Gridhot.ID - Kasus tewasnya satu keluarga yang mengakhiri hidup dengan lompat dari lantai 21 apartemen di Penjaringan, Jakarta Utara kini masih dalam pendalaman polisi.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Satu keluarga berinisial EA (51), AIL, JWA (13), dan JL (18) mengalami luka parah usai melompat dari lantai 22 Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (9/3/2024).
Keempat jenazah mengalami luka yang cukup parah akibat jatuh dari ketinggian tersebut.
Berdasarkan identifikasi tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) Polres Metro Jakarta Utara, ditemukan beberapa luka pada tubuh korban, antara lain:
Korban EA: Luka parah pada bagian belakang kepala; pinggang, kedua tangan dan kaki patah;
Korban AIL: Luka parah pada bagian belakang kepala; kedua tangan dan kaki patah;
Korban JWA: Luka parah pada bagian belakang kepala; kedua tangan dan kaki patah;
Korban JL: Luka parah pada bagian belakang kepala; kedua tangan dan kaki patah.
Di momen keempatnya terjatuh, sekuriti mengaku mendengar suara benturan keras.
Dikutip Gridhot dari Tribun Jakarta, polisi mengungkap gerak-gerik satu keluarga sebelum tewas melompat dari rooftop apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (9/3/2024).
Hasil penelusuran CCTV, terlihat gelagat aneh dari sang ayah dan ibu sebelum mengajak kedua anaknya mengakhiri hidup bersama-sama.
Baca Juga: Dikejar 5 Debt Collector, Taufik Lari Kencang dan Terjun dari Atas Jembatan Setinggi 20 Meter
Kapolsek Metro Penjaringan Kompol Agus Ady Wijaya mengatakan, gelagat aneh yang pertama ditunjukkan oleh sang ayah, EA (50).
EA terlihat merangkul dan menciumi kening istrinya AEL (52), anak perempuannya JL (15), dan anak laki-lakinya JW (13) ketika berada di dalam lift.
"Jam 16.04 WIB, para korban ini masuk dalam lift terekam ini EA mencium-cium kening dari ketiga orang lainnya," ucap Agus Ady di lokasi, Sabtu malam.
Setelahnya, sang ibu AEL juga terlihat meminta ketiga orang terdekatnya itu mengumpulkan handphone mereka masing-masing.
Handphone ketiga orang lainnya dimasukkan AEL ke dalam tasnya sebelum mereka naik lantai 21 apartemen tersebut.
"Setelah dicium-cium keningnya, AEL terlihat mengumpulkan handphone-handphone dari semuanya untuk naik ke atas," ucap Agus Ady.
Agus Ady memerinci, berdasarkan penelusuran CCTV, keempat orang tersebut datang ke apartemen pada pukul 16.02 WIB.
Mereka datang dalam satu mobil yang sama, yakni Daihatsu Gran Max berwarna silver, dengan nomor polisi B 2972 BIQ.
Dua menit setelah tiba di parkiran apartemen, pada pukul 16.04 WIB empat sekeluarga itu masuk ke dalam lift.
Pada pukul 16.05 WIB, keempat orang itu keluar dari lift di lantai 21 apartemen.
Mereka lalu naik ke rooftop lantai 21 apartemen dan tercatat melompat pada pukul 16.13 WIB.
"Berdasarkan cctv, naik ke tangga darurat untuk ke rooftop apartemen, kemudian 16.13 WIB, para korban terjatuh bersamaan di depan lobby apartemen," kata Agus Ady.
Adapun keempat orang itu pernah menjadi penghuni apartemen tersebut selama beberapa waktu.
Keempat orang itu kemudian pindah tempat tinggal dan sudah dua tahun tak terlihat beraktivitas di apartemen tersebut.
Satu keluarga itu baru terlihat lagi hari ini, dan mereka ternyata mendatangi apartemen tersebut untuk mengakhiri hidup secara bersama-sama.
Mereka tewas terjatuh dari rooftop dengan kondisi tangan saling terikat.
"Kemudian hasil identifikasi dari inafis, disampaikan luka-luka itu mengalami luka kepala, kepalanya pecah di bagian belakang, patah-patah di sekujur tubuh, kedua tangan dan kaki patah-patah," ucap Agus Ady.
Usai kejadian, polisi pun melakukan olah TKP dan membawa jenazah ke RS Cipto Mangunkusumo untuk proses visum et repertum.
(*)