Ia pun merenungi apa yang terjadi padanya sebagai akibat kurang bersyukur.
Diakui Unang pernah dalam posisi atas. Ia bersama Bagito berada di karier puncaknya pada era 1990-an.
Punya banyak uang untuk membeli banyak aset. Mobil mewah, rumah, kontrakan pernah dimiliknya.
“Saya bisa menikmati itu, dari orang kere, Allah berikan anugerah begitu luar biasa,” kenangnya.
Namun, ia lupa diri. Nafsu melingkupinya. Ketika banyak uang ia memilih poligami.
Ia menikah lagi dengan perempuan muda dan cantik.
"Saya di satu sisi saya sudah punya istri, istri saya sempat dua,” tutur Unang.
Kala itu ia sama sekali tak menyadari konsekuensi dan tanggung jawab yang harus dipenuhinya.
Ia juga tak bisa mengatur uang dengan baik.
Menurut dia, itulah awal kejatuhannya.
“Saya merasa saat itu tidak bersyukur, banyaklah kejadian, akhirnya pisah sama istri kedua," ucap dia.