Sebby menyebut pihaknya sudah menentukan wilayah perang.
Namun, dengan adanya pengeboman yang dilakukan TNI, ia menganggap itu merupakan sebuah pelanggaran.
"Kami sudah menentukan wilayah perang sejak tahun 2017, bawah daerah perang dari jalan trans Wamena-Nduga sampai menunggu atau batas baru. Namun hari ini Indonesia melanggar itu dengan mengebom daerah daerah pengungsi atau warga yang masih tinggal," kata Sebby.
"Indonesia setop menggunakan pemboman dengan, helikopter, pesawat tanpa awak, kamera drone. Karena tindakan yang dilakukan negara Indonesia melalui TNI-Polri terhadap kami sangat tidak seimbang."
Sebby menegaskan pihaknya siap berperang dengan TNI, namun tidak dengan bazoka, bom dan mortir.
Ia juga memastikan keselamatan warga sipil jika berperang di wilayah darat.
"Apalagi menyerang dengan menurunkan bom bazoka, mortir yang melepaskan tanpa memastikan baik antara kami TPNPB-OPM dan warga sipil. Kalau lewat darat, Kami siap melayani kalian. Berapapun jumlah yang Jakarta kirim kami siap hadapi. Isu yang Indonesia membangun melalui telepon, SSB dan lain-lain untuk mengusir masyarakat beberapa distrik yang ada itu stop dan hentikan semua," ucapnya.
Sebby menilai, Indonesia dan Selandia Baru negara asal pilot Susi Air sudah membuka diri untuk negosiasi.
Namun dengan adanya penyerangan ini, kata dia, Kapten Philip akan dibawa ke medan perang.
"Karena kami pikir Indonesia dan Selandia Baru buka diri negosiasi dengan kami TPNPB-OPM, namun kami melihat bahwa Indonesia dan Selandia Baru tidak punya niat baik selamat kan pilot yang kami sandera ini. Maka pilot ini kami akan bawa keliling di medan perang sampai mati sama-sama dengan kami TPNPB-OPM kodap III Ndugama-Derakma," tuturnya.
"Beberapa waktu lalu kami sengaja taru di tengah-tengah masyarakat dengan di jaga ketat oleh pasukan khusus saya Kodap III Ndugama-Derakma. Dengan tujuan menunggu negosiasi tuntut kami. Namun pemerintah pusat atau Jakarta melakukan pemboman secara brutal melalui TNI-Polri," ujar Sebby.