GridHot.ID - Kelompok Kriminal Bersenjata alias KKB Papua memang seolah tak pernah berhenti menebar teror di Bumi Cenderawasih.
Sebelumnya, KKB Papua diketahui membakar pesawat Susi Air dan mengaku menyandera pilot maskapai tersebut.
Berikut ini merupakan catatan aksi kejahatan KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya yang dilakukan di sekitar Kabupaten Nduga.
Melansir tribun-papua.com, saat ini, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya menjadi kelompok yang paling eksis di antara pendahulunya.
Egianus diketahui sebelumnya berafiliasi dengan Oragnisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Goliath Tabuni di Kabupaten Puncak Jaya.
Kelompok Egianus Kogoya disebut sebagai kelompok KKB yang paling agresif menebar teror kepada aparat dan masyarakat di Nduga.
Dilansir dari laman Kompas.com, Kepala Operasi Damai Cartenz Kombes Faizal Ramadhani menyebut bahwa catatan kejahatan Egianus Kogoya dan kelompoknya dimulai pada Desember 2017.
"Saat itu mereka menyerang pekerja jembatan di Distrik Yigi, ada 1 pekerja tewas dan 1 anggota TNI terluka," kata Faizal di Mimika, Sabtu (11/2/2023).
Mengenai persenjataan, KKB pimpinan Egianus Kogoya diperkirakan memiliki cukup banyak senjata api hasil rampasan untuk melancarkan aksi-aksinya.
"Total ada 65 aksi kejahatan sejak Desember 2017 hingga awal 2023. Korbannya pun cukup banyak, total 46 orang tewas karena ulah mereka, 34 warga sipil dan 12 aparat keamanan," kata Faizal.
Sosok Egianus Kogoya dan kelompok KKB Papua yang dipimpinnya hingga kini jadi buronan aparat keamanan, baik polisi maupun TNI.
Lantas, apa hubungannya KKB dengan OPM?
Masyarakat mengenal OPM dan KKB Papua sebagai pelaku aksi separatis di Papua.
Namun tak jarang masyarakat kebingungan untuk mengenali apakah OPM dan KKB Papua adalah kelompok yang sama atau berbeda.
Pemberontakan yang dilakukan oleh kelompok separatis di Papua memang kerap dikaitkan dengan keberadaan mereka.
Hal ini karena teror yang dilakukan kelompok tersebut telah menimbulkan banyak korban baik dari penduduk sipil maupun militer.
Terbaru adalah penyerangan pesawat Susi Air yang hilang kontak sesaat setelah mereka mendarat di Bandara Udara Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, pada Selasa (7/2/2023).
Dilansir dari Kompas.com (13/2/2023), pesawat dengan nomor registrasi PK-BVY itu diduga dibakar oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya sesaat mendarat.
Sementara usaha pencarian pilot pesawat Susi Air, Philips Mark Marthens (37) yang dilakukan TNI-Polri masih nihil hingga hari keenam, Minggu (12/2/2023).
Dilansir dari Antaranews, Polda Papua mencatat Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya telah melakukan 65 aksi kejahatan bersenjata yang dilakukan di sekitar Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan.
"65 aksi kejahatan atau aksi teror itu dilakukan KKB pimpinan Egianus itu dalam kurun waktu dari tahun 2017 hingga 2023," kata Kabid Humas Polda Papua Kombes Ignatius Benny Prabowo di mapolda setempat, Selasa.
KKB pimpinan Egianus Kogoya, Selasa (7/2/2023), dilaporkan membakar pesawat milik Susi Air yang dikemudikan Philip Mark Mehrtens.
Dia menjelaskan, kejahatan yang dilakukan untuk meneror masyarakat itu terdiri atas 31 aksi penembakan, 16 aksi kontak tembak, delapan aksi penyerangan, tiga aksi pembantaian, dan dua aksi pembakaran. Egianus Kogoya dan kelompoknya bahkan menjadi dalang penyanderaan terhadap pilot Susi Air di Distrik Paro yang hingga kini masih dicari keberadaannya. "Memang benar, Egianus dan kelompoknya yang melakukan penyanderaan terhadap pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru, yakni Philip Mark Mehrtens, " kata Benny. Dia menambahkan, Polda Papua telah menerbitkan 16 orang pelaku kejahatan masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) untuk dilakukan tindakan hukum. "Ke-16 orang itu, termasuk Egianus Kogoya," kata Kombes Benny.
Penjabat Bupati Nduga Namia Gwijangge mengakui bila Pemda Nduga telah memfasilitasi masyarakat Distrik Paro yang mengungsi ke Kenyam. Saat ini, masyarakat Paro banyak yang mengamankan diri dan Pemda Nduga telah memberikan fasilitas berupa tempat penampungan serta kebutuhan bahan makanan yang bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat. "Masyarakat merasa ketakutan sehingga memilih keluar dari kampung halamannya dengan berjalan kaki," jelas penjabat Bupati Nduga Namia Gwijangge. (*)