Find Us On Social Media :

Pakar Heran Ayah yang Bunuh 4 Anak di Jagakarsa Tidak Ditangkap Padahal Sudah Dilaporkan KDRT Sebelum Pembunuhan: Seberapa Jauh Polisi...

Jasad 4 anak yang ditemukan di sebuah rumah kontrakan di Jagakarsa, Jakarta Selatan dievakuasi ke rumah sakit.

Gridhot.ID - Pembunuhan empat anak di Jagakarsa, Jakarta Selatan kini masih dalam penyelidikan polisi.

Sang ayah yang berinisial P diduga menjadi dalang pembunuhan empat anak kandungnya sendiri di rumah kontrakan di Gang Haji Roman, Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Dikutip Gridhot dari Tribun Jakarta, Jasad 4 orang anak berinisial Va (6), Sa (4), Aa (3) dan Ak (1) ditemukan tewas berjajar di atas kasur dalam rumahnya.

Para bocah tersebut dijejerkan urut mulai dari yang paling muda hingga paling tua.

Jenazah para bocah ini diatur sedemikian rupa dengan berbagai properti sebelum P memutuskan untuk melakukan aksi bunuh diri di kamar mandi rumah tersebut.

Sebelum kejadian pembunuhan ini terungkap, P ternyata sudah sempat dilaporkan ke polisi.

P ternyata melakukan KDRT ke istrinya sendiri yang berinisial D beberapa waktu sebelum kejadian pembunuhan terungkap.

P melakukan penganiayaan berat ke istrinya hingga korban harus dilarikan ke rumah sakit.

Selama masa itu kakak ipar P melaporkan pria tersebut atas kasus KDRT.

Namun, polisi belum sempat menangani kasus itu dengan dalih keempat anaknya tak bisa ditinggal karena D sedang dirawat di rumah sakit.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, dalam hal ini, ahli psikologi forensik, Reza Indragiri Amril berujar, seharusnya polisi bisa merespons secepat mungkin laporan atau begitu menerima kabar tentang KDRT.

Baca Juga: 5 Fakta Kekejaman Alung, Bunuh Fitria Wulandari usai Berhubungan Badan, Jasad Dipakaikan Jaket lalu Dibuang

"Tapi, memang tidak mudah dalam praktiknya," ucap Reza kepada Kompas.com, Kamis (7/12/2023).

Reza menyebutkan, di Amerika Serikat saja laporan tentang KDRT masuk setiap tiga menit. Di Australia, laporan yang sama datang setiap dua menit.

"Di Indonesia, saya tak punya datanya. Perkiraan saya, rendah karena masyarakat menganggap KDRT sebagai masalah domestik yang tabu untuk diikutcampuri," ucap Reza.

Belum lagi, kata Reza, khalayak masyarakat ada yang mengalami krisis kepercayaan terhadap polisi. Jumlah polisi yang tidak proporsional juga acap disebut sebagai kendala atas kecepatan kerja polisi.

Di sisi lain, Reza berujar situasi KDRT yang berat juga bisa membahayakan jiwa petugas polisi.

"Saya bertanya-tanya, seberapa jauh polisi sudah terlatih agar bisa menangani insiden KDRT secara aman?" ucap Reza.

(*)