GridHot.ID - Insiden baku tembak terjadi di rumah dinas Kadiv Propam Polri Irjen Pol Ferdy Sambo menjadi sorotan.
Melansir TribunBatam.id, kabar adik Brigadir J dimutasi dibenarkan Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo.
Dia menyatakan Bripda LL telah mulai bertugas di Polda Jambi.
"Ya, sudah dimutasikan ke Polda Jambi," kata Dedi saat dikonfirmasi, Senin (18/7/2022).
Namun begitu, Dedi tak merinci alasan Bripda LL dimutasi ke Polda Jambi.
Ia hanya menyampaikan bahwa Jambi merupakan kampung halaman dari Bripda LL.
Sementara itu, dilansir dari Surya.co.id, akhirnya terjawab alasan adik Brigadir J, Bripda LL Hutabarat dimutasi dari Mabes Polri ke Polda Jambi.
Sempat beredar kabar adik Brigadir J dimutasi terkait tewasnya sang kakak Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat yang kasusnya ramai dan kini dilimpahkan ke Polda Metro Jaya.
Mutasi Adik Brigadir J disebut-sebut untuk mengaburkan kasus sang kakak.
Namun, dugaan itu dibantah Samuel Hutabarat, ayah Brigadir J di Jambi.
Samuel Hutabarat menepis pemberitaan yang menyebutkan mutasi Bripda LL Hutabarat karena kasus penembakan yang menewaskan Brigadir J tersebut.
Menurut Samuel Hutabarat, menyebut usulan kepindahan Bripda LL Hutabarat itu sudah dilakukan sejak tahun lalu.
"Memang sebelumnya tahun kemarin itu kami sudah mengusulkan, bukan gara-gara persoalan ini lalu dia dimutasi," katanya dihubungi Tribunjambi.com, Selasa (19/7/2022).
Samuel Hutabarat bilang, pemberitaan di media sosial yang menyebutkan mutasi Bripda LL Hutabarat ke Jambi karena kasus abangnya itu adalah salah.
"Sebenarnya bukan gara-gara itu, itu permohonan kami dari bulan 12, bulan 12 sudah kami minta itu dari abangnya (Almarhum) agar bisa diusulkan adeknya pindah ke Jambi. Soalnya bapak sama mamak semakin tua, di sini perempuan semua," ujarnya.
Samuel Hutabarat mengatakan, mutasi Bripda LL Hutabarat ke Jambi tidak ada kaitannya dengan kejadian ini, karena murni permintaan keluarga yang sudah sudah lama.
Di bagian lain, keluarga di Jambi justru senang atas pemindahan ini.
Menurut keluarga, mutasi itu adalah permohonan dari pihak keluarga.
Permohonan mutasi itu disampaikan pihak keluarga ke Kapolda Jambi beberapa waktu lalu.
"Murni permohonan dan atas permintaan dari kami keluarga, agar adik almarhum bisa dipindahkan ke Polda Jambi," ungkap Roslin Simanjuntak, mewakili keluarga, Selasa (19/7/2022).
Dia menepis komentar negatif yang berseliweran di media sosial terkait pemindahan tersebut.
"Kita tidak tahu, opini di masyarakat itu dari mana," katanya.
Mereka mengucapkan terimakasih ke Kapolda Jambi, Irjen Rachmad Wibowo, yang selalu mensuport kebutuhan dan permintaan keluarga.
"Sejak awal juga kami berterimakasih ke pak Kapolda, sudah dibantu proses perpindahan. Sampai tadi malam pun, masih dibantu pengantaran barang-barang pribadi almarhum di rumah duka," katanya.
Lalu siapa sebenarnya Brigadir LL Hutabarat?
Berikut fakta-faktanya:
1. Antar jenazah kakaknya
Dalam pemberitaan WartaKota, dituliskan Bripda LL Hutabarat bertugas di Yanma Mabes Polri sebelum akhirnya dimutasi.
Dalam akun media sosial sepupunya, Roslin Emika membagikan momen Bripda LL Hutabarat mengantarkan kepulangan jenazah Brigadir J di Bandara Sultan Thaha Syaifuddin, Jambi pada Sabtu (9/7/2022).
Setibanya ini di bandara, mereka langsung berpelukan dan larut dalam kesedihan.
2. Orang pertama yang kabarkan tewasnya Brigadir J
Mengutip TribunJambi.com, Bripda LL Hutabarat adalah orang pertama yang mengabarkan kematian Brigadir J pada keluarga, bukan dari pihak kepolisian.
Hal ini diakui ayah Brigadir J, Samuel Hutabarat.
Diceritakan Samuel, beberapa jam sebelum kejadian Brigadir Yosua dan keluarganya masih intens berkomunikasi.
Saat itu, orangtua korban bersama dengan adiknya sedang pulang ke kampung halaman, Balige, Sumatera Utara untuk ziarah.
Brigadir Yosua selalu aktif memberi komentar setiap foto yang dia lihat di post oleh adiknya.
Brigadir Yosua seyogiyanya ingin ikut pulang ke kampung halaman, namun ia dalam kondisi tugas.
Saat itu, Brigadir Yosua sedang mendampingi keluarga perwira tinggi Polri tersebut ke Magelang. Kemudian berkomunikasi dengan sang ibu ia akan kembali ke Jakarta.
"Waktu itu masih aktif chatingan, setiap foto-foto selalu di komentari. Dia bilang enak ya, katanya sama adiknya," jelas Samuel.
Mereka memperkirakan, perjalanan Magelang menunu ke Jakarta sekira 7 jam. Kemudian, mereka menghubungi Brigadir Yosua untuk memastikan apakah sudah tiba di Jakarta.
Namun, saat itu Brigadir Yosua tidak bisa dihubungi, semua kontak di keluarganya telah diblokir.
"Semua di blokir, kakaknya dan yang lainnya di blokir," katanya.
Tidak berselang lama, mereka mendapat kabar Brigadir Yosua telah meninggal dunia.
Mirisnya, informasi tersebut tidak mereka terima langsung dari kepolisian, melainkan dari adik kandung korban yang juga bertugas di Mabes Polri.
Kala itu, Bripda LL Hutabarat mengabari keluarganya yang tengah berada di kampung halaman di Padang Sidempuan, Sumatera Utara.
Sekira pukul 10 malam, Bripda LL Hutabarat yang akrab disapa Reza memberi kabar duka via telepon kepada kakaknya yang lain bahwa Brigadir J sudah berpulang.
Selain tidak mendapat kabar dari polisi, Samuel juga mengaku tidak dimintai persetujuan terkait proses autopsi yang dilakukan terhadap anaknya.
Ia mendapati Brigadir Yosua sudah dalam kondisi lebam di sekujur tubuh, dan luka tembak di dada, tangan, leher dan bekas jahitan hasil autopsi.
"Tidak ada meminta persetujuan keluarga atas autopsi yang dilakukan," katanya.
Saat jenazah Brigadir Yosua tiba, pihak keluarga sempat tidak diizinkan untuk melihat atau membuka pakaian korban.
Kemudian, mereka juga melarang pihak keluarga untuk mendokumentasikan kondisi korban saat pertama kali tiba di rumah duka.
"Awalnya kita dilarang, tapi mamaknya maksa mau lihat dan pas dilihat saya langsung teriak lihat kondisi anak saya badannya lebam, mata kayak ditusuk dan ada luka tembak," sebutnya.
Samuel merasa terpukul dengan kondisi anaknya tersebut.
Ia bilang, , jika memang ditemukan kesalahan terhadap anaknya, tidak seharusnya diperlakukan dengan hal tersebut.
"Misalnyapun anak saya salah, ya jangan disiksa begitu," pungkasnya.
3. Menangis ciumi jenazah Brigadir J
Adik Brigadir J tak kuasa menahan tangis saat mencium jenazah sang kakak untuk terakhir kalinya.
Bripda LL Hutabarat yang memakai baju hitam langsung berusaha menjadi sosok penguat orangtuanya, Samuel Hutarabat dan Rosti Simanjuntak.
Pertama kali melihat peti jenazah Brigadir J, Samuel Hutabarat dan Rosti Simanjuntak histeris.
Keduanya lemas sampai berdiri pun dibantu para kerabatnya yang lain.
Pandangannya langsung tertuju ke peti jenazah warna putih yang sudah terbaring di tengah rumah.
Rosti tak berhenti berteriak melihat nasib malang yang menimpa putranya.
Kala itu, Bripda LL Hutabarat menjadi sosok yang menguatkan sang ibunda.
Dia memeluk, mencium, hingga mengelus tubuh ibunya agar lebih kuat menghadapi musibah ini bersama-sama.
Dalam video yang diunggah bibi Brigadir J, Rohani Simanjuntak, terlihat momen haru ketika Bripda LL Hutabarat terakhir kali memeluk jenazah sang kakak.
Dia tampak duduk persis di samping peti jenazah sang kakak sebelum ditutup dan dikuburkan.
"Sudah ya kita tutup, selamat jalan," tutur seorang pria.
Ketika peti jenazah hendak ditutup, tangis keluarga semakin keras, bahkan Samuel Hutabarat berusaha menahan agar penutup peti itu tak mendarat menghalangi tubuh Brigadir J.
Saat itu bergantian, ibu, ayah, adik, dan kakak Brigadir J memberikan pelukan perpisahan, termasuk Bripda LL Hutabarat.
"Reza (Bripda LL Hutabarat) berdiri kau anakku, Reza harus pasrahkan kau anakku," teriak seorang wanita kepada Reza.
Reza yang semula hanya duduk memandangi jenazah sang kakak langsung berdiri membuka maskernya.
Saat itu juga suasana berubah menjadi haru, Reza mencium kening sang kakak untuk terakhir kalinya sambil menangis.
4. Diberi uang istri Irjen Ferdy Sambo
Dalam rekaman video Rohani Simanjuntak di Facebook pada 11 Juli lalu, ada video tangisan Ibunda Brigadir J di depan peti jenazah putranya.
Rosti Simanjuntak pun menceritakan kisah kebaikan ibu jenderal yakni Istri Kadiv Propam Irjen Pol Ferdi Sambo.
“Kutanya adik, baik kali ini Ibu itu, dikasihnya adikmu itu uang Rp 10 juta kalau datang. Tapi karena besarnya uang sewa rumahnya itu nak. Biaya kosnya itu habis begitu lah keuangannya itu,”jerit Rosti dengan bahasa Batak. (*)