Tentara Bayaran UEA Mengacau Houthi, Siap Serang Kapal Meski Tidak Terkait Isarel Agar AS Lakukan Hal Ini di Laut Merah

Kamis, 11 Januari 2024 | 17:42
tangkapan layar Twitter/@GlobeEyeNews

Diluncurkan dari daerah yang dikuasai Houthi, sebuah rudal menghantam kapal tanker komersial.

GridHot.ID - Anggota biro politik gerakan perlawanan Ansarallah, Fadl Abu Thalib mengungkap informasi soal tentara bayaran yang didukung UEA.

Fadl Abu Thalib mengatakan kelompok tentara bayaran yang didukung UEA tengah merencanakan serangan sembari menyamar dengan menargetkan kapal-kapal komersil di Laut Merah; meski kapal komersil itu tidak terkait dengan Israel.

Serangan kelompok tentara bayaran yang didukung UEA tentu saja berbeda dengan serangan kelompok Houthi dari Yaman yang hanya menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Isarel.

Melansir The Cradle, tentara bayaran yang didukung UEA sedang bersiap melakukan serangan menyamar atau istilah militernya 'False Flag' terhadap kapal komersil yang tidak terkait Isarel dengan tujuan agar Houthi yang dituduh melakukannya.

Dengan demikian, hal tersebut akan mendorong militerisasi AS lebih lanjut ke Laut Merah.

"UEA, melalui tentara bayarannya di Yaman, membuat pengaturan untuk menargetkan kapal-kapal komersial yang tidak ditujukan untuk entitas Zionis," kata Fadl Abu Thalib, anggota biro politik gerakan perlawanan Ansarallah, pada Selasa (9/1/2024).

"Abu Dhabi dan perwakilannya ingin mencampuradukkan situasi dan memberikan pembenaran kepada Amerika untuk melakukan militerisasi di Laut Merah," tambahnya.

"Tetapi kami mengatakan bahwa perilaku tercela mereka akan terungkap, karena operasi kami di Laut Merah dan Laut Arab memiliki tujuan yang spesifik dan jelas," lanjutnya.

Untuk diketahui, Ansarallah dan Angkatan Bersenjata Yaman telah melakukan banyak operasi angkatan laut terhadap kapal-kapal yang terkait atau menuju Israel.

Serangan-serangan ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Gaza dan perlawanan Palestina, dan bertujuan untuk mencegah barang-barang mencapai pelabuhan-pelabuhan Israel selama akses Gaza terhadap bantuan terhambat.

Baca Juga: Eks Intelijen Israel Akui Ketangguhan Hamas, 60 Persen Kemampuan Militer Israel Bisa Hancur Jika Nekat Hajar Jalur Gaza: Tak Punya Pilihan Lain

Yamantelah berjanji bahwa hanya kapal-kapal yang terkait dengan Israel atau kapal-kapal yang menuju pelabuhan Israel yang akan menjadi sasaran, dan tidak ada yang lain. Tidak ada korban jiwa atau cedera akibat serangan Yaman.

Buntut dari aksi tersebut, AS membentuk satuan tugas maritim bulan lalu untuk melindungi kepentingan Israel di Laut Merah.

Sebagai bagian dari operasi gugus tugas ini, pada tanggal 31 Desember, helikopter AS menenggelamkan tiga kapal Yaman dan menewaskan sepuluh perwira angkatan laut.

Pada tanggal 9 Januari, CENTCOM mengklaim bahwa pasukan AS dan Inggris menembak jatuh 21 rudal dan drone yang ditembakkan oleh Ansarallah menuju jalur pelayaran Laut Merah, menyebutnya sebagai serangan Yaman ke-26. Sementara Yaman hanya mengkonfirmasi 13 operasi.

Menurut laporan media Arab dan Israel, para pejabat di Dewan Transisi Selatan (STC) yang separatis Yaman dan didukung UEA telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan gugus tugas Washington dan membantu melindungi pelayaran Israel.

Dewan Transisi Selatan STC juga dilaporkan telah berdiskusi dengan Washington mengenai kemungkinan memobilisasi kelompok tentara bayaran yang didukung UEA dan milisi yang terkait dengan STC melawan musuh Israel di Yaman, surat kabar Al-Akhbar melaporkan bulan lalu.

"STC di Yaman selatan ingin memerangi Houthi … Jika Israel mengakui hak kami untuk menentukan nasib sendiri di Yaman selatan, Anda akan menemukan sekutu di lapangan untuk melawan ancaman Houthi," tulis media Ibrani mengutip sumber yang dekat dengan pemimpin STC Aidarous al -Zubaidi.

(*)

Tag

Editor : Siti Nur Qasanah

Sumber new.thecradle.co