Tak Tergoyahkan oleh Jet Tempur J-16, Pesawat P-8A Poseidon Australia Kembali Terbang di Atas Laut China Selatan Setelah Insiden Intersepsi Berbahaya

Jumat, 24 Juni 2022 | 08:13
Wikipedia

J-16 China

GridHot.ID - Hubungan australia dan China sedang memanas.

Pada 5 Juni lalu, Australia mengungkapkan bahwa jet tempur J-16 China telah melakukan manuver berbahaya, mengancam keselamatan pesawat militer P-8A Poseidon saat terbang di atas Laut China Selatan pada 26 Mei.

Intersepsi jet tempur J-16 China memaksa pesawat P-8A Poseidon Australia untuk kembali ke pangkalannya.

Dilansir dari Eurasian Times, namun secara tak terduga media Australia melaporkan bahwa Angkatan Udara Australia (RAFF) telah mengirim pesawat kedua beberapa jam setelah Angkatan Udara China melakukan 'intersepsi berbahaya' terhadap P-8A Poseidon.

Pesawat militer Australia kedua dikirim ke perairan yang disengketakan di Laut China Selatan.

Pesawat tersebut terbang dari Pangkalan Udara Clark di Filipina.

Menteri Pertahanan Australia Richard Marles sebelumnya telah mengungkapkan bahw J-16 China mencegat P-8A Poseidon Australia yang sedang melakukan aktivitas 'pengawasan maritim rutin' di wilayah udara internasional di atas Laut China Selatan.

"J-16 China terbang sangat dekat dengan sisi pesawat pengintai maritim P-8 Australia dan kemudian melepaskan suar," kata Menteri Pertahanan Richard Marles kepada wartawan.

"J-16 kemudian melepaskan seikat sekam yang berisi potongan-potongan kecil aluminium, beberapa di antaranya tertelan ke dalam mesin pesawat P-8," lanjut Marles.

Baca Juga: Bawa Nama NKRI di China, Ini Wakil Indonesia di Ajang Olimpiade Kimia Internasional IChO 2022, Ada yang Dari Tasikmalaya

Intersepsi Berbahaya

Menurut data Automatic Dependent Surveillance-Broadcast (ADS-B) yang diakses oleh media Australia ABC News, P-8 Poseidon A47-008 milik Australia adalah pesawat yang dicegat oleh J-16 China.

Pesawat lepas landas dari Pangkalan Udara Clark pada 26 Mei sekitar pukul 11:23 waktu Canberra.

P-8 Poseidon, dengan tanda panggilan ASY189, awalnya dipantau saat terbang dari Filipina ke Laut China Selatan sebelum lolos dari jangkauan radar.

Setelah serangan 'berbahaya' dengan pesawat J-16, P-8 Poseidon kembali ke Filipina lebih dari tiga jam kemudian, kembali dalam jangkauan radar.

National Interest
National Interest

Boeing P-8 Poseidon

Misi pengawasan yang terputus berlangsung hampir lima jam, di mana tiga jam dihabiskan 'di luar jangkauan' di Laut China Selatan, menurut data ADS-B yang diperoleh oleh peneliti Kanada Steffan Watkins.

Meskipun Beijing mengatakan P-8 'membahayakan' keamanan dan kedaulatan nasional China ketika 'meningkatkan pengintaian jarak dekat ke wilayah udara Kepulauan Paracel', data ADS-B tidak secara eksplisit menunjukkan di mana P- 8 terbang di Laut China Selatan.

Untuk diketahui, Beijing mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan sebagai wilayah kedaulatannya.

Itu menyebabkan Beijing terlibat dalam sengketa wilayah dengan negara-negara lain di kawasan Laut China Selatan, termasuk Filipina, tempat pesawat RAAF terbang untuk misinya.

Baca Juga: China Kerahkan Jet Tempur Siluman Paling Canggih J-20 ke Dekat Perbatasan India

P-8 Poseidon A47-008 tidak melakukan penerbangan pengintaian lagi hingga 2 Juni.

Namun, pesawat lain dengan nomor 'A47-007' lepas landas beberapa jam kemudian menuju Laut China Selatan.

Reaksi China

Setelah Australia pertama kali mengungkapkan rincian pertemuan pesawat P-8 Poseidon dan J-16, China mengeluarkan bantahan keras.

China juga memperingatkan Australia untuk menghentikan provokasi berbahaya di dekat wilayah China.

"Pada 26 Mei, sebuah pesawat pengintai maritim Australia RAAF P-8 memasuki wilayah udara China di dekat kepulauan Xisha untuk kegiatan pengawasan. Itu mengabaikan beberapa peringatan dari pihak China dan terus mendekati wilayah udara kepulauan Xisha," kata juru bicara Kementerian Pertahanan China Tan Kefei dalam sebuah pernyataan.

(*)

Tag

Editor : Siti Nur Qasanah

Sumber Eurasian Times