GridHot.ID - Penyakit asam lambung atau gastroesophageal reflux disease (GERD) bisa dialami oleh orang dewasa atau anak-anak.
Gejala utama dari asam lambung naik adalah rasa seperti terbakar di dada atau mulas, yang bisa memburuk setelah makan atau saat berbaring.
Gejala ini dapat disertai dengan keluhan gangguan pencernaan lainnya, seperti sering bersendawa, mual dan muntah, maag dan sesak napas, serta mulut terasa asam.
Ada beberapa kondisi umum yang menjadi penyebab asam lambung.
Meski dalam beberapa kasus, orang dapat mengalami mulas tanpa ada alasan yang jelas.
Dirangkum dari beberapa sumber, berikut adalah beberapa kebiasaan yang sebaiknya dihindari jika Anda memiliki penyakit asam lambung atau GERD.
1. Konsumsi makanan dengan asam tinggi
Dilansir dari Healthline, buah dan sayuran memiliki peran penting dalam menunjang pola makan sehat.
Tetapi beberapa di antaranya dapat menyebabkan atau memperburuk gejala asam lambung dan GERD.
Terutama buah-buahan yang memiliki kandungan asam yang tinggi.
Jika Anda memiliki kondisi asam lambung, sebaiknya mengurangi atau menghindari makanan dan buah seperti jeruk, lemon, nanas, cabai, tomat, dan lain sebagainya.
Baca Juga: 5 Tips yang Wajib Diketahui Penderita Asam Lambung Agar Puasa Lancar Jaya
2. Sering mengonsumsi cokelat dan mint
Cokelat memiliki kandungan yang disebut methylxanthine dan terbukti dapat mengendurkan otot polos di sfingter esofagus bagian bawah (LES), sehingga meningkatkan asam lambung.
Selain itu, mint dan produk dengan rasa mint, seperti permen karet dan permen napas, juga dapat memicu gejala asam lambung.
3. Sering mengonsumsi bawang dan makanan pedas
Makanan pedas dan makanan berasa tajam, seperti bawang merah dan bawang putih, dapat memicu gejala mulas pada beberapa orang.
Makanan yang mengandung bawang, bersama dengan makanan pedas, mungkin lebih mengganggu perut Anda dibanding makanan yang lain.
Namun, makanan tersebut tidak akan memicu asam lambung pada semua orang.
4. Makan di waktu yang tidak tepat
Mengonsumsi makanan pada waktu yang salah juga dapat memicu asam lambung.
Dikutip dari Northside Gastroenterology, makan atau ngemil tepat sebelum tidur adalah pilihan waktu yang sangat buruk.
Berbaring membuat Anda tidak memiliki gravitasi untuk membantu menjaga isi perut tetap di perut.
Baca Juga: Jangan Disepelekan, 4 Kebiasaan Makan Ini Ternyata Picu Asam Lambung Naik
Dan asam lambung lebih cenderung bocor melalui LES saat Anda berbaring.
Jika Anda harus berbaring, cobalah untuk miring ke kiri atau meninggikan tubuh bagian atas untuk membantu menjaga isi perut tetap pada tempatnya.
5. Merokok
Merokok memberikan dampak buruk bagi kesehatan, termasuk untuk masalah asam lambung dan GERD.
Rokok dapat memperburuk kondisi asam lambung Anda dengan cara:
- Merusak selaput lendir
- Meningkatkan produksi asam
- Mengurangi air liur, yang sebenarnya dapat menetralkan asam
- Merusak refleks di tenggorokan Anda
6. Makan dalam porsi besar
Dilansir dari Gastroenterology Consultants, makan besar dapat meregangkan perut Anda, sehingga dapat memberi tekanan pada sfingter esofagus bagian bawah (LES).
LES adalah otot yang terbuka dan memungkinkan makanan bergerak turun ke perut Anda, kemudian menutupnya kembali.
Ketika Anda makan dalam porsi besar, akan ada banyak tekanan pada LES sehingga menyebabkannya terbuka.
Kondisi tersebut memungkinkan isi perut bocor kembali ke kerongkongan, termasuk asam lambung yang dapat menyebabkan mulas.
7. Konsumsi makanan berlemak atau gorengan
Makanan berlemak lebih lambat dicerna dan menghabiskan waktu lebih lama di perut daripada makanan lain, mereka juga dapat memicu perut memproduksi lebih banyak asam.
Selain itu, makanan berlemak memiliki efek relaksasi pada LES Anda, sehingga memperbesar risiko asam lambung ekstra bocor ke kerongkongan dan menyebabkan mulas.
Selain itu, makanan berlemak dan gorengan juga dapat memperlambat pengosongan makanan dalam lambung
8. Mengonsumsi banyak Alkohol
Alkohol dapat memicu peningkatan produksi asam lambung dan melemaskan LES, sehingga membuat Anda berisiko mengalami mulas.
Ini juga menurunkan inhibisi dan meningkatkan peluang Anda untuk membuat pilihan makanan yang mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan terbaik sistem pencernaan Anda.
Mengetahui bagaimana tubuh bereaksi terhadap pemicu makanan tertentu adalah kunci yang memungkinkan Anda menikmati makanan tanpa rasa takut. (*)