Laporan Wartawan Gridhot.ID - Akhsan Erido Elezhar
Gridhot.ID -Egianus Kogoya, Panglima KODAP III Ndugama, meminta tebusan kepada pemerintah bila hendak membebaskan pilot Susi Air yang kini ditahan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata yang dipimpinnya.
Dilansir Gridhot.ID dari artikel terbitan Pos-Kupang, 25 Februari 2023, tebusan yang diminta Egianus Kogoya itu tak main-main.
Kalau bukan uang, maka pemerintah diminta untuk memberikan senjata api kepadanya.
Tentang uang tebusan itu diungkapkan langsung Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius D Fakhiri atas informasi dari tim negosiasi.
Kabar terbaru menyebutkan bahwa tim negosiasi pembebasan pilot Susi Air Philip Mark Merthens, telah berkomunikasi dengan Egianus Kogoya, pimpinan KKB Papua di Ndugama.
Dalam komunikasi tersebut, Egianus Kogoya mengajukan dua syarat, yakni kalau bukan uang, maka senjata sebagai syarat utama pembebasan pilot Susi Air.
Merespon permintaan bernada ultimatum itu, Komjen Pol Boy Rafli Amar melontarkan pernyataan menohok. Dia mengatakan, permintaan itu tak masuk akal.
Boy Rafli Amar yang juga Kepala BNPT ( Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ) itu menyebutkan, tindakan Egianus Kogoya menyandra pilot Susir Air, merupakan tindakan terorisme.
Karena itu, katanya, pemerintah tidak usah ragu menindak KKB dengan hukum terorisme.
Karena penyanderaan tersebut merupakan tindakan melangggar hukum.
Untuk diketahui, KKB Papua di bawah pimpinan Egianus Kogoya menyandera Philips Mark Merthens pada Selasa 7 Februari 2023.
Sejak itu sampai dengan saat ini, pilot tersebut masih disandera. Bahkan korban masih di bawa ke mana-mana untuk menghindari kejaran TNI Polri.
Sementara untuk membebaskan Philips Mark Merthens, pemerintah melalui tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat, membangun komunikasi dengan Egianus Kogoya.
Pemerintah Kabupaten Nduga juga diminta untuk melakukan hal yang sama. Namun dari berbagai upaya yang dilakukan, hingga kini belum memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan.
Pernyataan senada disampaikan Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius D Fakhiri. Dia menyebutkan, kelompok penyandra meminta uang, senjata dan amunisi.
Permintaan senjata api dan amunisi, lanjut dia, sulit dipenuhi karena hal itu hanya akan memperburuh situasi.
Oleh karena itu, lanjut Kapolda Papua, tim negosiasi akan berkomunikas ulang dengan Egianus Kogoya. Melalui negosiasi itu, diharapkan Philips segera dibebaskan.
Dikatakannya, aparat keamanan sejatinya tak bisa membiarkan situasi penyanderaan Philip Mark Merthens itu berlarut-larut. Karena akan menyita perhatian dunia internasional.
Fakta lain menyebutkan, Pangdam XVII/Cenderawasih, Mayjen TNI Muhammad Saleh Mustafa, telah menunjuk Brigjen TNI JO Sembiring sebagai komandan pembebasan sandera.
Meski demikian, tim pembebasan sandera itu belum bisa mengambil tindakan tegas terukur, karena Pemerintah Selandia Baru tak menginginkan adanya korban jiwa.
Oleh karena itu, yang dilakukan saat ini, adalah para pihak diminta terus berkomunikasi dengan Egianus Kogoya. Melalui komunikasi itu, tawanan diharapkan segera dibebaskan.
Dikutip Gridhot.ID dari artikel terbitan KompasTV, sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD menyatakan salah satu pimpinan kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua, Egianus Kogoya selalu kabur ketika tantangannya ditanggapi.
“Selalu mengomongkan nantang-nantang, 'ayo tentara datang ke sini'. Tapi sesudah dicari, lari itu. Seharusnya kalau sudah nantang muncul,” ujar Mahfud, Selasa (21/2/2023).
Mahfud mengatakan aparat gabungan TNI-Polri sejatinya sudah mengetahui titik koordinat persembunyian Egianus Kogoya.
Namun, aparat gabungan belum mengambil tindakan lanjut karena Selandia Baru meminta tak ada kekerasan dalam penyelamatan sandera pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens.
“Ini masalahnya yang disandera orang asing dan begini pokoknya sandera ini 'akan kami lepas kalau Papua dilepas',” ungkap Mahfud.
Ia juga menyatakan pihak Egianus Kogoya telah dikepung oleh aparat gabungan. Namun, pihak Selandia Baru memohon agar masalah ini tak menjadi problem internasional.
"Saya katakanlah, kita sudah tahu itu tempatnya, di koordinat berapa sudah kita kepung, tetapi begitu kita bergerak kan pemerintah Selandia Baru datang ke sini dan memohon tidak ada tindakan kekerasan karena itu warga kami (Selandia Baru) agar masalah ini tidak menjadi (masalah) internasional,” lanjutnya.
Kini pemerintah tengah mencari solusi terbaik untuk membebaskan pilot Susi Air tersebut.
Mahfud juga menegaskan penyanderaan kapten Philip tak ada kaitannya dengan Lukas Enembe juga daerah otonomi baru (DOB) di Papua.
“Oleh sebab itu kita masih tangani, ditunggu saja mudah-mudahan ada penyelesaian. Tapi tidak ada kaitannya dengan DOB dan Lukas Enembe,” kata Mahfud.
(*)