Find Us On Social Media :

Sama Gilanya Seperti Firaun di Zaman Musa, Raja Shaka Zulu Nyatanya Tak Segan Eksekusi Mati Bayi-bayi dan Gundiknya yang Hamil, Kekejamannya Ternyata Berdasar dari Keegoisan Ini

Ilustrasi Shaka Zulu

Gridhot.ID - Raja Zulu memang sudah terkenal akan kontroversi aturannya yang banyak ditentang dunia.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Raja Zulu modern yang meninggal di tahun 2021 saja memiliki aturan tes keperawanan yang gila.

Bahkan dirinya sampai membuat festival gadis telanjang dada untuk para wanita yang belum menikah.

Dirinya berdalih tes keperawanan yang dibuatnya untuk mengenalkan kesadaran HIV/AIDS di Afrika Selatan.

Kerajaan Zulu ternyata memang sudah sejak lama memiliki sejarah kelam.

Salah satu rajanya yang juga terkenal akan kontroversinya adalah Raja Shaka Zulu.

Raja Shaka Zulu sendiri sebenarnya dianggap sebagai sosok 'pahlawan' karena berhasil memperbesar suku mereka berkat ketangguhannya.

Namun Raja Shaka Zulu hidup sezaman kaisar Prancis, Napoleon, dan bahkan ada yang menjulukinya sebagai 'Napoleon Afrika'.

Meski begitu, dikutip Gridhot dari Intisari, terlepas dari reputasi mereka sebagai pemimpin militer yang hebat, Shaka jauh lebih diingat sebagai orang gila yang kejam dan haus darah.

Baca Juga: Lantang Sebut Sule Matrealistis, Sosok Ini Ungkap Bongkar Kekurangan dari Pernikahan Sang Komedian dan Singgung Karakter Nathalie Holscher: Dia Sensitif, Sebenarnya Penyuka Kebebasan

Konon kekejaman yang diperbuatnya itu dilakukan karena Shaka adalah seorang anak haram.

Sebagai seorang anak haram, Shaka pernah disuruh untuk menggiring anjing guna menjaga domba-domba merumput.

Namun Shaka muda malah menyuruh seekor anjing untuk membunuh salah satu domba.

Itu membuat ayahnya marah dan mengusir Shaka dan ibunya ke pondok desa tradisional Afrika.

Selama beberapa tahun berikutnya, Shaka dan ibunya mengembara dan pada 1803 mereka menemukan perlindungan dari hegemoni Mthethwa.

Tahta Mthethwa diduduki oleh Raja Dingiswayo dan di bawah raja ini nasib Shaka mulai membaik.

Shaka Menjadi Pendekar

Pada usia 16 tahun, Shaka menjadi anak gembala raja karena kecerdasan, keberanian, dan inovasinya.

Persaingan sengit antara penggembala ternak di wilayah tersebut juga menimbulkan konflik.

Baca Juga: Ada Titik Terang! Kasus Pembunuhan Brigadir J Kini Naik ke Tahap Penyidikan, Komaruddin Simanjuntak Klaim Polisi Sudah Tetapkan Beberapa Nama Tersangka

Dingiswayo mempersiapkan ini dengan mengorganisir para pemuda ke dalam resimen berdasarkan kelompok usia mereka.

Shaka segera direkrut sebagai seorang prajurit, dan resimennya dikenal sebagai Izi-cwe ('Bushmen').

Shaka diperlengkapi dengan perisai oval dan tiga tombak.

Pertempuran antara suku-suku biasanya diawali dengan dua orang yang saling berdiri berhadap-hadapan pada jarak 35 hingga 45 meter.

Kemudian masing-masing pihak akan melemparkan tombak ke arah musuh.

Pertempuran berakhir ketika salah satu dari mereka melarikan diri, atau jika dikejar mereka akan meletakkan senjatanya dan menyerah kalah.

Menjadi Kejam

Selama bertahun-tahun, Shaka mengalahkan para pemimpin lainnya, dan memperbesar wilayah yang dikendalikan oleh Zulu.

Shaka juga menjadi semakin brutal dan gila.

Baca Juga: Sudah Kepalang Sayang, Kalina Ocktaranny Ingin Balikan dengan Ricky Miraza yang Menuduhnya Punya Penyakit Kelamin: Aku Maafin Dia

Misalnya, ia akan menyuruh para pejuangnya dipukuli sampai mati karena lemah dan pengecut.

Lebih jauh lagi, dia tidak mengambil istri sah karena paranoid ahli waris tahta akan berencana untuk melawannya.

Bahkan jika seorang gundiknya hamil, dia akan dieksekusi.

Mirip seperti firaun di zaman Musa yang menghendaki setiap bayi laki-laki yang lahir untuk dihabisi.

Meskipun kisah kebrutalan dan kegilaan Shaka terkenal hari ini, namun tidak jelas seberapa jauh kebenaran kisah ini.

Namun dikarenakan banyak sumber berasal dari pendongeng Zulu yang bias dari era kolonial, mungkin saja kebrutalannya dibesar-besarkan.

(*)