Find Us On Social Media :

Nggak Ada Takut-takutnya, Amerika Serikat Nekat Bangun Rencana untuk Produksi Senjata di Taiwan, China Bisa Darah Tinggi

Kapal perang Taiwan yang melakukan uji coba menembakkan rudal dari AS

Gridhot.ID - China memang hingga detik ini masih terus berusaha melakukan pendekatan untuk bisa mengambil alih Taiwan.

Dikutip Gridhot dari Tribunnews, China bahkan beberapa waktu lalu menegaskan pihaknya akan melakuan cara apapun agar bisa merebut Taiwan menjadi miliknya.

Namun, Taiwan kini justru sedang dilindungi beberapa negara besar lain.

Dilaporkan Amerika Serikat jadi salah satu negara yang nampak aktif memberikan bantuan dan perlindungan ke Taiwan.

Bahkan sikap Amerika Serikat (AS) ini membuat China geram setengah mati.

China sempat beberapa kali mengeluarkan peringatan untuk AS agar tak ikut campur dalam urusan ini.

Namun sepertinya, China akan emosi besar dekat-dekat ini.

Dikutip Gridhot dari Kontan, Pemerintah AS sedang mempertimbangkan rencana untuk bersama-sama memproduksi senjata dengan Taiwan.

Ini merupakan sebuah prakarsa yang dimaksudkan untuk mempercepat pengiriman senjata guna meningkatkan pencegahan Taipei terhadap China. Hal ini diduga akan semakin membuat China marah.

Mengutip Reuters, Presiden AS Joe Biden telah menyetujui lebih dari US$ 20 miliar dalam penjualan senjata ke Taiwan sejak 2017.

Langkah tersebut diambil karena China telah meningkatkan tekanan militer di Taiwan.

Baca Juga: Jadi Saksi Pertama Awal Mula Lesti Kejora Dijodoh-jodohkan, Maria Vania Justru Puji Rizky Billar Usai Kasus KDRT Selesai: Kayak Gemes Banget!

Namun, Taiwan dan Kongres AS telah memperingatkan penundaan pengiriman karena kesulitan rantai pasokan dan simpanan yang disebabkan oleh meningkatnya permintaan untuk beberapa sistem karena perang di Ukraina.

“Itu tepat di awal proses,” jelas Rupert Hammond-Chambers, presiden Dewan Bisnis AS-Taiwan.

Hammond-Chambers mengatakan belum ditentukan senjata mana yang akan dianggap sebagai bagian dari upaya tersebut, meskipun kemungkinan akan fokus pada penyediaan lebih banyak amunisi dan teknologi rudal yang sudah lama ada kepada Taiwan.

Tetapi, dia memperingatkan bahwa setiap langkah seperti itu akan membutuhkan produsen senjata untuk mendapatkan lisensi produksi bersama dari Departemen Luar Negeri dan Pertahanan.

Hammond-Chambers menambahkan mungkin ada penolakan di dalam pemerintah AS untuk mengeluarkan lisensi produksi bersama karena kegelisahan tentang menyetujui teknologi penting untuk platform asing.

"Ini adalah bagian dari teka-teki, bukan pengubah permainan," kata Hammond-Chambers kepada Reuters setelah surat kabar Nikkei Jepang pertama kali melaporkan rencana tersebut, mengutip tiga sumber yang tidak disebutkan namanya.

Nikkei juga memberitakan, kemungkinan kerjasama itu akan mencakup Amerika Serikat yang menyediakan teknologi untuk memproduksi senjata di Taiwan, atau memproduksi senjata di Amerika Serikat dengan menggunakan suku cadang Taiwan.

Ditanya tentang rencana tersebut, juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan:"Amerika Serikat sedang mencari semua opsi untuk memastikan transfer cepat kemampuan pertahanan ke Taiwan."

Juru bicara tersebut juga menambahkan, "Penyediaan cepat persenjataan pertahanan Taiwan dan dukungan Amerika Serikat melalui Penjualan Militer Asing dan Penjualan Komersial Langsung sangat penting untuk keamanan Taiwan dan kami akan terus bekerja dengan industri untuk mendukung tujuan itu."

Berita tentang rencana itu muncul setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada sebuah forum di Universitas Stanford pada hari Senin bahwa Beijing bertekad untuk mengejar reunifikasi (dengan Taiwan) pada garis waktu yang jauh lebih cepat, meskipun dia tidak menentukan tanggal.

Pemimpin China Xi Jinping mengatakan pada hari Minggu bahwa China tidak akan pernah melepaskan hak untuk menggunakan kekuatan atas Taiwan, tetapi akan berusaha untuk resolusi damai.

Baca Juga: Mantap Cerai dari Reza Arap, Wendy Walters Ungkap Kisah Pilu Hingga Traumanya, Tak Disangka Ayahnya Dulu Hamili Babysitter: Aku Sok Kuat

Kantor kepresidenan Taiwan mengatakan minggu ini Taiwan tidak akan mundur dari kedaulatannya dan tidak akan berkompromi dengan kebebasan dan demokrasi, tetapi pertemuan di medan perang bukanlah suatu pilihan.

Para pejabat AS telah mendorong Taiwan untuk memodernisasi militernya sehingga bisa menjadi "landak", yang sulit diserang China.

Para pejabat AS telah mengkritik Beijing karena menggunakan kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan pada Agustus sebagai dalih untuk mengubah status quo di Selat Taiwan dengan meningkatkan latihan militer di dekat wilayah Taiwan.

(*)