'Satu Orang Harus Mati Agar yang Lain Hidup', Inilah Kisah Saudara Kembar yang Bicara Pakai Bahasa Rahasia, Sempat Jalani Kehidupan Penuh Dosa

Minggu, 04 September 2022 | 09:13
Eva.vn

Saudara kembar, June dan Jennifer

GridHot.ID - Saudara kembar memiliki ikatan yang tidak bisa dipecahkan.

Mereka sering berkomunikasi satu sama lain dengan cara yang tidak dapat dipahami orang lain.

Seperti halnya yang dilakukan oleh saudara kembar, June dan Jennifer Gibbons.

Dilansir dari Eva.vn (6/8/2022), hubungan June dan Jennifer membuat orang-orang di sekitarnya sangat kebingungaan.

June dan Jennifer lahir pada tahun 1963 dari orang tua bernama Aubrey dan Gloria.

June dan Jennifer dilahirkan dalam keluarga militer yang mencintai Inggris.

Pada tahun-tahun awal usia mereka, June dan Jennifer tampak sangat bahagia.

Namun, seiring berjalanan waktu, perkembangan komunikasi keduanya melambat.

June dan Jennifer jarang berinteraksi dengan orang asing. Meski begitu, keduanya tetap berbicara satu sama lain dengan "bahasa rahasia". Keduanya juga berbicara dengan boneka mereka.

Pada usia sekolah, kebiasaan komunikasi June dan Jennifer menjadi perhatian para guru.

Dua saudara perempuan itu diketahui jadi korban perundungan di sekolah karena perilaku mereka yang tak biasa.

Baca Juga: Rusia Diolok-olok Warga Jagat Maya Karena Mengklaim Telah Hancurkan 44 HIMARS Ukraina, Padahal Faktanya Amerika Hanya Pasok Segini ke Kyiv

Hal itu menjadikan keduanya semakin tertutup.

Si kembar menjadi sasaran perundungan bukan hanya kerena hubungan khusus mereka, tetapi juga karena mereka adalah orang kulit hitam yang tinggal di daerah yang didominasi kulit putih.

Bullying menyebabkan gadis-gadis itu memberontak.

Mereka menolak untuk membaca dan menulis, membuat orang lain tak dapat mengakses kehidupan mereka.

Mereka kemudian dikenal sebagai "si kembar pendiam".

Meski June dan Jennifer memiliki perilaku yang tak biasa, keluarganya dan pihak sekolah tampaknya tidak ambil pusing.

Sampai pada tahun 1976, seorang anggota staf medis yang pergi ke sekolah untuk melakukan vaksinasi tuberkulosis menemukan reaksi acuh tak acuh dari June dan Jennifer terhadap suntikan.

Staf medis yang bingung akhirnya menghubungi psikolog anak.

Setelah menemui psikolog, June dan Jennifer dibawa ke ahli terapi wicara.

Di sana, dua saudari itu direkam bagaimana caranya berbicara. Dan ditemukan bahwa "bahasa rahasia" keduanya adalah campura bahasa Bajan dan Inggris. Keduanya berbicara sangat cepat.

Setelah kunjungan terapis, kedua gadis itu dipindahkan ke Pusat Pendidikan Khusus Easgate tetapi sekolah baru pun tidak berbeda. Keduanya tetap diam selama sesi terapi.

Baca Juga: Gawat! Keterangan Pacar Brigadir J Justru Perkuat Kesaksian Pelecehan Seksual Terhadap Putri Candrawathi, Komnas HAM Minta Polri Mendalami: Kalau Perlu Pakai Lie Detector

Akhirnya pada tahun 1977, keputusan kontroversial dibuat untuk memisahkan June dan Jennifer.

June dikirim ke Unit Remaja St David. Di sana, gadis itu hanya diam sepenuhnya ketika Jennifer tidak ada.

Dikatan bahwa ada suatu masa ketika June hanya berbaring di tempat tidur.

Menyadari kedua anak itu semakin buruk tanpa satu sama lain, mereka akhirnya disatukan kembali di Eastgate.

Ketika June dan Jennifer dipindhakan ke fasilitas yang berbeda, anggota staf bingung dengan perilaku dua anak itu.

Anggota staf sering menyebut hubungan June dan Jennifer sebagai "mengendalikan", tetapi tidak tahu siapa yang memegang kendali.

Beberap staf medis bahkan percaya bahwa salah satu dari saudara kembar itu "memiliki" yang lain. Entah June yang memiliki Jennifer, atau sebaliknya.

Ketika kedua gadis itu tumbuh menjadi remaja, perilaku mereka tetap tidak berubah. Ketika berada di sekitar orang lain, mereka cenderung berkomunikasi hanya melalui kontak mata.

Marjorie Wallace, seoraa=ng jurnalis dan juru kampanye kesehatan mental yang mengetahui tentang anak kembar, menggambarkan hubungan June dan Jennfer sebagai "permainan masa kecil yang kejam dan lepas kendali".

Menurutnya, anak perempuan memiliki "ritual" mereka sendiri, yang memutuskan siapa yang bernapas lebih dulu, yang lain tidak boleh bernapas sampai yang lain selesai.

Meskipun mereka jarang berbicara dengan orang lain, June dan Jennifer menemukan pelipur lara dalam tulisan.

Baca Juga: Waktunya Hanya Dua Bulan, 100 Pasukan 'Kesatria Jagat Raya' Mobilisasi ke Pegunungan Bintang Papua, Siap Laksanakan Misi Ini

June bahkan menerbitkan sebuah novel berjudul "Pepsi Cola Addict", tentang seorang siswa yang dirayu oleh seorang guru.

Keduanya juga menulis buku harian, di mana mereka menuliskan pikiran terdalam mereka.

Termasuk bagaimana perasaan mereka satu sama lain. Jennifer pernah menulis "kami telah menjadi musuh bebuyutan satu sama lain".

Dia menggambarkan June sebagai "bayangannya", bertanya-tanya apakah June akan bertahan tanpa dia.

Kehidupan dosa

Pada tahun 1981, gadis-gadis itu ditemukan minum dan menggunakan narkoba, yang mengarah pada kejahatan.

Pada bulan Oktober tahun itu, mereka melakukan vandalisme, pencurian, dan pembakaran selama lima minggu.

Tahun berikutnya, mereka mengaku bersalah atas 16 dakwaan, tetapi bukannya dipenjara, si kembar dibawa ke Rumah Sakit Broadmoor di bawah Undang-Undang Kesehatan Mental.

Selama 11 tahun mereka dalam perawatan, gadis-gadis itu terus menulis buku harian, memberi tahu orang-orang tentang dunia mereka secara sekilas.

Sebuah baris buku harian Jennifer menunjukkan bahwa dia ingin sendiri tetapi tak yakin apakah dia bisa hidup tanpa June. Dia mengklaim jantungnya "hanya bisa berdetak ketika ada J".

Selama bertahun-tahun, June dan Jennifer berusaha bebas.

Baca Juga: 'Saya Menyampaikan Fakta', Terbongkar Lewat Mulut Orang Ini, Bharada E Ternyata Tak Pernah Minta Perannya Diganti saat Rekonstruksi, Richard Eliezer Siap Berhadapan dengan Ferdy Sambo

Mereka bahkan menulis surat kepada Ratu Inggris tetapi tidak berhasil.

Akhirnya, keduanya mulai terbuka, berkomunikasi dengan staf rumah sakit.

Mereka semakin jarang menulis, terutama setelah disuntik obat-obatan dosis tinggi selama di Broadmoor.

Kematian tragis

Pada tahun 1993, diputuskan untuk memindahkan gadis-gadis itu ke fasilitas keamanan yang lebih dekat dengan keluarga mereka.

Tetapi pada tanggal 9 Maret, ketika mereka naik van untuk pergi ke "rumah" baru mereka, staf menemukan bahwa Jennifer terlihat lemah dan tidak sehat.

Dia kemudian dibawa ke Rumah Sakit Princess of Wales di Bridgend, tetapi meninggal pada pukul 18.30 di hari yang sama. Saat itu, usianya baru menginjak 29 tahun.

Autopsi menunjukkan bahwa Jennifer menderita miokarditis yang tidak terdiagnosis.

Setelah kematian Jennifer, June tinggal di fasilitas keamanan selama setahun, kemudian dibebaskan.

Marjorie Wallace menyatakan bahwa June dan Jennifer mulai percaya baha satu orang harus mati agar yang lain bisa hidup.

Dia menulis dalam wawancara bahwa Jennifer mengatakan dia memutuskan mati agar June hidup normal.

Baca Juga: Arti Kedutan di Pipi Kanan Bagian Atas Menurut Primbon Jawa, Pertanda Keberuntungan?

Setelah kematian Jennifer, Marjorie mengunjungi June.

June mengatakan dia mengalami rasa sakit yang tak terbayangkan atas kematian Jennifer. Tapi, dia bersyukur atas kebebesan yang diberikan saudaranya itu.

Sebuah puisi ditulis di nisan Jennifer:

"Dulu kita berdua

Kita berdua adalah satu

Kami tidak punya dua yang terisi

Karena hidup adalah satu

Tolong istirahat"

Pada tahun 2008, dilaporkan bahwa June telah menjalani kehidupan yang damai di dekat orang tuanya di Wales barat. (*)

Tag

Editor : Siti Nur Qasanah

Sumber Eva.vn