Find Us On Social Media :

Harga BBM Meroket Tarif Ojol Merangkak Naik, Konsumen Mulai Lari dan Pilih ke Mana-mana Pakai Kendaraan Sendiri, Pakar Akui Biaya Beli Bensin Lebih Murah Dibanding Bayar Ojek: Tak Bisa Disalahkan!

Pemgemudi Ojek Online (Ojol) menunggu penumpang di Kawasan Stasiun Sudirman, Jakarat Pusat, Senin (8/6/2020).

Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bensin lebih murah dibanding membayar tarif ojol untuk kebutuhan dalam satu hari. Ia menilai pilihan masyarakat untuk menggunakan sepeda motor juga tidak bisa disalahkan.

"Mereka yang penghasilannya terbatas, kurang dari Rp 4 juta, itulah yang paling rentan dengan kenaikan tarif transportasi. Jadi, konsumen pindah ke sepeda motor tidak boleh disalahkan. Dengan minimnya pendapatan dan semakin mahalnya biaya hidup, maka agak sulit menyalahkan masyarakat ketika memilih harus menggunakan sepeda motor," kata Yayat.

Survei yang dilaksanakan pada 16-24 Agustus ini dilakukan di 31 kabupaten/kota dan melibatkan 1.220 responden yang diambil menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error 3% dan tingkat kepercayaan 95%.

Seperti diketahui, Kementerian Perhubungan telah menaikkan tarif ojek online pada 4 Agustus lalu dengan rentang kenaikan 32%-50%.

Pemerintah memutuskan untuk memperpanjang masa sosialisasi dan menerapkan peraturan tersebut pada 10 September dengan besaran yang direvisi mengikuti naiknya harga BBM bersubsidi.

Dampak pada Pengangguran

Peneliti INDEF Nailul Huda menjelaskan dampak inflasi dari kenaikan tarif ojol yang dapat berdampak pada banyak hal, termasuk potensi menurunnya tenaga kerja dan meningkatnya angka orang miskin.

“Jika kenaikan tarif ojol menyebabkan kenaikan inflasi 0,5%, makan akan berdampak pada penurunan produk domestik bruto sebesar Rp 436 miliar sehingga menyebabkan upah riil nasional menurun 0,0006% dan kenaikan jumlah penduduk miskin 0,04%,” papar Nailul.

Kenaikan tarif tersebut juga akan memukul para pekerja ojol karena dalam survei ditemukan simulasi bahwa jika tarif naik Rp 2.000 per perjalanan maka sekitar 25% konsumen ojol akan beralih ke moda transportasi lain, dan jika kenaikannya mencapai Rp 4.000 maka 72% konsumen tidak akan menggunakan ojol lagi.

“Artinya, menurunnya permintaan ini akan membuat para pegemudi ojol kehilangan pekerjaan di tengah situasi ekonomi yang sulit,” papar Kennedy.

(*)