Gridhot.ID - Sempat viral kasus penembakan sesama polisi beberapa tahun lalu.
Dikutip Gridhot dari Serambinews, kejadian tersebut terjadi di Depok pada tahun 2019.
Bripka Rahmat Effendy kala itu meninggal dunia usai ditembak oleh rekannya sendiri di kantor polisi.
Seorang oknum polisi Brigadir Rangga Tianto tega menembak rekannya sendiri hingga tewas, dipicu karena penangkapan remaja yang diduga sebagai pelaku tawuran.
Pelaku melepaskan tembakan pada Bripka Rahmad Effendy pada Kamis (25/7/2019) malam di ruang Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Polsek Cimanggis, Depok, Jawa Barat.
Informasi diperoleh, sebelum penembakan terjadi, Brigadir Rangga Tianto dan Bripka Rahmad Effendy sempat berdebat.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, penembakan itu dipicu dari penahanan FZ yang diduga sebagai pelaku tawuran.
Kronologi bermula ketika Bripka Rahmat menahan FZ. Namun Brigadir Rangga berusaha untuk melepasakannya. Baru kemudian diketahui bila FZ merupakan keponakan Rangga.
Ketua RT 004 RW 003 Tapos, Depok, Sadikin mengatakan, sebelum penembakan itu, terjadi tawuran di Lapangan Sanca, Tapos, Depok.
Sadikin mengetahui tentang adanya tawuran tersebut dari informasi warganya. Menurut Sadikin, warga menemukan FZ terlibat tawuran.
"Saya sempat dapat info ada kenakalan remaja. Lalu anak itu (FZ) ditemukan warga dan dibawa ke Bripka Rahmat Effendy," kata Sadikin di Jalan Makam, Tapos, Jumat.
Saat diperiksa ternyata FZ membawa celurit. FZ dibawa Bripka Rahmat Effendy dan warga ke Polsek Cimanggis untuk membuat laporan polisi.
Ia menjelaskan bahwa Brigadir Rangga dengan FZ punya hubungan kerabat, yaitu paman dan keponakan. "Jadi ibunya FZ, kakaknya (dari) istri Rangga, masih saudara," kata dia.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono sebelumnya telah mengatakan, peristiwa penembakan Rahmat oleh Rangga memang dipicu masalah pelaku tawuran, yaitu FZ.
Argo mengatakan, Bripka Rahmat yang merupakan anggota Samsat Polda Metro Jaya mengamankan FZ beserta barang bukti berupa celurit ke Polsek Cimanggis.
Orangtua FZ kemudian mendatangi Polsek Cimanggis ditemani Brigadir Rangga dan Brigadir R.
Mereka meminta FZ dibebaskan agar dapat dibina orangtuanya sendiri. Namun, permintaan itu ditolak Rahmat dengan nada tinggi. Menurut Argo, hal itu menyulut emosi Rangga.
Polisi itu kemudian pergi ke ruangan lain yang bersebelahan dengan ruang Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK) Cimanggis untuk mengambil senjata api jenis HS 9.
"Dia (Rangga) lalu menembak Bripka RE sebanyak tujuh kali tembakan pada bagian dada, leher, paha, dan perut," ungkap Argo.
Anak Bripka Rahmat ingin jadi polisi
Usai menjalankan pemakaman, pihak kepolisian menyampaikan bela sungkawa ke rumah duka.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, terungkap putri korban kini bercita-cita untuk menjadi polisi.
Hal itu diungkapkan Kakorpolairud Baharkam Polri, Irjen Pol Zulkarnain, saat melayat ke rumah duka Bripka Rahmat Effendy di Jalan Tunas Karsa, Sukamaju Baru, Tapos, Depok, Jumat (26/7/2019).
Zulkarnain mengatakan, anak sulung Rahmat, yaitu Grace Shania, memang bercita-cita menjadi polisi.
“Tadi meminta bantuan rekomendasi, mohon bantuan untuk anak wanitanya jadi polisi,” kata Zulkarnain.
Zulkarnain mendukung putri Bripka Rahmat itu menjalani tes jadi polisi.
Ia berharap, anak Bripka Rahmat tersebut bisa lolos persyaratan untuk menjadi polisi wanita sesuai yang dicita-citakan.
“Kami turut mendukung dan mendoakan ya, siapa tahu kuasanya kan dari Allah kan ya. Karena kan memang ada syaratdan ketentuan untuk masuk ke polis. Tapi siapa tau kan segalanya dari Allah ya,” ucap Zulkarnain.
(*)