Find Us On Social Media :

7 Weton yang Konon Pantang Buat Menikah di Hari Minggu Pahing

ilustrasi patah hati

GRIDHOT.ID- Weton adalah istilah dalam budaya Jawa yang menggambarkan kombinasi antara hari dan pasaran dalam penanggalan Jawa.

Beberapa orang meyakini bahwa weton dapat memengaruhi nasib dan keberuntungan seseorang, termasuk dalam hal pernikahan.

Namun, perlu diingat bahwa keyakinan ini bersifat kepercayaan lokal dan tidak memiliki dasar ilmiah.

Di Jawa, ada yang meyakini bahwa ada hari-hari tertentu yang dianggap kurang baik untuk menikah.

Namun, perlu dicatat bahwa pandangan ini bisa berbeda-beda di berbagai tempat dan masyarakat.

Berikut adalah tujuh weton yang dianggap pantang menikah di hari Minggu Pahing:

1. Selasa Pon

Baca Juga: 4 Weton yang Bisa Ubah Kemalangan Jadi Berkah karena Punya Energi Positif

2. Rabu Legi

3. Kamis Pahing

4. Jumat Pon

5. Sabtu Pahing

6. Minggu Pahing

7. Senin Wage

Masyarakat Jawa memiliki berbagai keyakinan dan tradisi yang berkaitan dengan weton, namun dampak atau akibat dari melanggar pantangan tersebut biasanya bersifat mitologis atau spiritual.

Dampak atau akibat yang dianggap mungkin terjadi jika seseorang nekat menikah pada hari Minggu Pahing atau weton-weton yang dianggap tidak baik tersebut biasanya bersifat mitologis dan spiritual.

Baca Juga: 3 Pasangan Weton yang Sering Bertengkar Meski Cuma Masalah Sepele

Misalnya, ada yang meyakini bahwa pernikahan di hari-hari tersebut dapat membawa sial, ketidakberuntungan, atau masalah dalam rumah tangga.

Namun, perlu diingat bahwa ini hanyalah pandangan tradisional dan tidak memiliki dasar ilmiah.

Keputusan untuk menikah pada hari tertentu sebaiknya didasarkan pada pertimbangan rasional, persiapan matang, dan kesepakatan bersama antara calon pengantin.

Pada akhirnya, keberhasilan pernikahan lebih banyak ditentukan oleh komitmen, pengertian, dan kerjasama antara pasangan daripada hari atau weton tertentu.

Pantangan ini mungkin dipengaruhi oleh mitos atau keyakinan setempat yang berkaitan dengan keberuntungan dan spiritualitas pada hari-hari tersebut.

Namun, sebaiknya diingat bahwa ini adalah bagian dari warisan budaya lokal dan tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat.

Setiap orang bebas memilih hari pernikahan mereka sesuai dengan keyakinan dan preferensi pribadi.

(*)