Panglima TNI Tak Tambah Pasukan untuk Buat Egianus Kogoya Lepaskan Pilot Susi Air, Sebut KKB Papua Cuma Preman Semata: Jangan Dibesar-besarkan!

Sabtu, 25 Februari 2023 | 20:42
Puspen TNI dan TPNPB

Panglima TNI Yudo Margono beri komentar tentang aksi KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya.

Gridhot.ID - KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya akhir-akhir ini memang sedang menjadi sorotan banyak orang.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya dilaporkan melakukan teror membakar pesawat pilot Susi Air.

Tak hanya itu, Egianus Kogoya bersama komplotan KKB Papua miliknya bahkan melakukan penculikan terhadap pilot Susi Air yang merupakan Warga Negara Asing.

Aparat gabungan TNI Polri kini sedang berusaha untuk melakukan evakuasi sang pilot.

Namun pemerintah Selandia Baru meminta tidak ada kekerasan dalam upaya evakuasi pilot Susi Air yang merupakan warga negaranya.

TNI bersama Polri memang sudah melakukan pelacakan secara mendalam.

Bahkan aparat sudah bisa melakukan komunikasi dengan kelompok Egianus Kogoya.

Meski begitu, TNI tetap tentang dan berusaha mencari cara terbaik dalam negosiasi yang diminta Egianus Kogoya.

Dikutip Gridhot dari Surya, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menganggap KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya tak ada apa-apanya.

Panglima TNI menyebut KKB Papua cuma kelompok kecil dan bahkan seperti preman.

Hal ini diungkapkan Yudo saat ditanya terkait aksi KKB Papua menyandera pilot Susi Air.

Baca Juga: Waspada, Orang yang Punya Suhu Tinggi Dipercaya Dinaungi Khodam Harimau Putih Tingkat Tinggi

Yudo Margono menegaskan pembebasan pilot maskapai Susi Air, Philips Mark Methrtens (37), dari KKB Papua mengutamakan persuasif.

"TNI masih berupaya bersama dengan Polri. Ini adalah penegakan hukum, tidak langsung operasi militer.

Hal ini tentunya tetap mengedepankan penegakan hukum. Karena ini orang asing yang disandera KKB, tetap diupayakan dengan cara-cara persuasif," kata Laksamana TNI Yudo Margono usai melaksanakan olahraga bersama di GOR Praja Raksaka, Denpasar, Bali, Rabu, melansir dari ANTARA.

Mantan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) tersebut mengatakan bahwa upaya penyelamatan tanpa kekerasan tersebut mengedepankan peran pemerintah daerah setempat, tokoh adat, dan tokoh masyarakat.

Sejauh ini, menurut dia, negosiasi tersebut terus berjalan degan perantaraan bupati, tokoh adat, dan tokoh masyarakat sambil memberikan pengamanan kepada masyarakat di daerah tempat penyanderaan tersebut.

"Kita harus melaksanakan dengan negosiasi. TNI utamakan tokoh-tokoh daerah dan tokoh masyarakat.

(Dok Satgas Damai Cartenz, facebook)
(Dok Satgas Damai Cartenz, facebook)

Sejumlah barang bukti yang berhasil diamankan oleh TNI-Polri. Diyakini beberapa alat tersebut biasa digunakan Egianus Kogoya unutk melakukan propaganda.

TNI tidak bisa selesaikan masalah ini dengan cara militer karena ini dalam situasi damai, dan di Papua ini ada masyarakatnya juga. Jangan sampai masyarakat ini terdampak," kata Panglima TNI.

Panglima mengatakan bahwa pihaknya tidak menambah pasukan untuk melakukan penindakan terhadap KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya yang menyandera Kapten Philip Mark Merthens.

"TNI tidak mengerahkan pasukan. Itu kemarin pergantian pasukan yang sudah ada di sana yang memang ditugaskan di sana," katanya menjelaskan.

Selain mengamankan warga sekitar, TNI/Polri juga melakukan penjagaan ketat di sejumlah fasilitas publik agar tidak ada lagi perusakan yang diakibatkan oleh kelompok kriminal bersenjata tersebut.

Yudo Margono pun meminta agar KKB tidak dibesar-besarkan sebagai sebuah gerakan mayoritas masyarakat yang ingin supaya Papua merdeka.

Baca Juga: 5 Cara Alami Mengatasi Perut Panas dan Nyeri Akibat Asam Lambung Naik

Ia meyakini masyarakat Papua menginginkan situasi yang kondusif untuk mendukung kehidupan mereka sendiri.

"Yang ini jangan dibesar-besarkan, nanti dia (KKB) makin senang. Masyarakat Papua saya yakin mayoritas menginginkan kedamaian, ingin hidup yang layak, ingin membesarkan putra/putrinya pada masa depan mereka," kata dia.

Bahkan, Yugo Margono menyebutkan bahwa KKB adalah kelompok kecil yang bertindak seperti preman yang melakukan tindakan memeras masyarakat dengan teror.

Pola yang dibangun oleh kelompok tersebut, kata dia, terus berulang ketika kehabisan dana.

"Ini kelompok kecil, jangan terlalu dibesar-besarkan kadang-kadang.

Jadi, kalau di Jawa atau di luar daerah itu kayak preman," kata Panglima yang didampingi oleh Kepala Kepolisian Daerah Bali Inspektur Jenderal Polisi Putu Jayan Danu Putra dan Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Sonny Aprianto.

Panglima melanjutkan, "Mereka menekan masyarakat, meminta uang. Nanti kalau sudah kehabisan duit, naik lagi, bakar-bakar, menekan masyarakat lagi. Begitu terus. Menurut saya jangan dibesar-besarkan."

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Kompas.com, Surya