Ustaz Abdul Somad Tegaskan Jangan Pernah Paksakan Diri untuk Buat Tahlilan Jika Tidak Mampu, Bongkar Amalan Paling Sederhana yang Bisa Dikirimkan ke Almarhum

Rabu, 21 Desember 2022 | 19:25
Kompas.com/Baharudin Al Farisi

Ilustrasi Tahlilan

Gridhot.ID - Ustaz Abdul Somad membahas tentang bagaimana hukum melaksanakan tahlilan.

Ustaz Abdul Somad kemudian membahas tentang apa itu tahlilan dan bagaimana cara mengirim doa ke almarhum atau almarhumah.

Berikut penjelasan lengkap dari Ustaz Abdul Somad tentang tahlil ini.

Dikutip Gridhot dari BKKBN.go.id, tahlilan adalah ritual atau upacara selamatan yang dilakukan umat Islam di Indonesia.

Tahlilan dilakukan untuk memperingati dan mendoakan orang yang telah meninggal.

Tahlilan biasanya dilakukan di tujuh hari pertama, hari ke-40, hari ke-100, dan hari ke-1000.

Penceramah Ustadz Abdul Somad menjelaskan makna tahlilan untuk orang yang sudah meninggal.

Dikutip Gridhot dari Banjarmasin POST, Ustaz Abdul Somad menjelaskan kalimat tahlil ialah Lailahailalallah, berbeda dengan bacaan tasbih, tahmid, dan takbir.

"Tujuh hari, 40 hari, buat kenduri, bagi makanan, kirim doa tidak dilakukan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, namun ada pada kitab Tabiin Imam Atha, menurut Imam Atha dari kalangan Tabiin, orang yang meninggal diuji di dalam kuburnya selama 7-40 hari maka dianjurkan bersedekah dan berkirim doa," jelas Ustazd Abdul Somad dikutip Banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube Smart Amal.

Pendapat lainnya, tasbih Subhanallah, tahmid Alhamdulillah, takbir Allahuakbar, Siapa yang mengucap Tahlil kemudian dihadiahkan kepada si mayit, pahalanya sampai dan mayit itu dapat manfaat, hal tersebut berdasarkan pendapat Ibnu Taimiyah dalam kitab majemuk Fatawa Ibnu Taimiyah.

Alasan UAS memilih sependapat dengan Ulama tersebut yakni yang melarang tahlilan adalah anak buah Ibnu Taimiyah.

Baca Juga: Dapat Warisan Alutsista Canggih dari Jendral Andika Perkasa, Panglima TNI Yudo Margono Segera Lakukan Ini Untuk Hadapi KKB Papua, Bumi Cenderawasih Harus Siap Terima Kedatangannya

"Kalau dimasakkan makanan misal bubur kacang hijau, lalu dihadiahkan pahala untuk almarhum sampai pahalanya, dalilnya seseorang bertanya kepada Nabi SAW, sedekah yang dihadiahkan untuk ibu apakah sampai, Nabi Muhammad SAW menyebut sampai," terangnya.

Sedekah yang paling afdhol adalah memberi air minum, jika air minum saja afdhol apalagi makanan misalnya gulai.

"Maka dari itu artinya sedekah sampai, tahlil sampai atau mendapat pahala," ucap Ustadz Abdul Somad.

Selain tahlil dan sedekah, bisa pula menghadiahkan orang meninggal dengan membaca Alquran misalnya surah Yassin.

Bagi orang yang tidak mampu atau miskin, Ustadz Abdul Somad mengatakan tak perlu memaksa diri hingga berutang untuk menggelar tahlilan.

Di zaman Nabi SAW, orang yang miskin justru diberikan makanan oleh tamu pelayat atau tetangga sekitarnya.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber BKKBN, Banjarmasin Post