GridHot.ID - Pilot pesawat tempur China memainkan permainan mematikan yang mengancam sekutu Amerika Serikat (AS) di Indo-Pasifik.
Beberapa hari lalu, pesawat tempur China dilaporkan secara teratur 'mendengungkan' pesawat pengintai Kanada yang sedang memantau Korea Utara.
Hal tersebut memaksa kru pesawat pengintai Kanada mengubah arah dengan cepat untuk menghindari tabrakan.
Kemudian, sebuah pesawat tempur China menembakkan sekam logam melintasi jalur pesawat pengintai Australia, sebuah manuver yang dianggap Australia 'sangat berbahaya'.
Dilansir dari Eurasian Times, menanggapi manuver tersebut, pejabat China mengatakan bahwa pilot mereka telah bertindak dengan benar untuk membela kedaulatan negara.
Pejabat China itu juga memuji keputusan pilot karena mengambil tindakan yang cepat, rasional, tegas, dan profesional.
Namun, bagi AS dan sekutunya, tindakan China semcam itu bisa menjadi pemicu konfrontasi yang lebih luas serta mengancam keamanan regional.
Tindakan China dinilai dapat mengakibatkan tabrakan atau kecelakaan udara.
Rupa-rupanya, ahli mengatakan hal semacam itu pernah terjadi sebelumnya.
Di atas Laut China Selatan pada tahun 2001, sebuah jet tempur China betrok dengan pesawat pengintai Angkatan Laut AS, EP-3E Aries II.
EP-3E Aries II kemudian terpaksa melakukan pendaratan darurat di Pulau Hainan.
Sementara pilot China tewas dalam insiden tersebut.
Awak AS ditahan di China selama 11 hari.
China membebaskan awak AS itu setelah pembicaraan panjang serta penerbitan surat dari AS yang berisi permintaan maaf atas kematian sang pilot.
Wang Wei, sang pilot, kemudian dianugerahi gelar anumerta "Penjaga Wilayah Udara dan Perairan Teritorial".
Tanggal kematiannya, 1 April, masih dikenang di Tiongkok sampai sekarang.
Semantara itu, pada Jumat (10/6/2022), Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Menteri Pertahanan China Wei Fenghe bertemu di Singapura, untuk Dialog Shangri-La, konferensi pertahanan utama Asia, dengan kedua pemimpin militer tersebut menekankan perlunya komunikasi dan pengurangan risiko.
Namun, tepat ketika suhu persaingan AS-China tampaknya mendingin, Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengecam China di KTT Dialog Shangri-La pada hari Sabtu (11/6/2022) untuk serangkaian kegiatan koersif, agresif, dan sangat berbahaya yang merusak stabilitas Asia.
Austin mengutip sejumlah contoh di mana dia yakin China memaksakan kehendaknya pada tetangganya, termasuk mengirim sejumlah besar pesawat ke langit di atas Taiwan, mencegat pesawat patroli mitra AS secara berbahaya, dan operasi penangkapan ikan ilegal yang 'menjarah ketentuan kawasan'.
Bukan rahasia lagi bahwa Beijing telah menjadi lebih agresif di kawasan itu, mulai dari membangun fasilitas militer di Laut China Selatan yang disengketakan hingga mengirim kapal dan pesawat terbang di dekat pulau-pulau yang diklaim oleh Jepang dan China.
Bahkan selama kunjungan Presiden AS Biden ke wilayah itu bulan lalu, China dan Rusia melakukan latihan terkoordinasi pertama mereka sejak invasi Moskow ke Ukraina.
Pesawat militer China sering melakukan latihan di dekat Taiwan, demokrasi pemerintahan sendiri yang diklaim Beijing sebagai miliknya.
Austin juga menuduh Beijing beroperasi dengan cara yang tidak biasa.
"Kami telah menyaksikan peningkatan yang stabil dalam aktivitas militer yang provokatif dan tidak stabil di dekat Taiwan," kata Austin.
"Itu termasuk pesawat PLA yang terbang di dekat Taiwan dalam jumlah rekor dalam beberapa bulan terakhir – dan hampir setiap hari," lanjutnya, merujuk pada penerbangan pesawat tempur China ke ADIZ Taiwan. (*)