"Dia sah menjalankan puasa dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari, tapi pahalnya tidak mendapatkan apapun," jelasnya.
Ia mengungkapkan sebuah hadist yang isinya ghibah akan merusak amalan selama berpuasa, berikut artinya:
"Barang siapa yang tidak mampu meninggalkan perkataan palsu, meskipun tidak dengan perkataan tapi tulisan. Dan dia tidak mampu meninggalkan perbuatannya itu, maka tidak ada kepentingan dan kebutuhan bagi Allah orang itu untuk menjalankan ibadah puasa."
Sementara itu, Ustaz Abdul Somad memberikan penjelasan yang lain.
Dikutip Gridhot dari Bangka POS, Ustaz Abdul Somad menerangkan bahwa orang yang melakukan ghibah seperti seseorang yang memakan bangkai saudaranya sendiri.
"Maukah kamu memakan bangkai saudaramu, tentulah kamu benci. Siapa yang makan bangkai, bicarakan aib orang lain, setop," ujar Ustadz Abdul Somad seperti dikutif dari channel Tanya Ustadz Somad.
Dijelaskan Ustadz Abdul Somad tak ada gunanya membicarakan aib orang lain.
Lebih baik menurutnya, seseorang memperbanyak zikir dan berhenti membicarakan aib orang lain.
"Perbanyak zikir, janganlah membicarakan orang lain, setop," tegasnya.
Tak hanya itu, Ustadz Abdul Somad menerangkan bagaimana aturan atau adab bertetangga.
Hendaknya hal tersebut tidak dilakukan karena akan merugikan orang lain dan diri sendiri.
"Berbahagialah orang yang sibuk mengurus aibnya sehingga tak sempat mengurus aib orang lain, berbahagialah orang yang sibuk mengurus cacat dirinya, sehingga tak sempat menengok cacat orang lain.
Berbahagialah orang yang mengurus suaminya, sehingga tak sempat menengok suami orang lain, berbahagialah orang yang mengurus istrinya, sehingga tak sempat menengok istri orang lain," ujarnya.
(*)