Gridhot.ID - Beberapa waktu lalu publik memang digegerkan dengan kejadian tabungan siswa yang tak dikembalikan pihak sekolah.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, tabungan siswa sebesar Rp112 juta dari 17 orangtua mudir SDN 2 KondangJajar, Kecamatan Cijulung, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat tak diberikan pihak guru.
Pihak sekolah mengaku tidak ada uang dan menduga uang tabungan murid dipinjam oleh para guru melalui koperasi.
Kasus tersebut masih diurus dan berusaha diselesaikan agar uang para murid bisa kembali.
Belum selesai kasus tersebut, kini muncul lagi adanya tabungan sekolah yang dipakai seenaknya oleh salah satu oknum.
Namun kali ini, pelaku yang jelas menggunakan uang tabungan sekolah untuk kepentingan pribadi adalah kepala sekolahnya sendiri.
Dikutip Gridhot dari Tribunnews Maker, dikepung oleh wali murid dan guru di rumahnya, pensiunan kepala sekolah (kepsek) yang gelapkan uang koperasi dan dana siswa malah terlihat santai.
Sosok pelaku bernama Muhammad Iskak tersebut menjawab pertanyaan dan permintaan korban dengan santai.
Dalam kasus ini, uang senilai Rp 2,3 miliar milik korban yang disimpan di koperasi digelapkan oleh Muhammad Iskak.
Pelaku menggunakan uang tersebut untuk membangun rumah dan pasar.
Diketahui, Muhammad Iskak merupakan pensiunan Kepsek sejumlah SD negeri di Surabaya.
Ia menggelapkan dana Koperasi KPRI Tegar senilai kurang lebih Rp 2,3 miliar.
Dia juga mengakui bahwa dana milik ratusan guru SD itu untuk bikin rumah.
Rumah yang saat ini megah, dua lantai di Wonorejo, Rungkut, Surabaya, adalah rumah yang dibangun dengan menggunakan dana Koperasi Tegar.
Pada Rabu (21/6/2023) siang tadi, rumah ukuran besar itu didatangi ramai-ramai setidaknya 75 guru SD.
Mereka datang dengan didukung langsung Wakil Wali Kota Surabaya Armuji.
Mereka menagih dana koperasi milik para guru itu. Iskak yang sebelumnya dicari-cari para guru tak pernah mau keluar rumah. Rabu siang tadi keluar menemui para guru.
"Kami percaya karena Pak Iskak adalah kepala sekolah kami. Banyak guru yang menyimpan deposito dan simpanan sukarela ke Koperasi Tegar yang dipimpin Pak Iskak," kata Anselmus, salah satu korban guru SD.
Ada yang menaruh deposito ke Koperasi Tegar sampai Rp 75 juta. Rata-tata Rp 10 juta sampai Rp 20 juta.
Belum lagi yang menyerahkan simpanan sukarela. Kalau dihitung total saat ini ada Rp 2,8 miliar uang anggota koperasi dari para guru SD ini.
Saat ditemui, Iskak mengakui bahwa dirinya menggunakan uang milik anggota koperasi itu.
Tapi dia sudah berusaha mencicil untuk mengembalikan dana koperasi. Saat ini sisa Rp 2,3 miliar.
"Waktu sepuluh tahun saya jadi bendahara. Saya pakai dulu buat bangun rumah dan pasar," jelas Iskak.
Pengakuan ini membuat jengkel para guru. Seakan tidak merasa bersalah.
Anselmus bersama korban koperasi Tegar membentuk paguyuban penagih dana KPRI.
Saat menjadi bendahara, KPRI Tegar diawasi para kasek.
Tapi kaseknya banyak yang pensiun hingga dana leluasa digelapkan Iskak.
Sementara Iskak sengaja tetap dijadikan Ketua Koperasi agar tidak lari keluar kota. Iskak sendiri asli Yogyakarta.
"Solusinya, pasar dan kosan diambil alih pengelolaanya oleh guru SD," kata Cak Ji .
Sebelumnya, karena habis kesabaran, guru-guru SDN di Kecamatan Rungkut, Surabaya, atas ulah kepala sekolah (kepsek) mereka, Muhammad Iskak (61), Rabu (21/6/2023) siang.
Mereka menggeruduk rumah megah kepala sekolah di Wonorejo, Kecamatan Rungkut, untuk menagih uang mereka sebanyak Rp 2,3 miliar.
Dana sebesar ini adalah dana koperasi sekolah KPRI Tegar yang beranggotakan hampir 200 guru SD.
Iskak dipercaya menjadi ketua koperasi selama 10 tahun. Selama kurun waktu itu, Iskak membelanjakan dana koperasi untuk kepentingan pribadi.
"Kami tidak terima kalau digunakan untuk kepentingan pribadi. Karena itu uang seluruh anggota koperasi. Kami sekarang ramai-ramai nagih uang kami agar dikembalikan," kata Titik, salah satu guru SD negeri di Rungkut.
Guru-guru SD marah karena kebutuhan mereka untuk tahun ajaran baru begini membengkak.
Sekitar 75 guru mewakili 200 anggota guru SD yang lain mendatangi rumah Iskak. Ini aksi kesekian kali.
"Lha omah megahe ngene. Tibake dibangun dengan uang koperasi. Ayo kita sita saja sertifikat rumah dan tanahnya," teriak guru yang lain.
Saat ini, puluhan guru SD itu masih bertahan di rumah Kasek Iskak. Hingga pukul 11.00 siang tadi, para guru itu mendesak agar kepsek Iskak mengembalikan uang anggota.
Mereka juga siap membawa persoalan penggelapan dana koperasi untuk kepentingan pribadi itu ke ranah hukum.
Namun sampai saat ini, para guru masih belum membawanya ke ranah hukum karena berharap Iskak bisa mengembalikan dana koperasi.
Caranya bisa menjual aset rumah dan aset pribadi untuk mengembalikan uang anggota KPRI.
(*)