GridHot.ID - Rusia telah melakukan invasi terhadap Ukraina sejak 24 Februari lalu.
Namun, invasi tersebut belum menujukkan tanda-tanda akan berakhir meski kedua belah pihak sudah mengalami banyak kerugian.
Melansir Eurasian Times, Gubernur Oblast Mykolaiv, Vitaly Kim, mengklaim bahwa Rusia menggunakan rudal permukaan-ke-udara jarak jauh S-300 untuk menyerang sasaran darat di Ukraina.
Lewat unggahan di akun Twitter pada 8 Juli, Vitaly Kim mengatakan pasukan Rusia sering melakukan 'serangan roket' dan menggunakan rudal S-300 yang dilengkapi dengan navigator GPS untuk mencapai target darat.
Lebih lanjut, Kim mengatakan 12 rudal telah ditembakkan oleh S-300.
Meski demikian, Kim tidak merinci versi S-300 mana yang digunakan oleh pasukan Rusia untuk tujuan serangan darat.
Baik Rusia dan Ukraina diketahui mengoperasikan seri S-300P pada sasis beroda 8x8 serta seri S-300V yang menggunakan sasis beroda dalam perang Ukraina yang sedang berlangsung.
Meskipun mungkin mengejutkan, S-300 memang memiliki kemampuan permukaan-ke-permukaan, yang hanya sedikit yang diketahui.
Masih belum diketahui mengapa Rusia menggunakan sistem S-300 untuk menyerang target darat di Ukraina.
Menurut seorang ahli yang berbicara kepada EurAsian Times, S-300 adalah salah satu sistem pertahanan udara tertua dalam layanan karena Rusia mungkin memiliki kelebihan peluru tua yang akan lebih cocok untuk melawan target darat stasioner daripada menyerang target udara.
"Rusia menganggap S-300 sebagai sistem SAM yang lebih tua dan kurang mampu sekarang karena S-400 telah diterjunkan."
"Yang mengatakan, Rusia kemungkinan besar memiliki lebih banyak rudal S-300 dalam inventaris mereka, lebih murah, dan dapat digunakan untuk menargetkan area versus target titik," kata Kolonel (Purn.) David Shank, Mantan Komandan Sekolah Artileri Pertahanan Udara Angkatan Darat AS kepada EurAsian Times.
Dia menambahkan bahwa militer Rusia dapat "kehabisan amunisi permukaan-ke-permukaan yang dipandu dengan presisi, oleh karena itu mengintegrasikan rudal S-300 terhadap target area yang tampaknya lebih rentan".
Menurut Shank, alasan lain mengapa Rusia bisa memutuskan untuk mengalihkan S-300 dari peran pertahanan udaranya ke tujuan serangan darat adalah ketidakmampuan Angkatan Udara Ukraina untuk melakukan serangan udara, .
"Rusia juga dapat menerima risiko dengan aktivitas Angkatan Udara Ukraina yang minimal (sayap tetap dan sayap putar); Serangan mendadak harian Ukraina sangat rendah…..satu digit per hari," kata Shank.
(*)