Find Us On Social Media :

Sembunyikan Prosesi Apa Saja yang Dijalani, 16 Pendaki yang Tersesat di Gunung Pangrango Ternyata Lakukan Ritual Khusus: Itu Pakem!

16 Pendaki yang tersesat di Gunung Pangrango akhirnya berhasil dievakuasi

Gridhot.ID - 16 pendaki yang tersesat di Gunung Gede Pangrango atau Gunung Pangrango, Bogor, Jawa Barat akhirnya berhasil dievakuasi.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, sebelumnya hanya 13 orang saja yang dilaporkan tersesat di Gunung Pangrango.

Namun tim SAR nyatanya mengevakuasi 16 pendaki yang tersesat tersebut pada Senin, 29 Januari 2024.

Kelompok pendaki tersebut ternyata lupa jalan pulang saat berusaha untuk turun gunung.

Berdasarkan laporan kepolisian, tiga dari 16 pendaki tersebut nyatanya masih anak-anak.

"Betul, total ada 16 pendaki (tersesat), rinciannya 13 dewasa dan 3 anak-anak. Mereka tersesat setelah melaksanakan ziarah ketempat yang mereka anggap keramat di kulah 2 dan Curug Jambe," kata Kapolsek Ciawi Kompol Agus Hidayat.

Diduga para pendaki tersebut berusaha mencari mustika di Curug Jambe Gunung Pangrango.

Dikutip Gridhot dari Tribunnews Bogor, mereka melakukan pendakian sejak Sabtu (27/1/2024) melalui Kulah Dua, Cibedug.

Tujuan pendakian itu yakni untuk melakukan tadabbur alam ke dua curug yang ada di Gunung Pangrango.

Belasan orang itu terdiri dari kelompok Paguyuban Sir Buni Kasih.

Markas mereka berada di Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor.

Baca Juga: Terancam Di-Blacklist, Terungkap Alasan 13 Pendaki Gunung Pangrango Nekat Lintasi Jalur Ilegal hingga Sempat Hilang, Demi Cari Ini

Ketua Paguyuban Sir Buni Kasih, Dedi Saefullah menegaskan, tujuan mereka melakukan pendakian bukan untuk ziarah.

"Jadi bukan ziarah, lebih ke tadabbur alam," kata Dedi Saefullah.

Saat melakukan tadabur alam, kata dia, rombongan berhasil mengunjungi dua curug yang ada di Gunung Pangrango.

Namun saat akan kembali, tiba-tiba cuaca di Gunung Pangrango mendadak jadi ekstrem.

Kabut tebal dan hujan rintik terus menerus menghalangi pemandangan dan pergerakan mereka.

Akhirnya kelompok itu pun memutuskan untuk bermalam.

"Ketika cuaca (buruk) harus sigap dan menentukan bermalam," jelasnya.

Apalagi kondisi yang gelap dan hujan membuat jalur turun dari puncak tertutup.

Hal itulah yang kemudian membuat rombongannya tersesat.

Mereka pun sudah mencoba membuka jalur sendiri, namun tidak membuahkan hasil.

Bahkan anggota rombongannya sampai mengalami luka-luka hingga terkilir.

Baca Juga: Berjuang dari Perihnya Luka Bakar 70 Persen, Zhafirah Zarim Febrina Kini Meninggal Dunia Usai Jadi Korban Erupsi Gunung Marapi

Dedi pun menceritakan pengalaannya bermalam di Gunung Pangrango.

Menurut Dedi, ini bukan kali pertama dirinya mengunjungi curug di Gunung Pangrangi.

"Kalau saya sudah sering, kalau yang lain ada yang baru (pertama kali)," jelasnya.

Kunjungan rutin yang dilakukan Paguyuban Sir Buni Kasih ke berbagai mata air atau alam tidak bisa dilepaskan dari filosofi kelompoknya yang berkaitan dengan alam.

Aktivitas yang dilakukan kelompoknya itu yakni melestarikan budaya dengan cara mengunjungi sumber air.

Selain itu, mereka juga menikmati alam dengan kompleksitas yang berbeda jika berada di atas gunung.

Bahkan saat bermalam di Gunung Pangrango, Dedi mengaku bisa menyaksikan hal-hal lain.

Dedi pung mengaku bertemu dengan ulat yang menyala.

"Bukan hanya kunang-kunang, tapi ada juga ulat kecil nyala," jelasnya.

Namun saat disinggung mengenai apakah ada hubungan paguyuban Sir Buni Kasih dengan makhluk tak kasat mata, Dedi enggan menjawabnya.

Ia pun tak menapik jika kegiatannya hingga tersesar digunung merupakan bagian dari proses ritual.

Baca Juga: 13 Orang Hilang di Gunung Pangrango, Pendaki Senior Bongkar Kemistisan Tempat Tersebut: Mukanya Tuh Tatapan Kosong...

Namun, ia menegaskan kalau Paguyuban yang dipimpinnya tidak pernah merugikan orang lain.

"Maaf itu pakem, tidak bisa saya ceritakan, yang penting itu pakem saya, yang penting tidak merugikan malah saya ingin memberi manfaat dan memberikan amal sholeh. Saya lebih menjaga hubungan alam. Tidak ada tujuan selain penguasa, zat tanah, zat air itu kesatuan kita," tandasnya.

(*)