Gridhot.ID - Sebanyak 147 pengungsi Rohingya dilaporkan tiba di Sumatera Utara (Sumut) pada Sabtu (30/12/2023) sekitar pukul 23.00 WIB.
Informasi yang diperoleh wartawan, pengungsi Rohingya tiba di Pulau Kuala Besar, Kecamatan Secanggang.
Namun setelah dikonfirmasi, ratusan pengungsi Rohingya tenyata mendarat di Pantai Mercusuar, Desa Karang Gading, Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang.
"Iya benar, cuma tidak di Pulau Kuala Besar, dia disebrangnya Pulau Kuala Besar," ujar Kepala Desa (Kades) Kuala Besar, M Amiruddin kepada Tribun-Medan.com, Minggu (31/12/2023).
Lanjut Amiruddin, lokasi yang dimaksud ialah Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, Deli Serdang.
Tak hanya itu, pihak kecamatan dan desa serta Sat Pol Airud Polres Langkat, juga sudah berada di lokasi.
"Sajauh ini sudah ada pemerintah kecamatan Secanggang, Labuhan Deli, serta Sat Pol Airud," ujar Amiruddin.
"Saat ini mereka sudah dilakukan pemeriksaan, mana yang sakit diobati, mana yang kelaparan dikasih makan. Intinya mereka tetap kita perlakukan secara kemanusiaan," tutupnya.
Sementara itu, Kapolda Sumut Irjen Agung Setya Imam Effendi menyebut, pasca 147 pengungsi Rohingya tiba di Deli Serdang pada 30 Desember, UNHCR tak bisa dihubungi.
Sehingga, sampai malam pergantian tahun atau 1 x 24 jam pengungsi Rohingya tiba, pemerintah daerah dan aparat tak bisa berkomunikasi dengan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR).
"Sedikit tambahan laporan bahwa sampai malam ini UNHCR belum bisa kami hubungi dan hadir di sini," kata Irjen Agung saat melaporkan situasi terkini pengungsi Rohingya kepada Panglima TNI dan Kapolri melalui meeting zoom di lapangan Benteng Medan, Minggu (31/12/2023) malam.
Panglima TNI Agus Subiyanto menyatakan bahwa dirinya sudah memerintahkan kepada Lantamal I Belawan untuk menghalau pengungsi Rohingya masuk ke perairan Sumatera Utara.
Bahkan, Angkatan Laut Indonesia dengan Angkat Laut India sempat saling dorong supaya mereka tak masuk ke Indonesia maupun ke India.
Disebut, angkatan Laut India mendorong pengungsi masuk ke Indonesia, sementara Angkatan Laut Indonesia juga menolak.
"Saya sudah memerintahkan Lantamal untuk menghalau sebenarnya. Kemarin ada tarik menarik antara angkatan laut India dengan kita. Angkatan Laut India mendorong pengungsi itu masuk ke kita. KRI kita juga mendorong agar keluar," kata Panglima TNI Agus Subiyanto saat menyampaikan pesan kepada Kapolda Sumut, Pangdam I Bukit Barisan dan PJ Gubernur Sumut, Minggu (31/12/2023) malam di lapangan Benteng Medan.
Dari informasi yang dikumpulkan aparat, pengungsi ini berangkat dari kamp penampungan Bangladesh sejak 22 hari lalu.
Mereka sempat terombang-ambing di laut sebelum tiba di Sumatera Utara lantaran nahkoda kapal sengaja meninggalkan para pengungsi dengan menumpang kapal lain.
"Nahkoda yang memimpin kapal ini, 4 mil sebelum mendarat meninggalkan kapal, pindah ke kapal yang lain," ujar Pangdam 1 Bukit Barisan, Mayjen Mochammad Hasan saat melapor ke Panglima TNI dan Kapolri lewat zoom meeting pengamanan pergantian tahun baru 2024 di Lapangan Benteng, Kota Medan, Minggu (31/12/2023) malam.
Selain itu, dari kapal yang membawa pengungsi Rohingya, juga ditemukan logistik makanan segar, yang diduga dikirim dari darat, melalui perairan di Indonesia.
"Kemudian hal yang menonjol lainnya (ditemukan) kartu UNHCR. (Tetapi) ini identitasnya, tanggal lahirnya sama (dengan semua pengungsi)," ujar Hasan.
Menurutnya, kedatangan pengungsi ini merupakan cara baru. Hal ini lantaran sebelumnya para pengungsi Rohingya sempat ditolak saat memasuki perairan Provinsi Aceh.
Dia menyarankan agar pengamanan di pantai timur Sumut diperketat untuk menekan kedatangan pengungsi Rohingya.
"Ini sudah menjadi pola baru, mereka yang selama ini masuk ke Aceh atau ke Sabang, sekarang sudah mulai masuk ke wilayah kami pantai timur, Sumut," ungkap Hasan.
Saat ini para pengungsi Rohingya tinggal di sebuah teluk dengan menggunakan tenda.
Warga dan pemerintah setempat membantu kebutuhan makan para pengungsi. Hasan juga memastikan suasana kondusif.
"Alhamdulillah kondisi kondusif, mereka berada di teluk yang tidak berhubungan langsung dengan masyarakat, jadi mereka tidak bisa berhubungan (dengan masyarakat langsung), jadi harus menggunakan perahu (kalau) menuju ke tempat mereka (masyarakat)," ujarnya.
(*)