GridHot.ID - Kalau ditanya siapa yang tidak mau masuk surga?
Jawabannya pasti pada mau semuanya.
Setiap umat muslim tentu memiliki keinginan menjadi calon penghuni surga.
Dilansir dari bangkapos.com, setiap umat muslim tentunya memiliki keinginan menjadi calon penghuni surga.
Berbagai amalan mulai dari ibadah Sholat, puasa sunah, tahajud, hingga zikir terus dilakukan untuk meningkatkan ketakwaan dengan harapan mendapatkan surga dari ALLAh SWT.
Namun siapa sangka ada amalan yang sederhana namun tidak mudah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti yang dilakukan oleh pemuda ini yang disebut Nabi Muhammad SAW sebagai calon penghuni surga.
Berikut kisah dan ulasannya
Alkisah Rasulullah, Nabi Muhammad SAW menyebut orang ini akan masuk surga meski ibadahnya biasa saja, tidak terlalu getol dalam beribadah.
Para sahabat Nabi Muhammad SAW penasaran, lantas apa yang membuatnya masuk surga?
Simak kisahnya, rupanya ini watak sederhana sang calon penghuni surga.
Direktur Quantum Akhyar Institute, Ustaz Adi Hidayat pernah berceramah tentang ahli surga.
Ustaz Adi Hidayat mengungkapkan bahwa setiap orang memiliki peluang yang sama untuk masuk surga.
Hal itu diungkapkan Ustaz Adi Hidayat di video yang diunggah di kanal YouTube Adi Hidayat Official pada 30 Juli 2019 lalu.
Di kesempatan lain, Ustaz Adi Hidayat juga mengungkapkan sebuah cerita menarik tentang calon penghuni surga.
Orang itu disebut sebagai ahli surga meski ibadahnya biasa-biasa saja.
Lantas, amalan apa yang ia perbuat sehingga dijamin masuk surga?
Diketahui, cerita tentang ahli surga itu disampaikan Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Imam Malik no. 20559.
Rasulullah SAW pernah berkata kepada para sahabat “Akan datang kepada kalian sekarang ini seorang laki-laki penghuni surga.”
Perkataan Rasulullah SAW itu sontak membuat para sahabat penasaran dengan sosok tersebut.
Pada saat itu, para sahabat melihat seorang laki-laki Anshar dengan wajah basah.
Laki-laki tersebut baru saja mengambil air wudhu sambil membawa sepasang sandal jepit.
Sekilas tak ada sesuatu yang istimewa pada laki-laki tersebut.
Keesokan harinya, Rasulullah SAW mengatakan hal yang sama: “Akan datang kepada kalian sekarang ini seorang laki-laki penghuni surga".
Para sahabat pun semakin penasaran dengan sosok yang dimaksud Rasulullah SAW.
Namun, laki-laki yang membawa sepasang sandal jepit itu muncul lagi di hadapan para sahabat.
Ternyata Rasulullah SAW kembali mengatakan hal yang sama untuk ketiga kalinya.
Para sahabat kemudian bertanya-tanya apa alasan laki-laki itu disebut sebagai calon penghuni surga.
Salah satu sahabat yakni Abdullah bin Amr bin Ash pun memutuskan untuk membuntuti laki-laki yang disebut sebagai calon penghuni surga itu.
Abdullah bin Amr bin Ash penasaran kira-kira amalan apa yang membuat laki-laki tersebut jadi salah satu orang yang selamat pada hari akhir.
Sahabat Rasulullah SAW itu kemudian meminta izin kepada laki-laki tersebut untuk menginap di rumahnya.
Dengan begitu, dirinya akan mengetahui amalan apa yang dilakukan oleh laki-laki itu.
“Aku telah bertengkar dengan ayahku, kemudian aku bersumpah untuk tidak mendatanginya selama tiga hari. Jika boleh, aku ingin tinggal bersamamu selama tiga hari,” ujar Abdullah kepada laki-laki itu.
Laki-laki itu pun menyambut dengan gembira: “Tentu, silakan,”
Selama 3 hari menginap, Abdullah hanya melihat si laki-laki melakukan ibadah yang biasa saja.
Laki-laki itu bahkan tak tak pernah menunaikan ibadah sholat Tahajud di sepertiga malam.
Abdullah bin Amr selalu mendengar laki-laki itu berzikir dan bertakbir saat terjaga dari tidur.
Selain itu, laki-laki itu baru bangun saat waktu sholat subuh tiba.
Laki-laki itu juga tak pernah menjalankan puasa sunnah.
Meski begitu, Abdullah melihat bahwa laki-laki itu hampir tak pernah berbicara dan hanya melontarkan ucapan yang baik.
Saat akan beranjak pulang, Abdullah akhirnya mengakui bahwa dirinya menginap hanya untuk mengetahui amalan yang membuat laki-laki itu menjadi calon penghuni surga.
“Wahai hamba Allah, sesungguhnya tidak pernah terjadi pertengkaran antara aku dan ayahku. Tujuanku menginap di rumahmu adalah karena aku ingin tahu amalan yang membuatmu menjadi penghuni surga, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah. Aku bermaksud dengan melihat amalanmu itu aku akan menirunya supaya bisa menjadi sepertimu. Tapi, ternyata kau tidak terlalu banyak beramal kebaikan. Apakah sebenarnya hingga kau mampu mencapai sesuatu yang dikatakan Rasulullah sebagai penghuni surga?” tanyanya.
“Aku tidak memiliki amalan, kecuali semua yang telah engkau lihat selama tiga hari ini.” jawab laki-laki itu.
Ketika Abdullah berniat keluar dari rumah, laki-laki itu kemudian memanggilnya.
“Benar, amalanku hanya yang engkau lihat. Hanya saja, aku tidak pernah berbuat curang kepada seorang pun, baik kepada Muslimin ataupun selainnya. Aku juga tidak pernah iri ataupun hasad kepada seseorang atas karunia yang telah diberikan Allah kepadanya.” kata laki-laki tersebut.
Menurut Abdullah, mungkin amalan inilah yang membuatnya mendapatkan nikmat dari Allah sebagai calon penghuni surga.
“Kemungkinan amalan inilah yang membuatmu mendapatkan derajat yang tinggi. Ini adalah amalan yang sangat sulit untuk dilakukan,” ujar Abdullah.
Dari kisah tersebut, kita bisa belajar bahwa sifat iri, dengki dan hasad dilarang dalam agama Islam.
Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لاَ تَحَاسَدُوْا ، وَلاَ تَنَاجَشُوْا ، وَلاَ تَبَاغَضُوْا ، وَلاَ تَدَابَرُوْا ، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ ، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا ، اَلْـمُسْلِمُ أَخُوْ الْـمُسْلِمِ ، لاَ يَظْلِمُهُ ، وَلاَ يَخْذُلُهُ ، وَلاَ يَحْقِرُهُ ، اَلتَّقْوَى هٰهُنَا ، وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ، بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْـمُسْلِمَ ، كُلُّ الْـمُسْلِمِ عَلَى الْـمُسْلِمِ حَرَامٌ ، دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ.
Dari Abu Hurairah Radhyallahu anhu ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kalian jangan saling mendengki, jangan saling najasy, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi! Janganlah sebagian kalian membeli barang yang sedang ditawar orang lain, dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allâh yang bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, maka ia tidak boleh menzaliminya, menelantarkannya, dan menghinakannya. Takwa itu disini –beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali-. Cukuplah keburukan bagi seseorang jika ia menghina saudaranya yang Muslim. Setiap orang Muslim, haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya atas muslim lainnya.” (HR Muslim no. 2564).(*)