"Laut China Selatan bukanlah 'taman safari' bagi negara-negara di luar kawasan, juga tidak boleh menjadi 'arena pertempuran' bagi kekuatan besar untuk bersaing," lanjutnya.
Tetapi, menurut Wang, ada kekuatan besar dari luar kawasan yang telah meningkatkan ketegangan di kawasan itu dengan dalih kerja sama.
"China dan negara-negara ASEAN harus mengklarifikasi sikap kita. Jika Anda datang untuk perdamaian dan kerja sama, kami nyambutnya. Jika Anda datang untuk masalah dan sabotase, silakan pergi," katanya.
Wang memang tidak menyebut negara mana itu, tapi jelas diketahui bahwa Amerika Serikat sering melakukan apa yang disebutnya kebebasan navigasi di Laut China Selatan.
Amerika Serikat menentang apa yang dikatakannya sebagai pembatasan lintas damai yang diberlakukan oleh China serta pengklaim lain di Laut China Selatan yang diyakini memiliki cadangan minyak dan gas yang kaya.
China mengaku tidak menentang kebebasan navigasi atau penerbangan, sebaliknya menuduh AS sengaja memicu ketegangan.
China mengklaim hampir seluruh kawasan Laut China Selatan.
Klaim tersebut bersinggungan dengan wilayah Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam, dan Taiwan.
12 Juli menandai ulang tahun keenam dari kasus penting yang diajukan oleh Filipina terhadap klaim China.
Pengadilan internasional memutuskan menentang argumen China tentang hak historis - antara lain - pada dasarnya membatalkan klaimnya atas perairan.
Itu adalah kemenangan gemilang bagi Filipina.
Namun China telah mempertanyakan validitas keputusan pengadilan dan menolaknya dengan mengatakan keputusan itu batal demi hukum. (*)