda itu mulai mengisi amunisi ke dalam senjata yang dipegangnya.
Memastikan bahwa cara itu sebagai persiapan untuk penyerangan, TNI Polri pun mencoba melepaskan tembakan peringatan.
Alhasil, tembakan itu disambut pula dengan tembakan yang membabibuta oleh kelompok kriminal bersenjata tersebut.
Dalam situasi yang demikian, satu per satu anggota KKB dikirim ke alam baka termasuk suami dari wanita yang meminta bantuan tersebut.
Tindakan tegas terukur itu terpaksa dilakukan TNI Polri, lantaran siasat yang dilakukan KKB itu bukan baru di Tanah Papua.
Tindakan itu sudah sering dihadapi, sehingga ketika pos keamanan didatangi tamu tak diundang, aparat berseragam loreng pun pasti siaga menghadapinya.
Dari video yang viral tersebut, terungkap bahwa insiden yang satu ini terjadi di wilayah Intan Jaya, Papua.
Tak disebutkan kapan kontak senjata itu terjadi.
Namun dalam peristiwa itu aparat bersenjata terpaksa melumpuhkan KKB karena tindakannya membahayakan pihak lain.
Sampai saat ini, baik di wilayah Intan Jaya, maupun Puncak Jaya dan Kabupaten Nduga, aksi teroris terus terjadi.
Baik Lekagak Telenggen, Oni Kobagau, Goliat Tabuni maupun Egianus Kogoya, secara bergantian melakukan penyerangan ke TNI Polri.
Bila targetnya tak terwujud, maka mereka sesuka hati melampiaskannya ke warga sipil baik itu guru, ASN, tukang ojek, pekerja bangunan maupun tenaga medis lainnya.
Baru-baru ini, KKB menembak mati seorang guru kemudian membakar habis rumah yang ditempatinya.
Tak diketahui persis apa motivasi dari tindakannya menghabisi tenaga pendidik tersebut.
Namun KKB menyebutkan bahwa guru itu ditembak mati karena yang bersangkutan menjalankan tugas sebagai kaki tangan TNI Polri.
Meski tudingan KKB itu tak berdasar, namun cara itu biasa digunakan untuk menunjukkan eksistensinya di Tanah Papua.
Tujuannya satu, yakni merebut kemerdekaan dari NKRI yang disebutnya sebagai penjajah.
Atas tindakan KKB yang bertujuan meraih kemerdekaan itu, Menko Polhukam Mahfu MD menandaskan bahwa KKB jangan bermimpi soal kemerdekaan.
Sebab mayoritas negara di dunia mengakui Papua sebagai bagian dari NKRI.
Papua merupakan bagian dari wilayah Indonesia. (*)