Find Us On Social Media :

Panglima TNI Nyatakan Siaga Tempur, OPM Dianggap Berikan Ultimatum Perang, Laksamana Yudo Margono: Operasi Humanis Itu Bukan untuk KKB Papua!

Panglima TNI Laksamana Yudo Margono

“Dan di situ tidak ada penduduknya. Penduduk yang istilahnya seperti perangkat desa dan sebagainya,” kata Yudo Margono.

Yudo mengatakan, operasi siaga tempur itu seperti halnya operasi siaga tempur laut bagi prajurit TNI di Natuna.

“Nah ini kita samakan, siaga tempur darat bila perlu namanya supaya mereka para prajurit yang menuju ke situ, ke tempat-tempat yang sudah dinyatakan rawan atau kerawanan tinggi, mereka betul-betul siaga tempur,” ujar mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) itu.

Yudo Margono mengatakan, sebenarnya di dalam diri setiap prajurit sudah terpatri naluri tempur.

“Tetapi, kalau masuk daerah yang kita nyatakan siaga tempur, ya mereka lebih waspada,” kata Yudo.

KKB libatkan masyarakat

Yudo Margono mengatakan, pihaknya sebenarnya selalu mengutamakan pendekatan lunak atau soft approach dalam setiap operasi militer. Tetapi, pendekatan tersebut ternyata tak berhasil dalam operasi ini.

“Barangkali kita bisa laksanakan untuk komunikasi, koordinasi supaya (pilot Susi Air) diserahkan, mungkin tidak perlu dengan kekerasan, harapan kita seperti itu. Tapi ternyata belum sampai sana, di jalan sudah dihadang dan ditembaki seperti itu,” ujar Yudo di Base Off Lanudal Juanda, Selasa.

Yudo menekankan bahwa pihaknya selalu mengupayakan pendekatan humanis. Tetapi, lantaran ada serangan dari KKB, pendekatan tersebut tak lagi relevan sehingga status operasi ditingkatkan menjadi siaga tempur.

“Operasi humanis itu bukan untuk KKB, tapi untuk semua masyarakat Papua di daerah operasi. Tapi, kalau melihat KKB lagi kontak (senjata), masa kita (operasi) humanis, ya habis kita,” kata Yudo.

Baca Juga: 5 Zodiak yang Mudah Kena Tipu, Sifat Emosional dan Gampang Bapernya Bikin Terjebak Manipulasi

Terlebih, kata Yudo Margono, KKB melibatkan masyarakat saat menyerangan prajurit TNI.

"Jadi istilahnya anggota kita dikeroyok. Mereka ajak masyarakat setempat, dari ibu-ibu dan anak-anak untuk menyerang anggota kita," kata Yudo Margono.

(*)