Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Sosok Bintang Film Kondang Ini Meninggal Dunia, Selama Hidup Ternyata Sempat Jadi Intelijen Berpangkat Sersan Mayor

Rabu, 22 Februari 2023 | 19:00
Youtube/Berita Satu

Makam Sofia Waldy atau Sofia WD

Gridhot.ID - Innalillahi wa innailaihi rojiun, sosok wanita cantik yang menjadi aktris kondang ini meninggal dunia.

Meski sudah sangat lama meninggal dunia, aktris cantik ini masih terus dikenang berkat karya dan jasanya terhadap negara.

Sosok yang telah meninggal dunia sejak lama tersebut adalah Sofia Waldy.

Dikutip Gridhot dari Banjarmasin Post, Sofia Waldy memang sudah meninggal dunia di tahun 1986 lalu.

Meski begitu banyak yang penasaran dengan kisah sang aktris cantik tersebut.

Pasalnya, sang aktris ternyata juga menjadi sosok agen intelijen yang berjuang demi negara.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Sofia Waldy atau yang biasa disebut sebagai Sofia W.D. adalah seorang aktris ternama pada era 1950 hingga 1980-an.

Beberapa film yang pernah diperankan oleh Sofia WD adalah Nantikan Aku di Seberang Jembatan Emas (1947) dan Air Mata Mengalir di Tjitarum (1948).

Sofia WD dikenal sebagai aktris yang sangat pandai berakting. Selain itu, ia juga memiliki paras cantik dan tubuh langsing.

Semenjak dipilih untuk bermain dalam drama Air Mata Mengalir di Tjitarum, kariernya pun terus memuncak, bahkan ia berkesempatan untuk menjadi seorang sutradara.

Namun, di balik kesuksesannya dalam dunia akting, tidak disangka ternyata Sofia WD adalah seorang agen intelijen berpangkat sersan mayor.

Baca Juga: Tenggelam dari Layar Kaca, Pria yang Dulu Pupuler Jadi Host Family 100 Ini Muncul Sebagai Juragan Loundry, Ini Alasannya Banting Stir

Awal kehidupan

Sofia WD lahir di Bandung, Jawa Barat pada 12 Oktober 1924. Ia adalah putri kedua dari empat bersaudara dari pasangan Apandi dan Sumirah.

Setamatnya dari sekolah HIS pada 1935 dan Darul Muta'allimin, Sofia bekerja di sebuah perusahaan milik Jepang.

Misbach Yusa/Wikipedia
Misbach Yusa/Wikipedia

Sofia Waldy

Tiga tahun berselang, dalam usia 14 tahun, ia menikah dengan seorang kapten dari kesatuan Siliwangi bernama Eddy Endang.

Meskipun sudah menikah di usia sangat muda, kondisi ini tidak menghalangi Sofia untuk bisa menggapai mimpinya menjadi seorang seniman.

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia tahun 1942, Sofia WD terus mengasah bakat seninya.

Ia aktif di Irama Masa, sebuah kelompok seni di Jakarta.

Karier militer

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan pada 17 Agustus 1945, gejolak revolusi pun mulai bermunculan dalam jiwa para pemuda Indonesia.

Sofia bersama sang suami Edi pun mencoba mencari berbagai cara untuk bisa bergabung dalam kelompok-kelompok pejuang.

Sofia WD memilih untuk aktif bergerak dalam barisan propaganda di Bandung, Jawa Barat.

Baca Juga: Murka Anak Buahnya Dimaki dan Dikepung 30 Debt Collector, Kapolda Metro Jaya Sampai Gak Bisa Tidur: Darah Saya Mendidih

Sembilan bulan pascakemerdekaan, salah seorang intel Indonesia, yaitu Kolonel Zulkifli Lubis, mendirikan Field Preparation (Persiapan Lapangan).

Field Preparation adalah unit khusus intelijen.

Fungsi dari Field Preparation adalah melakukan pengamatan dan mempersiapkan situasi lapangan dengan menggalang dukungan bagi kepentingan Republik di seluruh Indonesia.

Anggotanya juga berasal dari berbagai macam latar belakang profesi. Ada yang dari alumni PETA (Pembela Tanah Air) hingga kalangan seniman.

Tanpa ragu-ragu, Edi dan Sofia langsung mendaftarkan diri sebagai anggota dan diterima.

Sofia WD diberi pangkat sersan mayor dan Edi berpangkat kapten.

Sebagai anggota FP, Sofia dan Edi ditugaskan ke Purwakarta. Baru beberapa waktu tinggal di sana, Agresi Militer Belanda I terjadi pada 21 Juli 1947.

Sofia dan Edi kemudian lari ke Garut untuk mengamankan diri.

Namun, sesampainya di sana, Sofia dan Edi harus terpisah. Sang suami bergerilya di hutan, sedangkan Sofia tetap di perkotaan.

Awalnya, semua berjalan dengan baik, sampai suatu hari, Sofia WD mendapat kabar bahwa sang suami diculik dan dibunuh secara keji oleh Laskar Sabilillah, sebuah unit bagian kelompok dari DI/TII.

Konon, peristiwa ini terjadi di Kampung Bungur, Desa Samida, Jawa Barat, pada 23 Oktober 1947.

Baca Juga: Asam Lambung Bisa Diatasi dengan Air Tajin, Ini Resep dan Aturan Konsumsinya Kata dr Zaidul Akbar

Setelah mendengar kabar kematian sang suami, Sofia WD memutuskan undur diri dari dunia kemiliteran.

Ia pun kembali ke Bandung dan menyamar sebagai istri seorang tukang minyak.

Sofia WD pun tinggal bersama mertuanya dan membuka warung nasi.

Karier sebagai aktris

Misbach Yusa/Wikipedia
Misbach Yusa/Wikipedia

Sofia Waldy

Suatu hari, warung nasi Sofia didatangi oleh rombongan kru Fifi Young Taneelkunst, yakni sebuah perusahaan pementasan sandiwara.

Setelah makan di warung tersebut, para kru ternyata merasa cocok dan memutuskan untuk makan di situ selama pentas di Bandung berlangsung.

Tidak disangka, suami dari Fifi Young, yaitu Nyoo Sheong Seng mengenal Sofia WD dan kemudian mengajaknya untuk ikut berakting bersama perusahaannya.

Sofia WD menerima tawaran tersebut dan berangkat ke Jakarta.

Selama tinggal di Jakarta, Sofia WD dua kali ikut menjadi pemain sandiwara. Rupanya, banyak yang menyukai akting dari wanita muda asal Bandung ini.

Berkat bakat aktingnya tersebut, Sofia WD berkesempatan untuk menjadi pemeran utama dalam drama bertajuk Air Mata Mengalir di Tjitarum tahun 1948.

Menjadi sutradara

Baca Juga: Mahfud MD Bongkar Permintaan Pemerintah Selandia Baru dalam Pencarian Jejak Egianus Kogoya, Salah Tindakan ke KKB Papua Bisa Jadi Masalah Internasional

Nama Sofia WD semakin memuncak setelah dipinang oleh S. Waldy, seorang lelaki Indonesia keturunan Jerman yang bekerja sebagai sutradara dan pelawak.

Sejak saat inilah, Sofia WD mulai merambah ke dunia penulisan skenario, kru kamera, proses dubbing, editing film, dan sutradara.

Film pertama yang digarap Sofia sebagai seorang sutradara adalah Badai Selatan tahun 1960.

Tidak disangka, film tersebut berhasil meraih penghargaan khusus bidang ketelitian penyutradaraan di Festival Film Berlin, Jerman, pada 1963.

Sofia WD kemudian menjadi sutradara perempuan kedua Indonesia.

Wafat

Karier Sofia WD sebagai sutradara dan aktris terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu.

Terhitung sudah ada ratusan film yang dibintangi oleh Sofia WD dan tidak sedikit yang berhasil mendapat penghargaan.

Namun, pada 22 Juli 1986, karier Sofia WD harus terhenti selamanya. Ia mengembuskan napas terakhir karena serangan jantung.

Jenazahnya kemudian dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Kompas.com, Banjarmasin Post