Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Mantan Peneliti Kondang Indonesia Ini Meninggal Dunia Usai Salat Tahajud, Pernah dapat Bintang Jasa Utama

Selasa, 31 Oktober 2023 | 17:13
Istimewa via Tribun Jogja

Prosesi pemakaman Umar Anggara Jenie

Gridhot.ID - Innalillahi wa innailaihi rojiun, sosok peneliti kondang di Indonesia ini meninggal dunia.

Meski telah lama meninggal dunia, sosoknya masih terus dikenang berkat jasanya di dunia sains.

Sosok yang telah meninggal dunia tersebut adalah Umar Anggara Jenie.

Prof. Dr. Umar Anggara Jenie merupakan sosok ilmuwan senior yang sudah sangat kondang di dunia riset dan ilmu pengetahuan nasional.

Umar Anggara Jenie meninggal dunia di Yogyakarta usai melaksanakan salat Tahajud di kediamannya.

Diketahui Umar Anggara Jenie meninggal dunia pada bulan Januari tahun 2017 lalu.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, sosok Umar Anggara Jenie tidak bisa lepas dari dunia riset dan ilmu pengetahun nasional.

Ia dikenal gigih mempromosikan sintesis molekul kurkumin, senyawa aktif yang terkandung dalam kunyit, kunir, temulawak, atau tanaman temu lainnya.

Berkat kegigihannya itu molekul kurkumin mendapatkan banyak paten nasional maupun internasional.

Ia pun sempat menjabat sebagai Sekretaris Dewan Ahli Proyek Pengembangan Molekul Nasional 1997-2000.

Selain itu, kegigihan Umar di bidang riset dan pengetahuan mengantarkan pria kelahiran Solo pada 22 Agustus 1950 itu menjabat sebagai Kepala LIPI pada 2002-2010.

Baca Juga: Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Tokoh Penting Ini Meninggal Dunia, Sosok Prajurit TNI Wanita Pertama yang Minta Sendiri untuk Jalani Misi Berbahaya

Ia juga tercatat Guru Besar Kimia Medisinal di Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Berkat kecintaan dan pengabdiannya untuk pengembangan riset dan pengetahuan nasional, Umar mendapatkan penghargaan dari UNESCO di bidang sains pada 2015.

Tangkap layar Youtube
Tangkap layar Youtube

Profesor Umar Anggara Jenie

Umar diketahui mendapatkan penghargaan Bintang Jasa Utama Republik Indonesia bersama kembarannya dari pemerintah Indonesia.

Bahkan dirinya pernah menjadi dewan kurator Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran.

Saat ini, ia telah berpulang, namun kecintaan dan kegigihannya tidak pernah lekang dan patut diwariskan kepada para ilmuwan muda nasional.

Kini, sejarah yang akan mencatat mencatat jasa-jasanya.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang