Gridhot.ID - Innalillahi wa innailaihi rojiun, sosok maestro ternama ini baru saja meninggal dunia.
Meski meninggal dunia, sosoknya akan terus dikenang berkat karyanya yang sudah melegenda.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, sosok maestro yang sudah meninggal dunia tersebut adalah Tan Deseng.
Tan Deseng lahir di Tamim, Bandung dari keluarga pengusaha dan seniman.
Tan Deseng sejak kecil sudah bisa bermain gitar dengan liha hingga akhirnya dirinya tertarik menekuni kecapi akibat temannya.
Perjalanannya dimulai usai dirinya merasa terharu hingga menitikkan air mata saat mendengar lagu-lagu Sunda di RRI.
Dikutip Gridhot dari Tribun Jabar, sang Maestro Karawitan Sunda, Tan Deseng berpulang di usianya ke 80 tahun pada Minggu (6/11/2022) pukul 13.30 WIB. Jenazahnya kini disemayamkan di Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP), Jalan Nana Rohana, Kota Bandung.
Terpajang karangan bunga dari berbagai elemen, salah satunya dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jabar.
Rencananya, jenazah Tan Deseng ini akan berada di YDSP sampai Rabu (9/11/2022) untuk sekaligus dikremasi.
Sahabat karib dari mendiang Tan Deseng, Boy Worang yang turut melayat ke YDSP menceritakan sosok sang maestro tersebut. Menurutnya, Tan Desen memang memiliki riwayat penyakit dalam, yakni pada saluran pencernaannya.
"Ya dua hari lalunya dia sempat ada stroke ringan disertai kejang. Lalu, dibawa ke RS Immanuel tapi karena prosedur yang panjang, keluarga memutuskan membawanya ke RS Rajawali. Di sana dia diberi bantuan oksigen dan membuang dahak, karena memang permasalahannya itu sering sembelit alias susah buang air," katanya, Senin (7/11/2022).
Tan Deseng, lanjut Boy, meninggal pada Minggu (6/11/2022).
Padahal, pada pagi harinya telah diputuskan untuk dibuka selang infus kecuali selang untuk makan masih terpasang.
Bahkan, Tan sempat bisa berbicara meskipun dengan kondisi pelo.
"Bagi saya Tan Deseng itu sosok yang selalu berjuang untuk musik tradisi, utamanya Sunda meski ternyata berkreativitas musik tradisi itu tidak menghidupinya dengan baik, namun dia tetap menjalankan karena panggilan hidup," kata karibnya yang merupakan tokoh seni drama itu.
Boy menyebut Tan Deseng sudah berkarier di dunia musik tradisi sejak 1960an. Dan dia pun mendapatkan julukan 'setan melodi' karena menggeluti bidang itu dalam waktu lama.
Kelincahan dan skillnya dalam bermain musik utamanya tradisi Sunda, lanjut Boy, ciri khas itu yang tak dimiliki siapa pun. Dia pun menyebutkan kelebihan lainnya yang dimiliki mendiang Tan Deseng ialah tak hanya belajar skill melaikan belajar filosofinya, semisal filosofi Sunda.
"Nah dia itu tahu betul filosofi Sunda dalam musik. Dia sangat menguasainya dan memang orangnya mau belajar dari orang-orang yang memang ahlinya, sehingga dia dengan cepat beradaptasi," ujarnya.
Boy pun mengatakan ada keinginan dari Tan Deseng yang dicitakan bersama, yakni berharap anak-anak muda ketika belajar musik tradisi Sunda agar tidak hanya sebentar melainkan tahu betul buhunnya.
"Kami juga punya cita-cita untuk roadshow ke sekolah-sekolah musik di Jabar ini untuk transfer knowledge, semisal ISBI, UPI, dan lainnya. Dia ingin menggelar workshop sekaligus menggugah musik tradisi ke anak muda," ujarnya.
(*)