Find Us On Social Media :

Ketimpa Plafon Roboh Saat Gempa Cianjur Terjadi, Juragan Beras Ini Pilih Berikan Dagangannya untuk Para Pengungsi, Alasannya Menyayat Hati

Sosok Hj. Rosidah, juragan beras Desa Cibulakan, Cugeunang, Cianjur, Jawa Barat yang merelakan dagangannya untuk memberi makan para pengungsi, Rabu (23/11/2022).

Kemudian warga bergotong-royong membangun posko penampunan sementara lantaran belum ada bantuan yang bisa menyentuh daerahnya.

Hal ini disebabkan longsoran yang menutupi jalan raya Cipanas jurusan Cianjur-Bogor, sehingga menyebabkan desa tersebut terisolasi.

Hingga Senin malam, warga yang kehilangan akses listrik dan air bersih sama sekali tak bisa mendapatkan makanan.

Melihat kondisi memprihatinkan tersebut, Rosidah lantas berinisiatif membagikan 50 kg stok beras di tokonya untuk memberi makan para pengungsi.

Masyarakat kemudian membuka dapur umum sementara dan secara swadaya mengeluarkan seluruh bahan makanan pokok yang dimiliki untuk menyambung hidup bersama.

"Kalau bisa ke pemerintah saya harap bantuan segera datang. Karena hingga kini bantuan masih minim seperti tenda, terpal, popok orang dewasa, dan selimut," beber Rosidah.

Ia sempat juga menuturkan kondisi mengenaskan para warga di pengungsian.

Menurut Rosidah, para pengungsi tersebut terpaksa tidur dengan jenazah korban gempa akibat kurangnya sarana untuk pemakaman.

"Karena anak-anak trauma, akhirnya kami pisah jenazah ditaruh di ujung belakang sana sementara warga di depan sini," kata seorang pengungsi bernama Rosidah seperti dikutip dari TribunnewsDepok.com, Rabu (23/11/2022).

Akhirnya, sehari setelah gempa, jenazah para warga tersebut dimakamkan dengan kondisi seadanya.

Bahkan, warga terpaksa memandikan jasad korban dengan air parit yang digunakan untuk mengaliri sawah lantaran tak ada akses air PAM ataupun listrik.

Baca Juga: Anaknya Terjerat Pinjaman Online Sampai Rp150 Juta, Seorang Ibu di Tuban Hendak Jual Ginjal Usai Disantroni Debt Collector dari Berbagai Bank dan Aplikasi, Berikut Cara Lepas dari Lilitan Utang

"Karena kalau tidak dikubur bagaimana, kasihan anak-anak trauma melihatnya. Menunggu bantuan tidak tahu kapan tiba," imbuhnya.

(*)