Alami Luka Bakar, Ridho Ceritakan Momen Horor Saat Gunung Marapi Erupsi Tepat di Depan Mukanya: Kami Turun Ngesot dan Menggulingkan Badan!

Sabtu, 09 Desember 2023 | 14:42
TribunPadang.com/Fajar Alfaridho Herman dan EPA

Salah satu pendaki yang selamat bongkar momen erupsi Gunung Marapi

Gridhot.ID - Erupsi Gunung Marapi di Sumatera Barat menjadi bencana yang menelan korban jiwa.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, 75 pendaki yang sedang beradai disekitar Gunung Marapi terdampak dari erupsi tersebut.

23 orang di antaranya dinyatakan meninggal dunia.

Beberapa yang selamat ada yang masih mengalami luka bakar akibat erupsi Gunung Marapi.

Satu di antara dari 23 pendaki yang meninggal merupakan seorang anggota Polda Sumbar.

Para pendaki mengakui mengalami momen horor saat melihat erupsi Gunung Marapi terjadi di hadapannya langsung.

Dikutip Gridhot dari Tribun Padang, Muhammad Ridho Kurniawan (21) bersama dua orang teman lainnya yaitu Aditya Sukirno Putra (21) dan Muhammad Arbi Muharman (21) yang saat ini masih dirawat di RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi.

Saat ditemui tim TribunPadang.com, ketiga korban asal Pekanbaru ini tampak berbaring di satu ruangan yang sama.

Muhammad Ridho Kurniawan tampak mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuh, kaki kiri bagian lutut yang diperban dan telapak kaki kanan yang juga di perban, namun sudah bisa diajak berkomunikasi.

Aditya Sukirno Putra juga tampak mengalami luka bakar di beberapa bagian tubuh dan juga sudah bisa diajak berkomunikasi dan berjalan

Sementara itu, Muhammad Arbi Muharman juga mengalami luka bakar dan patah tulang di beberapa bagian tubuh, namun belum bisa diajak berkomunikasi.

Baca Juga: Pendaki yang Bernasib Sama Seperti Zhafira, Yasirli hingga Kini Masih Terjebak di Gunung Marapi

Ridho menceritakan bahwa pendakian ke Gunung Marapi Sumatera Barat merupakan pendakian pertama bagi mereka.

Ridho mengatakan, mereka bartiga mendaki bersama dengan empat orang teman lainnya dengan total tujuh orang.

Dari tujuh orang, Ridho mengungkapkan hanya satu orang yang sudah pernah mendaki. Enam diantaranya baru pertama kali mendaki gunung.

Ridho mengatakan saat dalam perjalanan menuju puncak merpati, ia bersama teman-teman lainnya sempat mendengar suara seperti mendesis dari dalam kawah. Setelah itu kawah mengeluarkan asap tebal.

Namun, salah satu temannya yang sudah pernah mendaki mengatakan bahwa itu hal yang wajar dan biasa, sehingga mereka melanjutkan perjalanan ke puncak.

Ia mengatakan, saat erupsi terjadi, ia memperkirakan sekitar 30 orang lebih pendaki berada di dekat kawah.

Ridho menjelaskan saat terjadi erupsi, ia bersama teman lainnya sedang dalam perjalanan turun dari puncak merpati.

"Saat terjadi erupsi, kami sedang dalam perjalanan turun sekitar pukul 14.00 WIB. Saat itu kami sedang berada tidak jauh dari puncak merpati," katanya.

"Disaat tengah perjalanan itu gunung meletus tanpa aba-aba atau erupsi. Saat erupsi itu kami langsung mencari tempat berlindung karena erupsi mengeluarkan batu-batu besar dan panas," sambungnya.

Selanjutnya, kata Ridho, saat mencoba berlindung, ternyata batu panas yang dikeluarkan saat erupsi mengenai kakinya sehingga terluka dan membuat sulit berjalan.

"Batu yang berterbangan mengenai kaki saya sehingga terluka dan membuat sulit berjalan," jelasnya.

Baca Juga: Beredar Video Mahasiswi Terjebak dalam Erupsi Gunung Marapi Sumbar, Sang Ibu Kabarkan Kondisi Anaknya: Tangannya Patah Luka-luka

Selain itu, tangannya juga mengalami luka bakar karena kondisi tanah yang panas. Ia sesekali meletakan tangannya ke lumut untuk mendinginkannya.

Ridho mengatakan, saat berusaha turun, ia sedang bersama Adit dan Arbi.

"Kami bertiga waktu berusaha turun, karena Adit yang kondisinya masih bisa berjalan, jadi saya menyuruhnya untuk duluan turun dan mencari bantuan. Kalau Arbi kondisinya saat itu sudah parah," katanya.

Karena takut, ia bersama Arbi memberanikan diri untuk terus melanjutkan perjalanan dengan cara ngesot dan sesekali menggulingkan badannya karena sulit berjalan.

"Kami terus mencoba turun ke bawah dengan cara ngesot dan sesekali menggulingkan badan," katanya.

Selanjutnya ia bersama Arbi menemukan sebuah pondok yang letaknya tidak jauh dari tempat biasa pendaki mendirikan tenda.

"Jadi kami masuk kedalam pondok lalu sembunyi dibawah meja,"jelasnya.

Saat berada di pondok, ia berteriak dan didengar oleh pendaki lainnya yang masih selamat.

"Jadi kami difotonya dan diteleponnya orang dibawah untuk mengabarkan ada korban diatas. 'Abang tunggu disini ya, nanti kami ke atas lagi' kata orang itu," jelas Ridho.

"Kemudian diambilkannya dua buah sleeping bag dan beberapa makanan serta minuman bagi kami," sambungnya.

Menurut Ridho, ia bersama temannya baru mulai dievakuasi dari dalam pondok sekitar pukul 12.00 WIB malam dan sampai di rumah sakit sekitar pukul 21.00 WIB.

"Lama turun karena erupsi masih terjadi saat proses, jadi tim mencari-cari momen juga untuk jalan," katanya.

Baca Juga: Selamat dari Amukan Gunung Marapi, Muhammad Fadli Ceritakan soal Hujan Batu Sebesar Kepalan Tinju: Saya Menepisnya

Ridho bersyukur dan mengucapkan terima kasih karena masih bisa selamat atas bantuan dari tim yang bertugas untuk evakuasi.

"Saya mengucapkan terima kasih banyak untuk bapak-bapak yang sudah membantu evakuasi," tutupnya.

Kini pihak kepolisian berusaha melakukan penyelidikan terkait kejadian ini.

Polda Sumbar melakukan penyelidikan terkait dugaan adanya kelalaian dari peleola Taman Wisata Alam Gunung Marapi.

"Benar. Sedang kita selidiki dugaan kelalaian pengelola TWA Gunung Marapi yang sebabkan 23 orang meninggal dunia. Satu di antaranya adalah anggota kita," kata Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes Pol Dwi Sulistyawan.

Menurut Dwi, pihaknya akan memanggil BKSDA Sumbar untuk dimintai keterangan terkait kasus itu.

"Kita minta keterangan terkait seperti SOP serta hal-hal lain yang berkaitan dengan dugaan kelalaian itu. Nanti baru kita ketahui apakah ada unsur pidana kelalaian atau tidak," jelas Dwi.

Dwi menyebutkan, PVMBG telah mengeluarkan imbauan terkait Gunung Marapi yang berada di level II Waspada sehingga warga harus menjauh dari radius 3 kilometer dari kawah.

"Kalau itu diperbolehkan, tentu ada SOP nya. Nah, itu yang akan kita lihat nanti ya," jelas Dwi.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Kompas.com, Tribun Padang