"Tadi kan Vino pulang sekolah, terus teman-temannya dijemput sama mamanya," ungkap Vino yang mengenakan baju kancing dua bermotif garis biru dan celana merah. Ia duduk di teras sambil menatap kosong.
"Terus Vinonya gak dijemput," ucapnya lagi mulai sesegukan.
Vino bercerita kalau teman-teman sempat bertanya ke mana ibunya. Jawaban Vino pun sungguh menyayat hati.
"Teman-teman Vino bilang, mamanya ke mana? (Terus jawab) Vino gak punya mama. Terus Vino jalan kaki," demikian kata yang keluar dari mulut mungil Vino.
"Makanya Vino duduk sini aja," katanya lagi sambil merenung tepat di depan pintu pagar teras rumah.
Kemudian sesaat sang ayahnya kembali bertanya,"Bilang apa teman-temannya?"
"Teman-teman bilang mamanya ke mana? Cuma Vino bilang, Vino gak punya mama," kali ini air mata Vino tumpah menetes ke pipinya.
Sang ayah pun memegang pipi mungil anaknya sambil mengelus rambut dan menguatkan.
"Sabar ya. Sini peluk papa. Sabar, sabar ya," kata sang ayah.
"Iya," jawab si anak yang masih duduk di bangku TK itu.
"Kan ada papa," kata sang ayah lagi.