Grid Hot - Seputar peristiwa terkini

3 Bulan Tidur di Atas Kuburan Korban yang Dia Bunuh, Sarmo Ngaku Sudah Biasa, Terungkap Motifnya Jadi Pembunuh Berantai di Wonogiri

Senin, 11 Desember 2023 | 13:42
Grid Networks Sarmo yang jadi pembunuh berantai di Wonogiri
Humas Polres Wonogiri

Sarmo yang jadi pembunuh berantai di Wonogiri

Gridhot.ID - Sosok Sarmo menjadi sosok yang mengerikan di Wonogiri, Jawa Tengah.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Sarmo yang masih berusia 35 tahun ini ternyata menjadi pembunuh berantai selama ini.

Bahkan Sarmo mengubur mayat salah satu korbannya di bawah kasurnya sendiri.

"Korban dikubur persis di bawah dipan atau kasur. Persis di kamar tersangka," kata Kapolres Wonogiri, AKBP Andi Muhammad Indra Waspada Amirullah saat jumpa pers di Mapolres Wonogiri, Sabtu (9/12/2023).

Sarmo mengaku selama ini selalu berusaha menghilangkan jejak pembunuhan.

Sarmo menumbuk tulang-tulang korban menggunakan potongan kayu jati.

Setelah ditumbuk, tulang-tulang korban dibakar sampai habis.

Pelaku bahkan menyiram area tempat dirinya mengubur para korban dengan solar.

Hal ini dia lakukan agar anjing pelacak tidak menemukan lokasi mayat yang ia bunuh.

Kini terungkap cara licik Sarmo, pembunuh berantai Wonogiri yang kubur jasad para korban di bawah ranjang tempat tidurnya.

Dikutip Gridhot dari Tribunnews Maker, kasus ini terungkap buntut ditemukannya temuan kerangka manusia di dua lokasi berbeda itu berkaitan dengan pembunuhan yang dilakukan seorang pelaku, pada Kamis (7/12/2023) lalu.

Baca Juga: 4 Bocah di Jakakarsa Meninggal Hampir Bersamaan, Terkuak Sang Ayah Jawab Begini saat Ditanya Tetangga soal Anaknya

Saat itu ditemukan kerangka manusia yang ditemukan di dua lokasi milik dua korban.

Kapolres Wonogiri AKBP Andi Muhammad Indra Waspada Amirullah menduga jika Sarmo melakukan pembunuhan terhadap dua orang yakni Agung Santosa di tahun 2021 dan Sunaryo di tahun 2022.

"Tindak pidana pembunuhan yang terjadi ini sudah cukup viral di tahun 2021 dan 2022.

Karena kurangnya alat bukti kita selalu memantau pergerakan diduga tersangka.

Atas beberapa petunjuk kita bisa penangkapan dan tersangka mengakui," jelasnya, Sabtu (9/12/2023).

Sarmo diduga melakukan pembuhan dengan memberikan racun ke tubuh korban.

Pelaku membunuh korban dengan mencampurkan es teh dengan potas.

Selain itu AKBP Andi Muhammad Indra Waspada Amirullah mengatakan pihaknya mengungkap tiga kasus yang berkaitan, dua diantaranya pembunuhan dan satu pencurian.

"Ini diawali kasus pencurian,

si pelaku S berulang melakukan aksinya,

lalu kita amankan dengan kasus pencurian," kata dia.

Baca Juga: 4 Bocah di Jakakarsa Meninggal Hampir Bersamaan, Terkuak Sang Ayah Jawab Begini saat Ditanya Tetangga soal Anaknya

Usai melakukan aksinya pada 27 April 2022 silam, Sarmo mengubur jasad korbannya di bawah ranjang tempat tidurnya.

Ia melakukan hal tersebut selama 3 bulan.

Seperti yang disampaikan Kapolres Wonogiri, AKBP Andi Muhammad Indra Waspada Amirullah.

"Korban dikubur persis di bawah dipan atau kasur," kata Andi saat jumpa pers di Mapolres Wonogiri, Sabtu (9/12/2023).

"Persis di kamar tersangka," tambahnya.

Jasad korban dikubur dengan diberi serbuk kayu sisa penggergajian kayu.

Itu didapatkannya dari lokasi usaha penggergajian miliknya yang ada di Desa Semagar, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri.

Sarmo mengaku jasad korban telah dikuburkan selama tiga bulan.

"Saya sudah biasa kalau seperti itu.

Maksudnya sudah biasa tidur sendiri di tempat angker," jelasnya.

Sementara itu terungkap sosok kedua korban memiliki relasi yang berbeda dengan tersangka.

Baca Juga: Hanya Dalam 1 Jam, Panca Bunuh 4 Anaknya Secara Sadis Sambil Direkam, Ngaku Begini di Hadapan Polisi!

Agung adalah rekan bisnis, sementara Sunaryo penggadai mobil milik Sarmo.

"Alasannya utang piutang sama bisnis kerja.

Pakai apotas, dua-duanya.

Dimasukkan ke esteh terus dikasihkan Pak Sunaryo.

Pak Agung saya kasih botol aqua yang kecil," kata Sarmo, di Mapolres Wonogiri, Sabtu (9/12/2023).

Ia mengaku, dia ditekan oleh kedua korban. Perkataan korban membuatnya emosi sehingga memutuskan untuk menghabisi nyawa keduanya.

"Tega membunuh karena tekanan, yang pertama (korban Agung) saya selalu di pojokkan.

Intinya tidak bisa menerima kalau penggergajian sepi.

Dia juga ingin penggergajian dipindah ke Klaten," ujarnya.

"Bagi hasilnya kalau pas ramai bisa penuh, karena sepi berkurang dia tidak bisa menerima, mintanya penuh terus.

Dikira saya korupsi, saya tidak becus," imbuh Sarmo.

Baca Juga: Hanya Dalam 1 Jam, Panca Bunuh 4 Anaknya Secara Sadis Sambil Direkam, Ngaku Begini di Hadapan Polisi!

Sarmo mengelabui korban pertama Agung dengan lari ke sebuah gubung.

Di situ ia menaruh apotas yang telah dibawa sebelumnya di jok motor ke dalam minuman yang kemudian diminum oleh Agung.

"Itu tidak mengajak, karena saya sudah terlalu banyak ditekan sama Agung, saya tidak sanggup akhirnya saya lari ke gubug, akhirnya Agung nusul lewat jalan berbeda," ujarnya.

Setelah korban meregang nyawa, Sarmo berusaha menghilangkan barang bukti dengan menguburkan jasad korban.

"Dikubur di Alas Dorog, sama gubug lumayan jauh, saya gotong sendiri," jelasnya.

Sementara itu, dengan korban Sunaryo, Sarmo mengakui mempunyai urusan utang piutang.

Sarmo menggadaikan mobil Grandmax ke Sunaryo dengan nilai sebesar Rp 48 juta.

"Seharusnya saya kan sudah mengambil, karena sudah tempo saya belum bisa, akhirnya dia (Sunaryo) terus menekan saya.

Telatnya dua bulan," jelasnya.

Sarmo mengatakan korban Sunaryo selalu menekannya dengan kata kasar.

Menurutnya korban juga mengatainya kalau tidak bisa dipercaya, hal itu yang membuatnya emosi.

Baca Juga: Komunikasi Lewat Game Online, Pemuda Pemalang Ini Tega Sewa Pembunuh Bayaran untuk Habisi Ayahnya, Akting Begini Saat Temukan Korban

"Korban bilang sudah dibantu tapi tidak bisa mengerti, pokoknya mencaci-maki saya," kata Sarmo.

Ia pun menghabisi nyawa Sunaryo dengan sebotol air putih yang juga dicampur apotas.

Tak jauh beda, ia mengubur jasad korban di bawah dipan yang berada di tempat penggergajian kayu miliknya.

Sarmo mengakui bahwa dirinya takut usai melakukan pembunuhan itu.

Berbagai cara dia lakukan untuk menghilangkan barang bukti. Salah satunya dengan membakar jasad Sunaryo.

"Saya kubur dulu tiga bulan. Kemudian ada Polisi naik ke atas (tempat penggergajian) saya panik.

Dari kepanikan muncul inisiatif untuk menghilangkan jejak dengan membakar," jelasnya.

Ia pun sempat tidak mengakui perbuatan kejinya ini.

Berbagai upaya ia lakukan untuk menghilangkan barang bukti.

"Setiap diinterogasi saya tidak mengaku.

Sekecil apapun barang bukti selalu berusaha saya hilangkan," ujarnya.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Kompas.com, Tribunnews Maker