Gridhot.ID - Innalillahi wa innailaihi rojiun, sosok seniman luar biasa ini meninggal dunia.
Meski sudah lama meninggal dunia, karya-karyanya masih terus dikenang banyak orang salah satunya Keluarga Cemara.
Sosok yang telah meninggal dunia tersebut adalah Arswendo Atmowiloto.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Arswendo Atmowiloto meninggal dunia pada Jumat, 19 Juli 2023.
Arswendo Atmowiloto meninggal dunia akibat penyakit kanker prostat.
Seniman dan wartawan tersebut diketahui telah berjuang melawan kanker prostat selama dua bulan.
Arswendo bahkan sudah menjalani dua kali operasi, namun kondisinya drop hingga akhirnya menghembuskan napas terakhirnya.
Dikutip Gridhot dari Serambinews, penulis skenario Harry Tjahjono juga sempat mengabarkan kondisi Arswendo melalui Twitter-nya pada 15 Juni 2019.
Saat itu, fisik Arswendo nampak terbaring lemah dan lebih kurus dari biasanya.
Ia menyebut, sebulan sebelumnya Arswendo masih bisa duduk dan bercanda.
Namun, ketika dijenguk kembali, Arswendo lebih suka dalam posisi tiduran dan sesekali merespon candaan dengan menyunggingkan senyum.
Semasa hidupnya, ia sangat aktif menulis di berbagai majalah dan surat kabar, salah satunya di Harian Kompas. Tak hanya itu, ia juga menulis cerpen, novel, naskah drama hingga skenario film.
Pada tahun 1972, Arswendo menjabat sebagai pimpinan Bengkel Sastra Pusat Kesenuan Jawa Tengah.
Ia juga pernah menjadi pimpinan redaksi Majalah Hai, Monitor, Senang, hingga Tabloid Bintang.
Hingga akhirnya, Arswendo berhasil mendirikan perusahaannya sendiri, PT Atmo Bismo Sangotrah.
Perusahaan Arswendo tersebut memimpin produksi tiga tabloid sekaligus, yaitu tabloid anak Bianglala, Ina, dan Pro-TV.
Arswendo juga telah menerbitkan puluhan buku.
Menurut situs Gramedia.com, buku-buku Arswendo yang terkenal antara lain seri Keluarga Cemara, Canting, hingga Dua Ibu.
Pada 6 Oktober 1999 hingga 29 Agustus 2004 cerita bersambung Keluarga Cemara karya Arswendo ditayangkan menjadi serial televisi legendaris di stasiun televisi swasta RCTI.
Dalam versi serial, kisahnya berpusar pada kehidupan keluarga Abah yang bersahaja dan jujur di sebuah desa di Sukabumi, Jawa Barat.
Serial televisi tersebut sangat terkenal di zamannya, hingga pada Januari 2019 Keluarga Cemara difilmkan dan dirilis di seluruh bioskop di Indonesia.
Pada 19 Januari 2019, film ini memborong penghargaan Piala Maya dalam kategori film bioskop terpilih, penyutradaraan berbakat, skenario adaptasi terpilih, tata musik terpilih, lagu tema terpilih, hingga aktor anak terpilih.
Tak hanya itu, beragam penghargaan diterima Arswendo Atmowiloto di dunia kepenulisan.
Pada tahun 1972, ia memenangkan Hadiah Zakse atas esainya yang berjudul "Buyung-Hok dalam Kreativitas Kompromi".
Kemudian pada tahun 1972 dan 1973, naskah dramanya yang berjudul Penantang Tuhan dan Bayiku yang Pertama memperoleh hadiah harapan dan hadiah perangsang dalam Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara DKJ.
Selain itu, karya Dua Ibu, Keluarga Bahagia, dan Mendoblang memenangkan ajang sastra Asean pada tahun 1981, 1985, dan 1987.
(*)