GridHot.ID - JND, siswa SMK di Penajam Paser Utara (PPU), Kaltim, ditangkap atas kasus pembunuhan satu keluarga.
Pembunuhan tersebut menewaskan ayah, ibu, dan 3 orang anak.
Belakangan terungkap bahwa korban, yakni sang suami sempat merangkak setelah dibacok pelaku untuk melihat nasib istri dan 3 anaknya.
Dilansir dari Kompas.com, seorang siswa SMK tega membunuh satu keluarga terdiri dari ayah, ibu dan tiga anaknya secara sadis di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur.
Kasus pembunuhan ini berawal dari hubungan asmara pelaku berinisial J (17) dengan korban anak perempuan berinisial R (15) yang tidak direstui orangtua korban.
Aksi sadis ini terjadi tepatnya di Desa Babulu Laut, Kecamatan Babulu, Kabupaten PPU, Kaltim, Selasa (6/2/2024).
J menghabisi nyawa 5 anggota keluarga bernama Waluyo (35) ayah atau kepala keluarga, SW (34) ibu, RJS (15) anak perempuan pertama, VDS (11) anak kedua dan ZAA (3) anak ketiga.
Dalam aksinya, pelaku memadamkan listrik di rumah korban. Kemudian masuk sambil membawa parang.
Di dalam rumah hanya ada SW dan tiga anaknya, sementara korban Waluyo sedang berada di luar rumah.
Tersangka menghabisi SW dan tiga anaknya, kemudian Waluyo yang pulang juga dibunuh oleh pelaku.
Melansir TribunnewsBogor.com, siswa SMK membunuh satu keluarga di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur dalam waktu 30 menit.
Junaedi (18) alias JND membunuh ibu dan dua anak secara bersamaan.
Bahkan sang suami sempat merangkak setelah dibacok Junaedi untuk melihat nasib istri dan 3 anaknya.
Tindakan sadis dilakukan Junaedi pada satu keluarga di Desa Babulu Laut, Kecamatan Babulu, PPU, Kaltim pada Sabtu 10 Februari 2024.
Setelah menenggak minuman alkohol campur minuman energi, Junaedi mendatangi rumah keluarga Waluyo (35) yang berada di samping kediamannya.
Sesampainya di rumah tersebut, menurut Kasat Reskrim Polres PPU AKP Dian Kusnawan, Junaedi sempat mengintip dari pintu samping.
Ia kemudian memadamkan aliran listri dengan mematikan saklar.
"Dia (Junaedi) nunggu di dalam, tidak lama kemudian korban (Waluyo) datang. Saat buka pintu langsung ditimpas," jelasnya.
Setelah menebas Waluyo menggunakan parang, Junaedi masuk ke kamar paling depan.
Di kamar tersebut ada SW (34) yang masih terjada bersama dua anaknya, VDS (11) dan ZAA (3).
"Posisi terjaga, teriak manggil 'ayah'. Tapi pelaku masuk duluan. Masuk kamar posisi gelap, dia (Junaedi) bawa senter, disenterin langsung dilakukan penimpasan," kata AKP Dian Kusnawan.
Ketika istrinya ditebas, Waluyo yang sudah dalam posisi terluka akibat tebasan parang masih mecoba menyelamatkan keluarganya.
"Korban bapak ini berusaha masuk sampai ke dalam, merayap," katanya.
Setelah membunuh suami, istri dan dua anak, Junaedi masih masuk ke kamar belakang.
Dia menebaskan parangnya pada anak paling besar, RJS (15).
Tak puas membunuh satu keluarga, Junaedi juga menyetubuhi jasad SW dan RJS.
"Persetubuhan diakui dan memang dari hasil visum tim dokter tes DNA," katanya.
Tindakan keji ini berlangsung cepat menurut Dian tak sampai 30 menit.
"Tidak sampai 30 menit, karena sangat cepat dia gantian, habis nimpas 1,2,3,4,5 balik lagi memastikan, ditimpas lagi," katanya.
Usai melakukan aksi kejinya, Junaedi mengambil dua handphone dari kamar depan dan satu handphone dari kamar RJS.
"Mengambil 3 unit handphone dan uang Rp 353 ribu. HP dibawa ke jalan, dirusakin 2 unit, satu tidak sempat dirusak, lalu dilempar ke sungai untuk menghilangkan barang bukti," katanya.
Setelah itu Junaedi masih sempat menyalakan kembali aliran listrik di rumah Waluyo.
Ia kemudian kembali ke rumah mencuci baju, senter dan parang.
"Lalu kembali ke rumah, buka baju, dicuci di mesin cuci sambil nungu kering dia berishkan parangnya, senternya," katanya.
Siswa SMK kelas 3 ini kemudian mendatangi rumah kakaknya yang berada di samping.
"Mengatakan ada perampokan di sebelah rumah," katanya.
Kakak korban, Mujiono bercerita dalam kesehariannya Junaedi memang kerap cekcok dengan tetangga.
Ia bahkan tak segan mengancam menggunakan senjata tajam.
"Kalau itu sering (cekcok). Hal sepela aja sudah membawa sajam," kata Mujiono.
Menurutnya cekcok Junaedi bukan hanya kali ini saja.
"Bukan (yang pertama kali). Dia cuma menakut-nakuti saja," katanya.(*)