GRIDHOT.ID- Weton Tulang Wangi dalam tradisi primbon Jawa merupakan kombinasi antara hari (weton) dan pasaran (tulang wangi).
Weton sendiri terdiri dari lima unsur yaitu Pasaran (lima hari dalam satu minggu), Wuku (30 siklus tujuh hari), Dina (hari dalam satu minggu), Nama atau Wariga, dan Urip (umur).
Berikut adalah 6 Weton Tulang Wangi yang diyakini dapat membuat makhluk halus menyegani menurut primbon Jawa:
1. Weton Selasa Wage:
Dalam tradisi Jawa, hari Selasa sering dianggap memiliki energi yang kuat dan bertenaga.
Kombinasi dengan Pasaran Wage dan pasaran tulang wangi dianggap memiliki kekuatan spiritual yang dapat membuat makhluk halus merasa takut.
Baca Juga: 3 Weton yang Dinaungi Khodam Pembawa Kecantikan dan Aura Awet Muda
2. Weton Kamis Pon:
Kamis sering dianggap sebagai hari yang positif dan penuh berkah dalam budaya Jawa.
Kombinasi dengan Pasaran Pon dan pasaran tulang wangi dianggap mampu memberikan kekuatan spiritual yang membuat makhluk halus segan atau takut.
3. Weton Jumat Kliwon:
Jumat adalah hari yang dianggap suci dalam Islam, dan Kliwon adalah salah satu pasaran yang dianggap memiliki energi mistis.
Kombinasi keduanya diyakini dapat menciptakan kekuatan spiritual yang bisa membuat makhluk halus merasa segan.
4. Weton Minggu Pahing:
Minggu dianggap sebagai hari yang penuh keberuntungan dan keberkahan.
Kombinasi dengan Pasaran Pahing dan pasaran tulang wangi dianggap mampu menciptakan aura kekuatan spiritual yang dapat membuat makhluk halus takut.
Baca Juga: 4 Weton yang Dilindungi Khodam Sunan Kalijaga Karena Watak Baiknya
5. Weton Senin Legi:
Hari Senin diyakini memiliki energi yang baik, sementara Pasaran Legi dianggap sebagai pasaran yang membawa keberuntungan.
Kombinasi keduanya diyakini dapat menciptakan kekuatan spiritual yang membuat makhluk halus merasa segan.
6. Weton Rabu Wage:
Rabu dianggap sebagai hari yang seimbang dan penuh keberuntungan.
Kombinasi dengan Pasaran Wage dan pasaran tulang wangi dianggap mampu menciptakan kekuatan spiritual yang dapat membuat makhluk halus takut.
Perlu diingat bahwa keyakinan ini bersifat tradisional dan berkaitan erat dengan budaya lokal. Tidak semua orang mungkin mempercayai atau mengamalkannya.
(*)