Find Us On Social Media :

KKB Papua Klaim Tembak 4 Prajurit TNI-Polri, Terungkap Video Mereka Bawa Senjata Laras Panjang Sambil Teriakkan Hal Ini di Medan Perang

Ilustrasi TPNPB OPM

GridHot.ID -  KKB Papua atau Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Kodap IV mengklaim telah menembak 4 anggota TNI-Polri pada 10 Desember 2022.

Dilansir dari Pos Kupang, disebutkan bahwa kontak senjata antara TPNPB-OPM Kodap IV dengan TNI-Polri terjadi sejak 9 Desember 2022.

Kemudian pada 10 Desember 2022, TPNPB-OPM mengklaim bahwa pihaknya berhasil menembak empat aparat TNI-Polri.

Adapun lokasi kontak senjata berada di wilayah operasi Batalyon Kamundan Raya.

Aksi tersebut dipimpin oleh Komandan Operasi TPNPB Kodap IV Sorong Raya Arnoldus Yancen Kocu bersama Pimpinan Kowip II Ru Mana, Anthon Assem dan Liberatus Assem.

Selain itu, dibantu pula oleh tiga pimpinan batalyon, yaitu Finsen Frabuku (Batalyon Kamundan Raya), Zeth Fatem (Batalyon Buaya), dan Yermias Saud (Batalyon Aifat Raya).

"Kontak senjata telah terjadi sejak tanggal 9 Desember 2022, dan pada tanggal 10 Desember 2022 mereka berhasil tembak 4 anggota TNI Polri," demikian pernyataan Manajemen Markas Pusat Komnas TPNPB-OPM setelah mendapat laporan dari Komandan Operasi TPNPB Kodap IV Sorong Raya Maybrat Arnoldus Yancen Kocu.

Informasi ini disampaikan melalui video yang diunggah akun Rimbah Hutan 61 pada Selasa (20/12/022).

Siaran pers Manajemen Markas Pusat Komnas TPNPB OPM tersebut kemudian diteruskan kepada semua pihak oleh Juru Bicara Komnas TPNPB OPM Sebby Sambom.

Dalam video berdurasi 7 menit 57 detik itu, juga menampilkan pasukan Kodap IV Sorong Raya Maybrat berada di medan perang. Lokasinya hutan dengan pohon-pohon menjulang tinggi.

Terdengar suara tembakan dari kejauhan. Bersamaan dengan itu, beberapa pasukan Kodap IV Sorong Raya Maybrat berlari sambil membawa senjata laras panjang dan berteriak "wa wa wa".

Baca Juga: Orang Penting Pasukan Tengkorak yang Hadapi KKB Papua Sudah Tiba, Brigjen TNI Sri Widodo Punya Rekam Jejak Luar Biasa di Dunia Militer, Jebolan Kopassus yang Mahir dalam Bidang Ini

Mereka berlindung di baling pepohonan.

Seorang pria yang diduga pimpinan batalyon berkoordinasi dengan rekannya dengan menggunakan radio Handy Talky (HT).

HT dikeluarkan dari saku depan rompinya, selanjutnya berbicara dengan rekannya yang berada di seberang.

Tak lama berselang kelompok berjumlah sekitar 6 orang itu bergeser ke lokasi lain. Sambil memanggul senjata, mereka berlari di tengah hutan.

Pasukan Kodap IV Sorong Raya Maybrat sangat menguasai medan perang. Mereka dengan lincahnya melintasi hutan belantara.

Setelah bertemu dengan kelompok lainnya sesama pasukan Kodap IV Sorong Raya Maybrat, mereka duduk melingkar di tengah hutan.

TPNPB-OPM lakukan aksi kejam

Sebelumnya, dilansir dari Kompas.com, unggahan video viral di media sosial juga menunjukkan kekejaman TPNPB-OPM.

Video itu salah satunya diunggah akun Instagram ini, Minggu (11/12/2022).

"Kejam TPNBP-OPM, meskipun sudah tak berdaya seseorang yang belum diketahui identitasnya di bacok di panah dari jarak dekat hingga meninggal dunia," tulis keterangan dalam video.

Hingga Selasa (13/12/2022) siang, unggahan video tersebut telah disukai lebih dari 2.100 kali pengguna Instagram.

Kepala Bidang Humas Polda Papua Kombes Pol Ahmad Musthofa Kamal mengatakan, peristiwa dalam video tersebut terjadi di Pegunungan Bintang pada 6 Desember 2022.

Baca Juga: 3 Warga Terluka dan Satu Orang Meregang Nyawa, Polda Papua Ungkap Dalang Serangan di Mapolres Tolikara, Kombes Pol Kamal: Bukan Anggota KKB Papua

Peristiwa itu, lanjut dia, menyebabkan 3 tukang ojek meninggal dunia dan 3 orang selamat.

"Keenam tukang ojek setiap hari berada di pangkalan ojek, dari video yang disebarkan terlihat KKB dengan kejam membunuh tukang ojek meski para korban sudah tidak berdaya," ujarnya, kepada Kompas.com, Selasa.

Ia menjelaskan, para korban merupakan masyarakat sipil asli Sulawesi Selatan yang merantau ke Papua untuk mencari nafkah.

Ditegaskan Kamal, korban bukanlah anggota intelijen dari Polri atau TNI.

"Para korban tersebut merupakan masyarakat sipil, bukan anggota intelijen dari TNI-Polri, hal ini dapat dicek ke aparat desa para korban di Sulsel," tuturnya.

Menurutnya, setiap OPM melakukan kekerasan terhadap masyarakat, akan diklaim bahwa korbannya adalah anggota intelijen TNI-Polri yang menyusup sebagai tukang bangunan, pekerja proyek, tukang ojek, tenaga medis, dan tenaga pendidik atau guru.

Ia pun mengimbau kepada seluruh masyarakat agar tetap berhati-hati dan waspada kapan dan di mana saja.

"Kehadiran TNI-Polri tidak lain adalah untuk menciptakan rasa aman dan nyaman guna kelancaran kehidupan masyarakat dan pembangunan daerah di Papua," tandasnya.

(*)