Klaim Markasnya Dibombardir TNI, KKB Papua Makin Ngelunjak, Tuntut Campur Tangan PBB dalam Pembebasan Pilot Susi Air

Minggu, 14 April 2024 | 19:42
Dok. TPNPB-OPM

Pilot Susi Air saat memberi keterangan melalui video dalam sandraan KKB Papua atau OPM

Gridhot.ID - Sudah 1 tahun lebih KKB Papua menyandera pilot Susi Air Kapten Philips Marthen.

Terbaru, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat - Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengungkap syarat untuk pembebasan pilot Susi Air.

Rupanya OPM menuntut negosiasi yang difasilitasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebelum Philips bisa dibebaskan.

"Kami akan melepaskan pilot melalui negosiasi yang difasilitasi oleh pihak ketiga yaitu PBB," ujar Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (13/4/2024).

Sebby mengatakan, pelepasan Philips juga bisa dilakukan jika Pemerintah Indonesia dan Selandia Baru bisa memenuhi dan menjawab tuntutan dari OPM.

Namun Sebby tidak menjelaskan secara rinci apa tuntutan yang diinginkan oleh OPM kepada Pemerintah Indonesia, dan Selandia Baru sebagai negara asal pilot Susi Air.

Di sisi lain, Sebby meminta agar TNI tak lagi menyerang markas tempat penyanderaan Philips dengan pesawat tempur dan bom.

Sebby menyebut pihaknya sudah menentukan wilayah perang.

Namun, dengan adanya pengeboman yang dilakukan TNI, ia menganggap itu merupakan sebuah pelanggaran.

"Kami sudah menentukan wilayah perang sejak tahun 2017, bawah daerah perang dari jalan trans Wamena -Nduga sampai menunggu atau batas baru. Namun hari ini Indonesia melanggar itu dengan mengebom daerah daerah pengungsi atau warga yang masih tinggal," kata Sebby.

"Indonesia setop menggunakan pemboman dengan, helikopter, pesawat tanpa awak, kamera drone. Karena tindakan yang dilakukan negara Indonesia melalui TNI-Polri terhadap kami sangat tidak seimbang."

Baca Juga: Bersenjata Kawal Pilot Susi Air yang Ditawan, Adik Kandung Egianuis Kogoya Baru 2 Tahun Gabung KKB Papua, Ini Jejak Kejahatannya

Sebby menegaskan pihaknya siap berperang dengan TNI, namun tidak dengan bazoka, bom dan mortir.

Ia juga memastikan keselamatan warga sipil jika berperang di wilayah darat.

"Apalagi menyerang dengan menurunkan bom bazoka, mortir yang melepaskan tanpa memastikan baik antara kami TPNPB-OPM dan warga sipil. Kalau lewat darat, Kami siap melayani kalian. Berapapun jumlah yang Jakarta kirim kami siap hadapi. Isu yang Indonesia membangun melalui telepon, SSB dan lain-lain untuk mengusir masyarakat beberapa distrik yang ada itu stop dan hentikan semua," ucapnya.

Sebby menilai, Indonesia dan Selandia Baru sudah membuka diri untuk negosiasi.

Namun dengan adanya penyerangan ini, kata dia, Kapten Philip akan dibawa ke medan perang.

"Karena kami pikir Indonesia dan Selandia Baru buka diri negosiasi dengan kami TPNPB-OPM, namun kami melihat bahwa Indonesia dan Selandia Baru tidak punya niat baik selamat kan pilot yang kami sandera ini. Maka pilot ini kami akan bawa keliling di medan perang sampai mati sama-sama dengan kami TPNPB-OPM kodap III Ndugama-Derakma," tuturnya.

"Beberapa waktu lalu kami sengaja taru di tengah-tengah masyarakat dengan di jaga ketat oleh pasukan khusus saya Kodap III Ndugama-Derakma. Dengan tujuan menunggu negosiasi tuntut kami. Namun pemerintah pusat atau Jakarta melakukan pemboman secara brutal melalui TNI-Polri," ujar Sebby.

Ia kemudian mengirimkan video yang memperlihatkan Philips sedang meminta agar Pemerintah Indonesia menghentikan serangan udara di wilayah penyanderaan.

Dalam video itu, Philips terlihat kurus dengan janggut panjang dengan kaus coklat bergambar burung cendrawasih dengan bendera bintang kejora.

"Di daerah sini, TNI, Tentara Negara Indonesia pakai pesawat pemburu dan melepas bom besar," kata Philips dalam video yang dikirimkan Sabtu (13/4/2024).

Philips mengatakan, orang sekitar tempat ia ditawan merasa tidak aman karena beberapa bom yang dijatuhkan oleh aparat TNI.

Baca Juga: 1 Tahun Pilot Susi Air Ditawan KKB Papua, Selandia Baru Dukung Strategi TNI Hadapai Egianus Kogoya, Jenderal Agus: Soft Power

"Orang-orang di sini minta tolong jangan pakai pesawat pemburu, jangan pakai bom, pakai senjata saja, tidak pakai pesawat tidak pakai bom besar, jangan begitu. Tolong berhenti," tutur dia.

Philips kemudian meminta tolong agar negara asing bisa bernegosiasi dengan Indonesia agar tidak menggunakan pertempuran udara di Papua.

"Negara asing negara-negara di luar tolong bantu tolong bicara dengan Indonesia, bicara dengan mereka jangan pakai bom besar, tolong berhenti, tidak boleh begitu," ucapnya.

Baca Juga: Bos KKB Papua Koar-koar, Benny Wenda Mendadak Singgung Nasib Pilot Susi Air, Tuding Indonesia Jadikan Isu Sandera Lahan Bisnis

(*)

Tag

Editor : Candra Mega Sari