Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Terbesar di Eropa Jadi Medan Perang Rusia VS Ukraina, PBB Ketar-ketir Bencana Besar Bisa Terjadi dalam Sejentikan Jari

Senin, 21 November 2022 | 17:25
Maxar Technologies

PLTN Zaporizhzhia di Ukraina yang sedang dikuasai Rusia

Gridhot.ID - Peperangan Rusia dengan Ukraina tak mereda sedikitpun meski para petingginya baru saja melakukan konferensi G20 di Indonesia.

Bahkan dikutip Gridhot dari Tribunnews, terbaru pihak Rusia sudah melancarkan hingga hampir 400 serangan ke Ukraina.

Rusia tetap menggempur habis-habisan Ukraina meski cuaca memburuk.

Presiden Zelensky menyatakan serangan Rusia akhir-akhir ini juga menjadi pertempuran paling sengit yang mereka alami.

"Di wilayah Luhansk, kami perlahan bergerak maju sambil berperang. Sampai sekarang, ada hampir 400 serangan artileri di timur sejak awal hari," kata Zelensky.

"Pertempuran paling sengit, seperti sebelumnya, terjadi di wilayah Donetsk," katanya.

Sayangnya yang paling mengerikan terjadi di Zaporizhzhia.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di Ukraina yang berada di bawah kendali Rusia diguncang oleh penembakan pada Minggu (20/11/2022).

Insiden tersebut menulai kecaman dari pengawas nulir PBB. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) memperingatkan serangan semacam itu berisiko menimbulkan bencana besar.

IAEA menyebut, lebih dari selusin ledakan mengguncang pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa tersebut pada Sabtu (19/11/2022) malam dan Minggu.

Rusia dan Ukraina saling menyalahkan atas penembakan fasilitas nuklir seperti yang telah mereka lakukan berulang kali dalam beberapa bulan terakhir setelah ledakan sebelumnya.

Baca Juga: Pertanda Akan Patah Hati hingga Jatuh Sakit Simak 4 Arti Kedutan Area Leher Menurut Primbon Jawa Berikut Ini, Konon Banyak Hal Buruk Akan Terjadi

Kepala IAEA Rafael Grossi mengatakan berita tentang ledakan itu sangat meresahkan.

"Ledakan terjadi di lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir besar ini, yang benar-benar tidak dapat diterima. Siapa pun di belakang penembakan ini, harus segera dihentikan. Seperti yang telah saya katakan berkali-kali sebelumnya, Anda bermain api!" kata dia dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters.

Mengutip informasi yang diberikan oleh manajemen PLTN, tim IAEA di lapangan mengatakan telah terjadi kerusakan pada beberapa bangunan, sistem, dan peralatan.

Namun, IAEA menyebut, sejauh ini tidak ada yang kritis untuk keselamatan dan keamanan nuklir.

"Tim berencana untuk melakukan penilaian pada Senin (21/11/2022) ini," kata Grossi dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Minggu.

Operator tenaga nuklir Rusia Rosenergoatom mengatakan akan ada pembatasan pada apa yang dapat diperiksa oleh tim.

"Mereka menafsirkan mandat mereka tidak memiliki batas. Ini tidak benar. Jika mereka ingin menginspeksi fasilitas yang tidak ada hubungannya dengan keselamatan nuklir, aksesnya akan ditolak," terang Renat Karchaa, penasihat CEO Rosenergoatom kepada kantor berita Rusia, TASS.

Penembakan berulang kali di PLTN di Ukraina selatan telah menimbulkan kekhawatiran tentang potensi kecelakaan parah hanya 500 km dari lokasi kecelakaan nuklir terburuk di dunia, bencana Chornobyl tahun 1986.

PLTN Zaporizhzhia menyediakan sekitar seperlima dari listrik Ukraina sebelum invasi Rusia, dan telah dipaksa untuk beroperasi dengan generator cadangan beberapa kali.

PLTN ini memiliki enam reaktor VVER-1000 V-320 berpendingin air dan moderasi air rancangan Soviet yang mengandung Uranium 235.

Reaktor dimatikan tetapi ada risiko bahan bakar nuklir bisa menjadi terlalu panas jika daya penggerak sistem pendingin diputus.

Baca Juga: Muncul dalam Mimpi Menyerupai Wujud yang Berbeda, Simak 5 Cara Khodam Leluhur Warisan Nenek Moyang Berkomunikasi dengan Manusia

Penembakan telah berulang kali memutus jaringan listrik.

Ditanya oleh saluran TV Prancis BFM apakah ada rencana pergi ke Zaporizhzhia, Grossi menjawab, "iya pasti".

Tapi, dia tidak memberikan rincian terkait rencana kunjungannya tersebut.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Kompas.com, tribunnews